A/N : Ada yang nungguin? PD!
•••
"By the way, ada apa nih, tiba-tiba lo balik gini, Bang?" Arion meletakkan dua cangkir cokelat panas di meja.
"Thanks."
Arion hanya mengangguk, memetik senar-senar gitar dengan asal. Menunggu jawaban Reinald, cowok itu tengah menyeruput cokelat panasnya.
"Emang nggak boleh, ya?" Reinald menaikkan alisnya, dengan nada bergurau tentu saja. Ia meletakkan kembali cangkir sambil berdeham. "Gue denger dari papah, lo jadi pemeran utama di pensi. Makanya gue dateng, pengin liat."
Mendengar alasan itu membuat Arion sedikit tersedak. Ia menatap Reinald tak percaya. "Lo jauh-jauh dari Bali ke sini cuma karena pengin liat gue tampil, Bang?"
Dengan santai Reinald mengangguk. "Gue penasaran, emang lo bisa ya? Secara muka lo kan kebanyakan datarnya. Lah ini, lo akan berpura-pura di hadapan orang banyak." Reinald tertawa begitu melihat raut wajah Arion yang kini nampak sebal. "Plus ada urusan lain, sih."
Mendengar itu membuat Reinald mendengus. "Udah gue kira, tujuan utamanya bukan itu."
"Gue nggak tenang, Yon. Merasa bersalah banget." Suara Reinald terdengar mengecil, helaan napas terdengar samar di telinga Arion.
"Bersalah, karena?" Ia menaruh gitarnya, memilih fokus mendengarkan Reinald sambil memainkan jari-jarinya.
"Gue melakukan kesalahan besar, yang membuat ... hubungan gue selesai. Lo inget kan, cewek yang selalu gue ceritain itu?"
"Clarissa?" Arion menyebutkan satu nama yang ia pun lupa-lupa ingat.
Reinald mengangguk. "Dia anak SHS juga."
Mendengarnya membuat Arion sedikit terkejut. "Kok lo nggak pernah cerita sama gue? Kan kalau gitu, gue bisa bantu jagain dia."
Kakaknya itu hanya tersenyum tipis. "Entah kenapa, gue lupa terus. Sama dengan gue yang selalu lupa, nggak pernah cerita kalau punya adek sekolah di sana juga."
"Pikun dasar!" Ia terkekeh, kemudian kembali terkatup karena tak ada reaksi apa pun dari Reinald. Kakaknya itu sedang serius.
"Gue mau minta maaf. Gue udah sakitin dia. Dan gue juga nggak rela, hubungan kita yang udah tiga tahun selesai gitu aja tanpa ada penyelesain. Gue memang nggak punye pembelaan, tapi setidaknya gue udah mencoba mempertahankan. Yang harus dia tau, gue sayang banget sama dia."
Tangan Arion bergerak menepuk bahu sang kakak.
"By the way, lo nggak mau cerita tentang cewek lo, Yon?" Tangan Reinald kini merangkulnya, dengan tatapan jahil yang membuat Arion mengulum senyum. "Idih! Menjijikan banget eskpresi lo!"
"Intinya gue sayang banget sama dia."
Reinald mengangguk-ngangguk. "Terus? Cerita lagi dong."
"Dia cewek, punya tangan yang bisa gue ganggam."
Kali ini rangkulan itu berubah menjadi toyoran di kepalanya. "Ya masa pacar lo cowok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR or Backstreet? (COMPLETED)
Ficção Adolescente"Tak ada lagi pilihan. Hanya ada satu jalan, meninggalkan lalu melupakan." A story by @AnandaMaudyFauziah ••• Jatuh cinta dengan adik kelas? Wajar sebenarnya. Yang tidak wajar, karena dirinya sudah mempunyai pacar. Menjalin LDR dengan Reinald kurang...