14# PHP

11 3 4
                                    

May masih menatap tempat kecelakaan itu. Mobil ambulance telah datang membawa korban kecelakaan tadi. Sepeda motor yang dikendarai korban telah ringsek.

"Atau jangan-jangan Dimas. Tapi apakah dimas menggunakan moge? Bisa jadi sih. Ehm.. Engak enggak,tapi tadi kan ada Aldi dan Bondan. Bisa jadi itu Jiyo." gumamnya lagi memikirkan korban kecelakaan tadi.

"Kenapa May? Kok nglamun?" tanya Hera mengagetkan May.

May seketika tersadar dari lamunannya.

"Eh... Enggak tan, cuma tadi mikirin siapa yang kecelakaan." balas May agak gugup.

"Ooo... Tapi kasian ya, kayaknya cowok itu. Parah." komen Hera sambil menggelengkan kepalanya.

"Tante, tante tau gak tadi aku ketemu siapa?" gumam May semangat sambil mengalihkan topik pembicaraan.

"Siapa?" balas Hera yang juga penasaran.

"Tante ingat Dimas gak? Anaknya temennya tante itu lo." ujar May.

"Iya ingat. Kenapa? Kamu ketemu Dimas? Dia sekolah situ kan?" tanya Hera dengan kepalanya yang manggut manggut.

"Iya tan, aku seneng banget deh bisa ketemu sahabat kecilku." kata May dengan senyuman manis andalannya.

"Dimas itu anak baik. Tapi orang tuanya sering banget gak meduliin dia. Kasian Dimas, padahal dia murid yang berbakat, pinter, sopan, ganteng pula." ujar Hera memuji kelebihan yang dimiliki Dimas.

"Ih... Tante. Dia gak sehebat itu juga kale. Dia itu jahil, ngambekkan, suka iri. Hmm... " balas May.

"Ya wajar lah, May. Seakan dia itu kan gak pernah dapet kasih sayang dari orang tuanya sejak kecil. Ya wajar kalau dia jahil karena dia itu kesepian. Gini ya, kamu bayangin, dia ngambekkan karena dia itu butuh kasih sayang. Dia mudah iri, karena dia gak bisa mendapatkan kasih sayang dari orang tua seperti yang dimiliki teman teman lainnya. Nah, kamu kan sahabatnya, kamu harus buat dia itu gak kesepian lagi. Beri dia kasih sayang. Baru namanya sahabat yang baik." ucap Hera panjang lebar.

May mendengarkan baik baik perkataan Hera. Ia manggut manggut sambil meratapi kepedihan hidup Dimas.

"Tapi tante, aku kan juga kesepian." gumam May.

"Kan ada tante. Lagian kalau kamu dekat sama Dimas kan gak kesepian lagi, toh Dimas juga jadi gak kesepian kan? Saling menguntungkan gitu." ujar Hera.

"Ooo gitu ya tan. Tapi kalau aku curhat sama dia, menurut tante dia bisa jaga rahasia gak?" tanya May lagi.

"Kalau menurut tante, Dimas anak baik, dia kan udah kenal kamu lama. Gak papa kamu curhat sama dia, tante yakin dia bakal jaga rahasia. Nanti dia pasti bisa dapet temen curhat juga. Tante percaya sama Dimas." ucap Hera serius.

"Tan, nanti sore aku mau ke Caffbook sama Dimas, boleh gak?" izin May.

"Tentu boleh. Karena Dimas itu sudah tante anggap anak sendiri. Dia sering banget ke rumah tante. Jadi tante kenal banget dan percaya sama Dimas buat jaga kamu." jawab Hera.

"Tante... Kita kapan cari adek? Aku khawatir banget nih." tanya May saat mobil telah berhenti di pelataran rumahnya. Tak menyangka perjalannan sangat cepat ketika penumpangnya itu asik ngobrol.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Caramell (Disaat Ego Dikalahkan Rasa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang