Part 19

4.1K 179 15
                                        

Fajar jelas berbunga-bunga mendengar pertanyaan Fira. Terang baginya bahwa dirinyalah yang akan dipilih Fira. Dengan senyum yang terkembang ia menjawab pertanyaan itu.

"Jika memang Fira memutuskan memilih Mas, Mas janji akan tetap memperbolehkan Fira bekerja, asalkan tidak melalaikan tanggung jawab sebagai istri. Masalah PPDS, Fira mau ambil apa nanti terserah asalkan tidak menguras waktu hingga rumah tangga tak terurus. Soal nafkah, itu tanggung jawab suami. Mas pribadi meskipun masih residen, tapi soal biaya kuliah, Mas dapat beasiswa. Juga gaji dosen walaupun sedikit tapi insya Allah cukup untuk hidup sederhana. Mas juga mulai merintis bisnis alkes kecil-kecilan, semoga nanti cepat berkembang. Tentang kerjaan rumah tangga, Fira nggak usah khawatir, ada Mbok Nah yang mengurus. Fira tinggal kasih instruksi dan ngawasin aja. Fira masih harus internship juga kan? Biar Naysilla diasuh sebentar sama mbok Nah kalau Fira harus dinas di tempat internship. Oh iya, Mas paham kalau Fira suka jadi peneliti. Mas bisa rekomendasikan agar Fira bisa diterima jadi asisten penelitian di bagian Ortho. IPK Fira sangat bagus, malah lebih bagus dari IPK Mas dulu. Jadi Mas percaya Fira pasti keterima. Mas yakin Fira pasti seneng banget jadi asisten peneliti. Berkutat sama jurnal, penelitian, pasti asyik lah. Apalagi ada kesempatan presentasi poster sama presentasi oral. Nama Fira bakal tercantum di jurnal internasional bergengsi macam Cochrane, NEJM, BMJ, PubMed. Dan satu lagi yang terpenting, jadi asisten itu nggak terpatok waktu kerjanya. Yang penting kerjaan beres dan deadline selesai tepat waktu, bebas mau dikerjakan di rumah juga boleh. Fira jadi punya lebih banyak waktu membersamai Naysilla", panjang lebar Fajar menguraikan rencana masa depannya dengan penuh keyakinan.

Bibir Fira masih terkatup. Sejujurnya ia sangat kagum dengan rencana Fajar yang luar biasa. Mengakomodasi semua cita-cita Fira untuk menjadi istri yang berbakti sekaligus tidak melupakan hasrat terpendamnya untuk jadi peneliti tingkat dunia. Tak ada lagi alasan Fira untuk menolak laki-laki sesempurna Fajar untuk menjadi calon suaminya. Hanya saja perasaannya masih belum mampu menerima sepenuhnya karena nama Raffi yang masih terukir dalam sudut hatinya.

"Ada lagi yang mau Fira tanyakan soal rencana masa depan Mas? Tentang kelanjutan pendidikan Mas, misalnya. Kalau tidak ...."

"Soal pendidikan, Fira nggak perlu tanya lagi. Mas pernah cerita kan kalau Mas mau ambil konsultan spine di UI dan kemungkinan ambil Ph. D di Groningen atau London. Mas juga pengen nyari beasiswa lewat BUDI atau LPDP, kan? Biar nggak membebani orang tua", tutur Fira. Ia jelas hanya mengulur waktu untuk menjawab pertanyaan yang jelas akan dilontarkan Fajar. Menagih janjinya untuk memberi jawaban hari ini.

"Kalau begitu sekarang giliran Mas yang tanya."

Senyuman tak pernah lepas dari bibir Fajar. Tatapan teduhnya terarah ke wajah cantik dan kulit mulus tanpa cela milik wanita yang tak lama lagi mungkin akan jadi istrinya. Fira sendiri merasa jika sedari tadi Fajar menatapnya dengan cara yang lain dari biasanya. Jelas hal itu membuat Fira semakin canggung. Ia hanya mampu tertunduk.

"Fira janji kan untuk memberikan jawaban atas permintaan Mas tentang wasiat almarhumah Ifah? Lalu apa Mas sudah bisa dapat jawaban sekarang? Maukah Fira menjadi istri Mas sekaligus ibu sambung Naysilla?" Terlontar juga pertanyaan pamungkas itu dari mulut Fajar.

Fira tak langsung menjawab. Hatinya jelas masih sangat berat untuk menerima Fajar. Tak ada rasa cinta untuk lelaki itu. Tapi semua petunjuk istikhorohnya seolah menunjukkan jalan kalau ia barus menerima pinangan duda sahabatnya. Lagipula Fajar lelaki shalih, jelas tak diragukan. Tambah lagi, lelaki itu memikirkan masa depan Fira. Berusaha membuat Fira tetap bisa menggapai mimpi berkarya sebagai dokter dan peneliti tanpa mengabaikan kewajiban Fira mengurus rumah tangga. Jika lelaki seperti ini ditolaknya, Fira merasa dirinya sungguh kufur nikmat. Lagipula menolak pinangan lelaki sholeh tanpa alasan yang dibenarkan syar'i jelas dilarang oleh agama.

Takdir Cinta SafiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang