A/N : Apa yang kalian lakuin kalo punya pacar kayak Reinald?
•••
Ia menoleh, menaikkan alisnya tak mengerti kala Daffa menyikutnya. Tatapannya lantas diarahkan pada objek yang ditunjuk temannya itu, seketika senyum terbit dibibirnya.
Arion menepuk bahu cowok itu, yang langsung saja ditepis dengan muka jutek. "Thank you, Bro!"
"Halah, bodo amat. Gue juga mau melancarkan aksi," kata Daffa sambil menggerakkan dagu pada arah yang di sana Olla tengah berjalan dengan buku-buku ditangannya.
Arion hanya terkekeh. Keduanya lantas mulai melancarkan aksi.
Diandra tersentak, lantas berdecak begitu tahu siapa sang pelaku yang dengan enaknya merangkul pundaknya tanpa permisi. "Arion, lepasin," katanya berusaha memberontak, namun adik kelasnya itu tak peduli.
"Lo mau ke mana, Kak? Gue antar, ya." Ia tersenyum, membuat Diandra memalingkan wajah karena lagi-lagi jantungnya bekerja tak normal.
"Nggak perlu. Udah ah, lepasin."
Arion tak juga melepaskan, cowok itu masih berjalan santai mengiringi langkah Diandra. "Kenapa sih, Kak? Lo kan jomlo, terserah gue dong? Nggak ada yang marah, kan?"
Jomlo, jomlo! Sok tau banget nih, anak.
"Tapi banyak yang ngeliatin, Adek." Diandra menekan kata adek, membuat Arion tertawa kecil.
"Jangan panggil gue adek dong, gue juga nggak manggil lo kakak deh."
"Kenapa gitu?"
Arion mendekatkan mulutnya pada telinga Diandra, lantas membisikkan sesuatu yang langsung membuat Diandra melayangkan pukulan. "Gue kan, calon pacar lo."
Arion tertawa, bersamaan dengan tangannya melepas rangkulan. Yang tentu saja membuat Diandra diam-diam menghela napas lega. Meski jantungnya masih bekerja tak normal, tapi setidaknya sudah lebih tenang daripada tadi.
"Lo belum jawab pertanyaan gue."
Diandra mengerutkan dahinya. "Pertanyaan yang mana?"
"Kamu mau ke mana, Diandra?"
Cewek berkuncir kuda itu mendengus, geli sendiri mendengar Arion yang merubah panggilan menjadi aku-kamu. "Gue mau ke kelas lah, pakai nanya lagi. Nggak liat nih, masih bawa-bawa tas?" jawabnya jutek.
"Jangan jutek-jutek gitu lah, gue jadi tambah suka nih."
"Hilih, bicit."
Arion tertawa kecil, sebelum akhirnya tubuh Diandra kaku karena tangan mereka saling bertautan.
Sontak saja Diandra menghentikan langkah, menatap tangan dan Arion bergantian dengan tatapan tak mengerti.
"Ada yang salah?" tanya Arion polos.
"Maksud lo apa, sih?"
Arion menarik tangannya, menuntun Diandra untuk duduk di salah satu tempat duduk di koridor yang dudukannya terbuat dari semen.
"Lo mau jadi pacar gue?"
"Heh? Lo ... lo apaan, sih?" Susah payah Diandra melepas tangannya, namun cengkraman dijarinya semakin erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LDR or Backstreet? (COMPLETED)
Fiksi Remaja"Tak ada lagi pilihan. Hanya ada satu jalan, meninggalkan lalu melupakan." A story by @AnandaMaudyFauziah ••• Jatuh cinta dengan adik kelas? Wajar sebenarnya. Yang tidak wajar, karena dirinya sudah mempunyai pacar. Menjalin LDR dengan Reinald kurang...