Dilamar?!

996 85 21
                                    

Assalamualaikum , Shalom, Om Swastiyastu , Namo Buddhaya ,Salam Kebajikan sahabat dunia orange 💕

Ayo jangan lupa untuk vote dan comment pada cerita ini ya

Karena vote dan comment kamu berarti banget buat aku.

HAPPY 20K READERS🎉

🦚

"Kamu pikir saya suka liat kamu kek gini?!" Lanjut Arby semakin bernada tinggi.

Cukup sudah. Aara tidak tahan lagi untuk diam, "terus gimana caranya supaya kamu bisa suka sama saya?!" Aara bertanya sama gusar sembari menunjuk hidung Arby dengan telunjuknya.

"Aku tidak punya ketertarikan pada wanita yang tidak bisa menutup auratnya dengan benar." Arby berkata pelan—tajam, mengubah kata embel-embel saya dengan aku begitu saja. Kalimatnya terlalu tajam sampai begitu menohok hati si dokter.

Aara mendengus setelah beberapa saat terdiam. Dia mendongak seakan menantang. "Jika kau memang menginginkan wanita dengan aurat yang ditutup. Bantu aku mencari cara untuk menutup auratku."

_______________________________________

Pagi pun akhirnya tiba. Setelah cek cok penuh pertikaian emosi dalam hati, semuanya berakhir begitu saja dengan perginya Arby bersama motor hitamnya dan menghilang dibalik bayang-bayang.

Meninggalkan Aara sendirian yang kemudia memutuskan untuk naik ke kamarnya dan tidur. Dia sudah lelah, apa pun yang terjadi besok, biarlah.
Mungkin saja akan dia sesali dan tangisi, tetapi apa boleh buat, Arby pergi dan tidak mengatakan apa-apa.

Sehingga disinilah mereka sekarang, bersama-sama menderet koper-koper penuh dengan barang dan mungkin juga oleh-oleh. Berdiri di bandara menunggu pesawat pribadi yang di atasnamakan pemerintah sebagai bentuk apresiasi pada Aara dan semua rekannya.

"Jam berapa ini?" Suara Zain terdengar, dokter pria itu bertanya pada Fara di sampingnya yang memakai jam kuning.

Mendengar, Aara pun akhirnya mengeluarkan ponsel untuk melihat jam berapa sekarang. Pukul 11 siang, pasti sebentar lagi dia benar-benar meninggalkan kota ini. Aara menundukkan kepalanya dalam. Diliriknya sekantung plastik dengan ikan kuning yang diam saja di dalamnya.

Perasaan sedih kini kembali melanda, Aara kembali teringat pada pria yang memberikannya ikan ini. Dokter itu ingin sekali berjumpa, ya walaupun mereka semalam bertengkar, tetapi setidaknya Aara ingin memberi salam perpisahan.

Tiba-tiba saja, sebuah tangan memegang kantung plastik berisi ikan jingga garis putih ada tepat di bawah wajahnya. Itu adalah tangan Arby. Lelaki itu tidak lupa pada janjinya untuk memberikan Aara ikan berwarna jingga tersebut.

"Makasih," Aara tersenyum tulus menerima ikan itu. Dia tidak perduli meski Arby tidak bergeming dan mengucapkan sepatah katapun. Karena sekarang, detik ini, dia berusaha untuk tidak mengharap lebih.

Lalu, suara intercom pemberitahuan menggema. Pertanda jika Aara, Sarah, Fara, Zain dan Bara harus bersiap untuk naik pesawat. Semua bergerak, begitu pula Aara yang akan menarik kopernya sebelum tangan kekar milik Arby menahan.

"Hati-hati," ingatnya saat Aara menatap.

Aara membalas dengan senyum, "saya akan merindukanmu," ucapnya.

APAIXONAR [ MATEEN ] #Wattys2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang