Upik Abu yang Mendamba

930 94 22
                                    

Assalamualaikum , Shalom, Om Swastiyastu , Namo Buddhaya ,Salam Kebajikan sahabat dunia orange 💕

Ayo jangan lupa untuk vote dan comment pada cerita ini ya

Karena vote dan comment kamu berarti banget buat aku.

🍀

Astaga. Arby kira dia sudah resmi dengan dokter itu. Dia tertawa dalam hati, ternyata untuk mengutarakan perasaan pada seorang dokter cukup susah juga. Tentara itu jadi bingung sendiri, haruskah dia mengutarakannya terang-terangan?

Tidak. Arby tidak boleh gegabah seperti ini. Dirinya bukan lagi remaja lelaki labil yang bisa melakukan tindakan bodoh. "Tidak sekarang—tidak untuk saat ini." Rapalnya meyakinkan diri di dalam sana.

Mereka kembali berenang ke tepi.
"Ayo pulang," ajak Arby, "ada sesuatu yang mau saya kasih tau." Lanjutnya sengan senyum misterius.

__________________________________

"Eh, sebelum pulang kita harus foto dulu dong." Aara mengarahkan lensa kamera fujifilm instax mini milik tentara itu ke arah mereka berdua. Memiringkan kepalanya ke bahu Arby, "Cheese," Aara dengan cengirannya membidik wajahnya juga Arby di kamera.

Mereka yang menaiki motor trail milik Arby—pada siang hari yang terik berkeliling kota Kupang. Kota dengan cuaca cukup panas ini memang tidak sesejuk Bogor, juga mungkin tak seromantis Bandung. Tapi serius, kalau kalian berkeliling Kupang pasti akan banyak tempat-tempat yang indah dan menarik untuk dikunjungi.

Arby membawa Aara menuju taman nostalgia, disana mereka berkeliling melihat-lihat yang diakhiri dengan sesi foto narsis ala Aara yang juga sibuk menyuruh Arby untuk bergaya di balik kamera. Disana ada sebuah gong ikonik yang dinamakan "Gong Perdamaian" berdiameter 100 sentimeter dengan berat 120 kilogram terpajang. Di sekitar lingkaran itu terdapat simbol-simbol agama yang ada di Indonesia bukti persatuan diantara kemajemukan masyarakat di negara ini.

Tidak sampai disitu, Arby juga mengarahkan keretanya untuk melewati sepanjang pesisir pantai Lasiana yang ombaknya melandai-landai menyapa mereka. Arby mengajak Aara turun untuk duduk, mereka mengobrol panjang sambil menanti senja. Suasanya menjadi sangat romantis kala sinar mentari yang begitu jingga membias mata mereka.

Hingga akhirnya perjalanan mereka terhenti saat malam hari di sebuah jalanan yang mirip sebuah gang. Namun siapa sangka, disepanjang mata memandang, ada begitu banyak penjual yang menjajakan makanan-makanan olahan seafood yang sangat menggiurkan. Aara tau nama tempat ini setelah Arby dengan peka berkata, "Ini kampung Solor namanya."

Kata Arby, sebenarnya tempat ini adalah sebuah jalan kecil di siang hari, namun di malam hari disulap menjadi tempat berkumpulnya para penikmat seafood. Di sepanjang jalan ini akan ditemukan banyak warung-warung penjaja seafood, mereka menawarkan beraneka seafood segar (mentah) di depan gerobak mereka dan para pengunjung tinggal pilih mau beli yang mana dan mau diolah seperti apa. Dan uniknya, selain menjajakan seafood, hampir di tiap gerobak makan ini juga ditawarkan sate ayam dan ayam goreng.

Aara langsung berhenti saat ia melihat cumi-cumi tepat dihadapannya. Dokter itu menarik manja tangan Arby untuk ikut bersamanya. Mereka berdua duduk berhadapan dengan Aara yang sudah bersemangat sekali untuk makan. Dokter wanita itu segera menunjuk cumi-cumi tepat saat penjual bertanya apa yang ingin mereka makan di malam hari yang penuh sinar bulan ini.

APAIXONAR [ MATEEN ] #Wattys2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang