KARY⸺29

47 10 0
                                    

Puncak komedi!

Ini adalah puncak komedi di dalam hidupku. Kalian tahu kenapa? Karena tuan sok dingin itu sedang berada di satu ruangan denganku⸺bersama yang lain juga⸺tapi kenapa?

Kenapa suka cari ribut sama perasaan seorang insan yang lemah dan tidak berdaya sepertiku sih?

SKSKSKSKSKSKSKSKSKSKSKSKKSK ꈍᴗꈍꈍᴗꈍꈍᴗꈍ

Dia bisa ukir senyum untuk yang lain tapi kenapa denganku tidak? Sudah tidak berperi-perasaan, pilih kasih pula. AKU INGIN MENARIK TELINGANYA LALU MENERIAKI INDERA PENDENGARAN ITU!!!

Kalau tidak menyukaiku, setidaknya lebih memanusiakan sebagai manusia. Lagipula, aku akan mundur⸺tenang saja aku hanya berteriak dalam hati.

Kalau kata adik tingkat, aku terserang sindrom mengkesal sama tuan sok dingin itu. Iya, aku tahu, iya aku paham. Dia sudah memiliki pelabuhan rasanya. Tapi? Baiklah, aku akan henti dan semua butuh proses dan sejauh ini lancar pula baik-baik saja. Dia saja yang sedikit menghancurkan rencanaku.

"Ka, ini film horor. Tapi, ekspresimu tidak mendukung sama sekali." Gerald yang duduk tepat di sebelahku berbicara setelah film itu selesai. Semua mata tertuju pada dua insan manusia berbeda gender ini. "Kesal kenapa?"

Aku mengernyit. Demi alek gelagapan sendiri, tidak tahu harus jawab apa. Yang lebih parah, tuan sok dingin juga ikut melihat ke arahku. Dengan tatapan menunggu jawab juga.

"Ak-aku lapar. Aku itu lapar, Geraldio Putra Mahesa. Tuan rumah macam apa yang tidak menyediakan suguhan buat tamu-tamunya?"

Semua tertawa, kecuali Dikta.

"Yasudah, sebentar. Aku Gofood dulu."

"Aku dan Gavin izin pulang dulu,"

Mahen tiba-tiba bersuara.

"Huh? Cepat sekali, aku baru memesan banyak cemilan."

"Terimakasih, tapi kami ada hal urgent yang harus dikerjakan."

Mahen datang ke arahku kemudian melemparkan botol air minum 2 liter. "Habiskan!"

Aku mendengus dan memutar bola mata malas. Lalu, Dikta dan Mahen beranjak pergi. Tapi, aku masih dilanda kabut resah akibat tuan sok dingin ke sana-ke mari tak tahu arah. Menjajaki relungku, seenaknya.

Kemudian, hening kembali. Tapi, tidak berapa lama Ayubia angkat suara. "Libur semester nanti kalian berencana ke mana?"

"Rebahan."

Reyno, Gerald, dan Dasya kompak menjawab.

"Ah, ayolah. Bagaimana kalau kita berlima liburan bersama." Ide Ayubia.

"Ke mana?"

Ayubia nyengir, terkekeh sendiri. "Aku juga tidak tahu, hehe."

Semua berkicau protes.

"Tidak usah jauh-jauh, ke puncak saja bagaimana? Atau kita bersenang-senang di mana saja, sebelum semester selanjutnya membuat kita gila?" Ayubia menambahkan.

"Aku tidak bisa memutuskan." Dasya mendengus lemas.

"Kalau kamu, Ka?" tanya Reyno.

Aku meneguk air minum yang diberikan Mahen tadi, sambil berpikir akan menjawab apa. Lalu,

"Kalian ... mau tidak aku ajak ke ... Bali?"




Inka, otw Bali bersama orang-orang tidak waras🍊

PUNCAK KOMEDI, 12 NOVEMBER 2021

Revisi Puncak Kehidupan 21 April 2024

HENTI? : DIARY INKA  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang