019 'Fakta'

391 14 0
                                    

Pi riding, enjoy!

•••

Diandra menerima air mineral yang disodorkan Lila, mengucap terima kasih pelan lantas menenggaknya sedikit.

"Lo baik-baik aja, kan?" tanya Lila sambil mengusap-ngusap bahu Diandra.

Tadi cewek berponi itu dibuat terkejut begitu ke kelas dan mendapati Diandra yang tengah menangis di punggung Arlya, sedang cewek cuek itu nampak diam membiarkan Diandra menumpahkan air matanya.

Diandra hanya mengangguk seraya tersenyum tipis.

Tiba-tiba saja Lila dan Arlya memeluknya, membuat Diandra sempat tersentak namun kemudian tersenyum haru.

"Kalau lo udah siap, cerita sama kita-kita."

Lagi-lagi Diandra hanya mengangguk. Entah kapan ia siap cerita soal ini. Karena sama aja ia membuka hubungan terlarangnya dengan Arion.

Mengingat itu membuat Diandra merasa jahat. Ia mengkhianati Reinald, hanya karena masalah sepele. Tapi jujur saja, ia tak bisa.

Katakan saja Diandra egois, childish, karena mungkin memang itu kenyataannya.

Dering di ponselnya membuat Lila dan Arlya melepas pelukan mereka, memberi ruang pada Diandra untuk mengangkat telpon yang ternyata dari Reinald.

To : Pacar
Aku keluar kls dulu,
nanti tlp balik.

Pesannya hanya dibaca. Diandra kemudian pamit kepada kedua temannya itu, memilih ke toilet karena menyadari kondisi wajahnya yang memalukan.

Memasuki salah satu bilik toilet, Diandra menghela napasnya berkali-kali. Dirasa sudah lebih tenang, ia kemudian memanggil Reinald yang langsung dijawab.

"Halo, Dra. Apa kabar?"

Ia tersenyum masam. Bahkan obrolan keduanya diawali dengan bertanya kabar, sangat kentara bahwa mereka sudah lama tak berkomunikasi.

Rasa bersalah itu menguap, digantikan dengan rasa tak terima atas apa yang dilakukan cowok itu.

Diandra tertawa sumbang, tanpa sadar meremas roknya dengan erat. "Bisa dibilang baik, bisa juga nggak. Kentara banget ya, kita udah lama nggak komunikasi. Obrolan kita aja diawali nanya kabar."

Dapat Diandra dengar helaan napas diseberang sana. "Maaf Dra, tugas aku banyak."

"Dan kakak sadar nggak? Akhir-akhir ini setiap kita berkomunikasi pun selalu ada kata maaf. Dan penyebabnya selalu sama, karena tugas."

"Kamu lagi marah ya, Dra?"

Reinald bodoh.

"Kalau itu jelas Kak, gimana nggak marah selama sebulan lebih nggak ngasih kabar? Lebih tepatnya kecewa, sih."

"Aku udah pernah bilang kan, Dra? Online pun karena kebutuhan tugas. Aku bukan anak SMA lagi. Tolong ngerti, ya?" Suara itu masih terdengar sama, penuh kelembutan. Tapi percuma, Diandra sudah bosan.

"Dan aku juga pernah bilang kan, Kak? Aku nggak siap LDR. Kakak yang ngeyakinin aku, katanya nggak akan ada yang berubah selain jarak yang memisahkan. Coba kakak liat sekarang? Bukti ucapan kakak dulu itu mana?"

LDR or Backstreet? (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang