Mencintai dalam Bayangan

827 95 13
                                    

Assalamualaikum , Shalom, Om Swastiyastu , Namo Buddhaya ,Salam Kebajikan sahabat dunia orange 💕

Ayo jangan lupa untuk vote dan comment pada cerita ini ya

Karena vote dan comment kamu berarti banget buat aku.

🕊

Aara kembali melahap cuminya dengan selera yang sudah balik mengisi raga. Pernyataan Fikri semakin membuatnya bingung, "emang dia bakal nyakitin aku?" Tanya Aara polos.

"Dokter mau tau ceritanya?" Fikri balas bertanya juga yang langsung dianggukan kepo dari Aara. Tentara itu tersenyum miring, kembali mencomot cumi Aara yang dibalas cubitan.

Fikri mengarahkan tangannya ke atas langit dan mata mereka berdua sontak melihat arah yang sama, "pada suatu hari—"

_____________________________________

Fikri menceritakan segalanya pada Aara tanpa terkecuali. Semua yang dia ketahui, ia tumpahkan pada Aara agar dokter itu tau dan tidak lagi salah paham. Mulai dari kisah pertemuan Arby dan Naira, hingga alasan mereka berpisah, semua ia infokan walaupun tidak sedetail itu. Ia hanya memberi tau apa yang ia ketahui tanpa benar-benar menyaksikan. Semua infonya Fikti dapatkan dari mulut Arby sendiri yang bercerita padanya dulu.

Seperti yang Fikri tebak, Aara pasti sedikit kaget dengan apa yang baru didengar oleh dokter itu. Kernyitan pada bibir Aara terpampang jelas di wajah sang dokter. Fikri pun tak dapat menahan tawanya, tentara itu menggeleng menyadari betapa rumitnya kisah percintaan sang komandan korpsnya itu.

Syukurlah Aara sudah bisa tersenyum sekarang, melirik Fikri yang juga menatapnya dengan senyuman yang sama. Aara mengucir kuda rambutnya lalu dengan semangat yang membara, mulai memakan kembali cumi goreng tepung yang sudah menanti untuk dikunyah.

Obrolan malam mereka menjadi seperti perbincangan strategi perang di tempat huru-hara penuh orang kelaparan. Untung saja Aara banyak mendapatkan masukan yang cukup bagus dari Fikri yang sepertinya mendukung hubungannya dengan Arby walaupun tidak terlalu terang-terangan.

Tentara itu bahkan membantu Aara menjalankan misi pertamanya. Beliau mengantar Aara menuju rumah dengan kandang kuda di area belakangnya yang ternyata adalah rumah milik Arby. Senyumnya Aara merekah ketika melihat pintu rumah yang terbuka tanda sang empu rumah ada di dalamnya.

"Good luck," Fikri menyahut setelah Aara turun dari mobil.

Aara tersenyum setelah Fikri dan mobilnya meluncur pergi. Ia meyakinkan diri untuk berani beranjak masuk ke dalam rumah itu. Setelah mengucapkan salam, Aara melihat sekeliling ruang tamu.

Tidak ada siapa pun. "Mas Arby," panggilnya, namun tidak ada jawaban. Aara tau disana ada Arby karena sayup-sayup terdengar suara dari arah ruang kerja tentara itu. Tetapi Aara memilih tidak menyusul dengan alasan kesopanan. Menyelonong masuk seperti ini saja sudah tidak sopan, apalagi dengan tiba-tiba mengganggu Arby yang mungkin saja tengah bekerja.

Akhirnya setelah berdiri cukup lama, Aara mendaratkan dirinya duduk di sofa ruangan itu. Membaca buku-buku yang tersedia disana. Sebisa mungkin Aara menahan rasa bosannya, ia berusaha untuk fokus membaca buku-buku tebal yang isinya memang sangat membosankan.

Dokter itu mengganti posisi duduknya menjadi rebahan, lalu duduk lagi dan kembali selonjoran lagi di atas sofa. Segala posisi sudah ia coba untuk mengusir rasa jenuhnya. Ia melihat jarum jam yang sudah menunjukkan kalau sudah 2 jam dokter itu menunggi tanpa kepastian.

Ingin sekali Aara mendobrak pintu ruang kerja Arby dan berteriak marah. Namun sungguh ia mencoba keras menahan hasratnya itu. Sebagai seorang dokter, tentu Aara harus punya atitude. Dan beginilah akhirnya, ia tetap duduk seolah yang dilakukannya merupakan tindakan yang tepat.

Aara bahkan tidak sadar kalau ia sudah terlelap di atas sofa rumah orang tanpa permisi. Dalam tidurnya ia tidak akan tau, kalau-kalau seorang pria berbadan tegap yang daritadi ia tunggu, kini berdiri menjulang di depannya.

Arby tidak kaget, ia sudah dengan suara mobil dan Aara yang memanggilnya. Arby pun berusaha untuk menghidupkan intercom agar Aara tau jika ia sedang bekerja. Arby melakukan ini agar dokter itu tidak nekat masuk dan menemuinya.

Arby beralih sebentar untuk mengambil selimut, ia pun menyampirkan selimut abu-abu di atas tubuh Aara. Sepelan mungkin Arby duduk di sofa. Tujuannya untuk menjaga Aara dari nyamuk karena pintu tetap ia biarkan terbuka. Semalam suntuk dihabiskan Arby untuk menjaga si dokter yang terlelap.

Apa yang dia lakukan memang salah, ia tahu itu. Menjadi komandan dari abdi negara tidak membuatnya menjadi seorang pria dengan seribu satu kebenaran. Arby tetap pria yang masih saja membuat wanita tersakiti dengan tingkahnya. Ingin sekali Arby menghajar dirinya sendiri, menghujami wajahnya dengan tinju, ia ingin.

Setetes air mata membasahi pipi tentara itu. Ia menyadari sebentar lagi, akan ada perpisahan antara mereka berdua. Dengan segala daya upayanya, Arby tidak bisa berbuat apapun, tidak bahkan sedikit. Ingin memeluk Aara saja ia tidak bisa. Padahal wanita itu mungkin saja tidak keberatan jika dipeluk olehnya.

Arby memejamkan matanya. Berharap setidaknya ia bisa memeluk Aara walau hanya bayangan. Ya, tidak apa-apa. Arby akan mencintai Aara, bahkan jika itu harus melalui bayangan.

__________________________________

🖤HOLA SAHABAT
DUNIA ORANGE🖤

JANGAN LUPA
VOTE&COMMENT
OKEYY??❗❗

Gapapa ngeblur, yang penting cintaku padamu gak pernah blur, awoakwoak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gapapa ngeblur, yang penting cintaku padamu gak pernah blur, awoakwoak

HEY KALIAN!
Ayo tunjukkan ATTITUDE dengan menhargai PENULIS, dengan cara memberikan VOTE juga COMMENT jika menyukai cerita ini.

dan buat kalian yang udah vote comment, thank u very much, it means a lot for me❤

Pada KEPO nunggu kelanjutannya kan?
SKUY daripada  G A B U T, mending
baca A P A I X O N A R

Salam Hangat,
MATA OXYAN❣

APAIXONAR [ MATEEN ] #Wattys2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang