9#Aku Harap Bahagia

20 14 16
                                    

"Tadi May, waktu di tenda bilang kalau adiknya, Day. Day selamat. May sepertinya melihat adiknya selamat. Kamu harus kesana dan menyuruh para petugas mencari Day. Aku gak mau kehilangan keponakanku. Sudah cukup Tuhan merenggut kakakku. Akau gak mau kehilangan May dan Day. Cepat Andi! Cari Day! Aku mohon! " pinta Hera.

"Iya kak Hera. Aku juga gak mau kehilangan kedua keponakanku itu. Aku kembali kesana dulu ya. Nati kalau ada apa apa segera kabari." jelas Andi.

"Iya.. " jawab Hera.

🌸🌸🌸

Beberapa hari kemudian...
May terpapar di rumah sakit
Kondisinya sekarang sedang koma, hampir 2 minggu ia tidak sadarkan diri.

Adiknya, Day pun belum di temukan sampai sekarang. Entah itu meninggal ataukah selamat. Tidak ada data yang jelas. Namun para petugas tetap setia berusaha mencari Day. Sebab May yakin bahwa Day itu selamat. Hal itu membuat para petugas selalu berupaya mencari keberadaan Day.

Lantas 13 hari yang lalu, orang tua May, Rossa dan Arya. Dikebumikan di Pemakaman Umum daerah Bandung. Pemakaman itu tidak dapat dihadiri May, sebab May yang masih terbujur lemah di Rumah sakit dr. Sutomo, Surabaya. May dipindahkan ke rumah sakit tersebut, agar Hera dapat mudah pulang pergi ke rumah, kerja, dan merawat May. Andi dan istrinya juga dengan Rendi saling membantu menjaga May, dan mengurus perusahaan Arya yang ditinggalkan untuk dikelola oleh Rendi.

Sudah 2 minggu berlalu dari peristiwa jatuhnya pesawat terbang yang ditumpangi satu keluarga ini. Suasana hari ini sangat genting.

"May akan saya bawa ke Bandung. " kata Rendi, paman May. Tepatnya adik pertama dari Arya.

"Tapi ini keinginan almarhumah kakak yang terakhir, jika tidak di tepati, pasti mereka sedih disana." bela Hara.

"Tapi kan tempat tinggal mereka ada disana. Kuburan orang tuanya ada disana. Masalah sekolah? Biar saya pindahkan dari sekolah lamanya. Masalah teror itu? Biar saya atasi. " celoteh Rendi.

"Bukannya seperti itu. Tapi ini keinginan terakhir mereka. Mereka menginginkan ketenangan di Surabaya. May ingin dia bisa bahagia di sekolah barunya. Ketenangan tanpa ada teror yang menghantui." ujar Hera penuh penekanan.

Mereka saling beradu cekcok masalah May yang akan dibawa ke Bandung oleh pamannya, Rendi. Atau tetap di sini, di Surabaya, adalah keinginan keluarga itu sebelumnya.

Rendi mambalikkan tubuhnya menghadap ke pintu ruangan May di rawat. Ia membelakangi May yang terbujur lemah dan Hera yang masih bersungut sungut.

"Jika mereka tidak pindah ke Surabaya. Pasti semua ini tidak akan terjadi. " ucap Rendi enteng.

"Kamu jangan menyalahkan semua yang telah terjadi. Ini sudah takdir." jawab Hera dengan mensejajarkan tubuhnya di samping Rendi.

"Masalah itu sebaiknya dihadapi. Bukan malah berlari menjauhinya. Masalah gak akan selesai jika kita lari. Semua masalah ada solusinya. Yaitu dihadapi." kata Rendi dengan posisi tetap dan pandangan lurus ke depan.

"Asal kamu tahu ya. Teroris itu menyuruh May dan keluarga untuk pergi dari Bandung. Jika tidak mereka akan mati. Kamu mau kehilangan semuanya jika mereka masih di Bandung? Semua gak ada yang tahu kapan kematian akan datang. Semua ini takdir." ujar Hera.

Caramell (Disaat Ego Dikalahkan Rasa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang