KARY⸺18

195 27 0
                                    

"Rumusan masalah yang kalian buat masih kurang sinkron dengan judul pula isi. Terlihat sekali asal selesai, seperti bukan pekerjaan yang dikerjakan oleh suatu kelompok. Lebih kepada beberapa orang yang ikut-ikutan si kepala. Kelompok 3, saat mengerjakan tugas ini, kalian berdiskusi tidak?"

Napasku hampir hilang, sesak sekali. Mata dosen itu mengintimidasi. Membuat lawan bicara tidak berkutik sama sekali. Tatap mata beliau itu jika senjata, pasti sudah banyak mengoleksi korban jiwa.

"Inka, coba jelaskan!"

Kenapa harus aku? Tuan sok dingin itu, kenapa tidak dia saja? Bukankah dia dalang dari semua ini?

Terlalu egois karen tidak ingin mendengarkan pendapat orang lain.

ARGH!

"Kenapa diam? Biasanya saat presentasi kamu paling aktif, paling tidak mau kalau apa yang kamu kerjakan dengan susah payah disela, penjelasannya pun mudah dimengerti. Jelas dan lugas! Kenapa sekarang malah berantakan, Nona Dirgan?"

Mo nangis bat ini, Ya Tuhan.

"Jelaskan pendapatmu. Tidak usah melihat milik kelompok dulu. Keluarkan apa yang menurutmu benar, saya ingin dengar."

Aku melirik dosen itu. Bu, tolong. Aku masih ingin menikah dengan tuan sok dingin nan menyebalkan itu, jangan bunuh jiwaku pakai mata pisaumu dulu.

Aku menarik napas kemudian mengeluarkannya perlahan. Mulai menjelaskan bagaimana sistem kerja yang kumiliki. Bagaimana isi dari otak yang minim namun selalu berusaha ingin mendapat yang terbaik versi diriku.

"Jadi, kita ambil kemungkinan besar terjadinya perubahan itu sendiri. Variabel yang digunakan dan rumusan masalah tersebut bisa menjadi pondasi kuat untuk membangun keteraturan suatu manajemen tingkat mula sebuah organisasi."

Bu Dona⸺dosen yang terkenal tegas dan disiplin namun dilabeli killer ini diam. Menyandarkan tubuhnya di bahu kursi. Mahasiswa yang lain ikut diam, tidak berani mencela. Tidak berani berbicara pula.

"Revisi. Besok pagi ke ruangan saya, lalu presentasikan. Tidak usah pakai proyektor!"

Bolehkah aku menangis? Besok ada quiz dan 2 presentasi juga. Tuhan, bisakah Kau buat si Dikta menghilang saja? Coba dengarkan apa kataku kemarin, pasti tidak akan begini jadinya. Ah, biarlah.

Tuan sok dingin melirikku, matanya menyiratkan sesuatu. Tapi, kubalas dengan picingan tajam. Kemudian memutar mataku malas. Biarin saja!



Inka, SYIT MEN!!!!🍊

Presentasi Maut, 2 April 2020
Revisi Hidup Memang Agak Pahit 20 April 2024

HENTI? : DIARY INKA  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang