Hari pertama masuk sekolah di semester genap, tapi aku tetap merasa malas melakukan upacara, kebiasaanku sejak dahulu. Hari ini aku datang terlalu pagi sepertinya, suasana kelas masih sepi, baru ada lima orang di dalam kelas, termasuk Leo salah satunya, aku hampir tersedak ludah sendiri melihatnya datang sepagi ini. Oh ya, mengingat kejadian di perpustakaan kemarin, aku jadi merasa bersemangat begitu saja. Setelah dia tertawa kemarin, kami saling diam, larut dalam buku masing-masing, sampai dia yang pulang lebih dahulu daripada aku.
"Ngapain lo San di pintu aja?"
Aku menoleh ke arah Ratna yang kini menatapku heran, aku menggeleng, kemudian melangkah masuk ke dalam kelas, mengikuti Ratna.
Aku menoleh ke bangku kosomg di sebelahku. Yah... Sekarang duduk sendiri deh.
"Wanda belum datang?" tanyaku melihat bangku sebelah Ratna juga masih kosong.
"Kaya nggak tahu dia aja, mepet bel baru deh..."
Aku mengangguk, benar juga. Wanda itu ratunya telat. Aku melirik ke pojok kanan kelas, tempat Leo duduk, dia selalu sibuk dengan ponselnya dan earphone yang menggantung di sebelah telinganya, musik apa ya yang sedang ia dengar?
"San.."
"Hm?" Aku kembali menaruh fokusku pada Ratna.
"Nggak jadi."
Aku menatap Ratna geram. Kesal nggak sih kalau ada orang yang tidak jadi bicara setelah memanggil? Kan jadi penasaran!
Aku kembali menghadap ke depan, melupakan soal Ratna. Teman-temanku yang lain juga mulai berdatangan. Saat mengecek jam di ponselku ternyata sebentar lagi upacara akan di mulai. Aku dan Ratna memutuskan untuk turun ke lapangan lebih dulu, agar tidak perlu berdesak-desakan di tangga.
Sebelum berbelok ke lapangan, aku melihat Saka berjalan dari arah berlawanan denganku, ia juga sepertinya melihatku. Dia hampir memasang senyumnya, iya hampir, karena wajahnya langsung berubah datar lagi, aku yang sudah ambil ancang-ancang ingin membalas senyumnya jadi senyum tertahan seperti ini, mengesalkan. Kenapa sih? Aneh, nggak kaya Saka yang biasanya, ia juga melengos begitu saja saat melewatiku. Ya, nggak apa-apa sih, cuma kan.. Terakhir ngobrol, dia tanya apa kita temen atau bukan, kan aku jawab temen, terus masa temen diem-dieman gini..
Jadi, nggak ada lagi ni Saka dan senyumannnya?
^°^
Aku sudah tidak kaget lagi dengan Leo. Dia bersikap seolah tidak mengenalku di sekolah, emang dia kira aku ini pajangan ya kalau di kelas? nggak apa-apa, aku juga nggak bisa nuntut apa-apa atau tanya alasannya apa, dia selalu abu-abu, seperti punya hal yang nggak bisa aku jangkau, padahal dia sering cerita ke aku, tapi soal yang satu ini, aku nggak tahu apa-apa.Jadwal pelajaran semester genap diubah, aku bersyukur karena tidak olahraga di jam pelajaran terakhir kemudian harus piket, bahkan setelah pagi hari melaksanakan upacara. Tapi.. Pelajaran Seni memang selalu terasa membosankan. Aku mengantuk, masalahnya guru yang mengajar seperti mendongeng, dan bukan menjelaskan, apalagi ini jam pelajaran terakhir dan hanya tinggal menunggu bel berbunyi. Aku sudah menguap yang ke empat kalinya. Tidak ada Nia, tidak ada teman mengobrol, dan Ratna sudah tertidur di belakangku, sedangkan Wanda sibuk sendiri dengan coret-coretannya. Aku tidak bisa tidur saat jam pelajaran, entah kenapa, aku punya sugesti seperti ada guru yang berjalan mendekatiku ketika aku memejamkan mataku, kemudian perasaan tidak tenang muncul, membuatku tidak bisa tertidur.
"Iya, ada yang mau ditanyakan?" Guru Seni itu bertanya setelah selesai mendongeng. Tapi kelasku mendadak hening seperti suasana perpustakaan.
"Leo mau nanya katanya pak," Gofar dengan asalnya nyeletuk, membuat seisi kelas menoleh ke belakang.
![](https://img.wattpad.com/cover/217643282-288-k748608.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AWAS JATUH, SAN! (√)
Teen FictionPadahal semuanya bisa jadi lebih mudah kalau waktu aku jatuh ke kamu, kamu tangkap aku.