"Siasat gimana? Aku takut. " gumam May.
"Enggak. Ya kita ajak mereka bicara baik baik. Dia manusia kan?" jawab Arya. Diiringi tawa May dan Rossa.
"Gimana? " tanya Rossa.
"Lihat besok saja. Sekarang kalian tidur!" perintah Arya.
🌸🌸🌸
Pagi hari ini biasanya, May, Day, dan ayahnya sedang sibuk bersiap siap untuk sekolah dan bekerja. Bundanya lagi sibuk masak, repot dandanin anak kecilnya,Day. Anak gedhenya yang teriak teriak nanyain ikat rambut kadang sisir yang tempat tinggalnya selalu bermigrasi. Membuat otak Rossa puyeng. Suami yang nanya letak semir sepatu,minta kopinya segera selesailah
Padahal mengucir rambut Day hanya masih separuh saja.Tapi kini, hal itu sepi. Day sekolah seperti biasanya dengan kuncir rambut di kepalanya. Arya yang sudah rapi dengan dasi polos yang menghiasi kemejanya. Mereka berdua berangkat naik mobil. Meninggalkan May dan Rossa di rumah.
Kini May berada di kamarnya, duduk di tepi jendela lantai dua yang tadi malam baru saja pecah. Kini menyisahkan bekas keretakan dan kebolongan. May meraba raba jendela kaca itu. Sangat kasar.
"May... Kamu kenapa. Sarapan yuk!" ajak Rossa. Sambil menyentuh bahu anaknya yang diam itu. Sesekali Rossa merapikan rambut May yang berantakan karena mungkin hari ini, seusai bangaun tidur belum ia sisir.
"... " tak ada jawaban dari May. May hanya memandang ke balik jendela kaca. Ke jalan daerah komplek rumahnya, dengan tatapan kosong. Mulut terbungkam seakan lem kayu telah melumuri bibirnya.
"Nak... Bunda bawain sarapannya ke kamar kamu yaa?" tawar Rossa.
"... "
Tidak ada jawaban dari anaknya ini lagi. Rossa lanhsung keuar untuk mengambikan makanan di atas nampan yang berisi nasi, sayur sop, daging sapi, dan tempe. Untuk mencuci mulutnya, Rossa membawakan buah apel merah merona merek Wangsington. Tak lupa empat sehat lima sempurna. Untuk menyempurnakannya Rossa membawalan susu vanila agak tawar kesukaan May.
"Ayo makan dulu, bunda suapin ya?" ujar Rossa sambil menerbangkan sendok berisi nasi, sayur, dan sesuwir daging menuju mulut May.
"Ayo, sayang. " bujuk Rossa lagi.
"Ayo makan, nanti sakit gimana?"
"Atau makan sendiri? " tambahnya saat berhenti beberapa saat.
May menoleh ke arah Rossa beberapa detik lalu mengalihkan penglihatannya ke arah sesuap nasi dalam sendok yang ada dalam genggaman tangan kanan Rossa.
Tampak dalam wajah Rossa, senyum yang mengembang. Ia merasa anaknya akan mau makan kali ini. Ia mengangkat sendok yang digenggamnya menuju mulut May.
Plekkk
May menepis sendok itu hingga melayang dan terdampar dilantai dengan kumpulan nasi yang bertumpah ruah."Loh kamu kenapa? " tanya Rossa kaget. Tak seperti biasanya. Sikap May sangat aneh kali ini.
Rossa melihat sesuap nasi yang jatuh lalu mengalihkan pandangannya ke anak sulungnya itu. Ia meraupkan nasi beserta iringan lauknya lagi. Berusaha menyuapi anak sulung ini lagi. Hasilnya masih nihil. May tetap bungkam. Pandangannya tak berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramell (Disaat Ego Dikalahkan Rasa)
Teen FictionMayscar Amelia, gadis ceria, pintar, dan baik hati, yang kemudian dibully oleh temannya sebab tuduhan yang tidak sengaja ia perbuat. Dalam sehari itu 2 orang yang ia cintai menghilang. Dan satu minggu itu 5 orang yang ia cintai juga menghilang. Dib...