b a g i a n e n a m b e l a s

118 32 74
                                    

Leo masih berdiri di depan pintu, menatapku aneh.

"Apa lo?"

"Kenapa lo mau cincang-cincang gue?"

Aku memastikan bahwa Saka telah benar-benar pergi dari daerah perpustakaan kemudian mendekati Leo dan menjambak rambutnya kuat kuat, membuatnya merintih kesakitan memohon ampun.

  Karena takut dikira kekerasan dan dilaporkan akupun melepaskan jambakanku. Leo menjauhkan kepalanya dari jangkauanku.

"Aduh... Kenapa sih lo? Bukannya makasih udah ditolongin!"

"Aduh.. Gue tadinya mau makasih gitu loh ya Leo.. Tapi tuh...." Aku menatapnya garang, dia menaikkan sebelah alisnya, tolong ya Leo ini bukan saatnya menjadi tambah tampan!

"Tapi...?"

"Tapi lo itu ngeselin!"

"Ngeselin darimananya? Ngeselin karena gue ganteng?"

Ya walaupun benar nggak boleh sepede itu tahu! Yang lagi marathon jantung aku bukan kamu, jadinya!

"Lo bilang aneh-aneh kan ke Saka?"

Dia menatapku aneh, he? Kan dia yang salah, kenapa jadi dia yang menatap menyelidik. Aku meninju lengannya sekuat tenaga, Leo menatapku semakin garang.

"Lo bilang gue suka sama Saka?" aku bertanya langsung.

Dia diam, kemudian tertawa, aku beruntung karena tidak punya penyakit jantung, tolong jangan sesering itu tertawa Leo, nggak baik buat yang lihat. Apalagi aku.

"Yaudah sih, emang kenapa?"

Aku mendidih, malah jadi kesal setengah mati mendengar jawabannya yang kelewat santai, dia kira aku punya harga diri berapa ha?! Lupakan soal ketawanya, ingin kucincang-cincang beneran dia!

"Yaudah sih? He! Lo baru aja fitnah gue!"

"Ya nggak apa-apa, lo seneng kan?"

Aku sudah mengambil ancang-ancang untuk menjambak rambutnya lagi ketika ia mundur selangkah karena dapat membaca pergerakanku.

"Seneng kata lo? Ya nggak lah, gila! Saka juga udah punya pacar, jangan aneh-aneh deh Le.."

"Nggak apa-apa kalau lo mau jadi pacar keduanya Saka," katanya dengan santai, ia memasukkan sebelah tangannya ke saku.

Dia ini memang ditakdirkan untuk membuat aku kesal ya? Kurang ajar banget memang mulutnya kalau bicara.

"Ogah! Nggak cocok gue jadi antagonis,"

Dia diam, seperti sedang berpikir sesuatu, kemudian mengangguk-angguk membuat aku bingung sekarang.

"Kata siapa nggak cocok?" dia melihatku dari atas sampai bawah, kemudian menyilangkan tangannya di dada.

"Lo.. Udah jadi antagonis kan?"

Aku belum sempat menjawab ketika dia kembali melanjutkan.

"Dalam cerita Nia lo udah antagonis San,"

Aku mengatupkan bibir, tidak mengerti apa yang Leo bicarakan. Atau lebih tepatnya, aku tidak mau sampai dibuat mengerti. Tapi sepertinya dia tidak membiarkan hal itu terjadi.

AWAS JATUH, SAN! (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang