Mencari

922 91 8
                                    

Assalamualaikum , Shalom, Om Swastiyastu , Namo Buddhaya ,Salam Kebajikan sahabat dunia orange 💕

Ayo jangan lupa untuk vote dan comment pada cerita ini ya

Karena vote dan comment kamu berarti banget buat aku.

🦋

"Saya cuma mau bicara sebentar sama Mas," Aara berusaha memasang senyumnya, padahal sekarang air sudah ingin merebak saja dari pelupuk matanya.

"Saya sibuk, maaf."  Ucap Arby terlalu singkat, pria itu menaiki motornya, memakai helm lalu berlalu. Tidak menoleh sedikitpun kebelakang. Tidak bahkan saat Aara menetes air matanya tak kuasa lagi menahan.

________________________________________

Aara kembali menuju ruangannya—membanting pintu. Hatinya sakit sekali melihat keacuhan Arby. Baru kali ini dokter itu merasakan yang namanya sakit hati. Aara menangis sejadi-jadinya. Air matanya tetap merebak meskipun Sarah sudah berusaha mengusap pipi Aara.

Bermenit-menit Aara menangis hingga katanya memerah dan sembab. Ia memang berurai air mata saat ini, namun ini bukan akhir dari perjuangannya. Dalam hati Aara bertekad untuk tetap memperjuangkan cintanya. Arby mungkin boleh menjauhinya, tapi dia tidak akan menyerah dengan mudah.

Diusapnya sisa air yang ada di sudut mata. Aara bangkit, menyambar steteskop dan peralatan medis biasanya. Dokter itu kembali menyambangi pasien yang datang ke puskesmas dengan senyuman manis seperti biasanya. Aara tetap berusaha menahan eksperi kalem walaupun dalam hati ia sudah kesal sekali melihat ekspresi Naira yang tampak riang.

Ia menyelesaikan tugasnya dengan baik secara cepat dan tepat. Aara menemui Fikri untuk meminta tolong pada tentara itu agar mau menemaninya. Mereka pun berkeliling tak tau arah. Kesana kemari dengan tidak jelas.

Awalnya tentara itu tidak tau kemana arah Aara akan membawanya. Mereka benar-benar menjelajahi kota Kupang yang masih diketahui sang dokter dengan seadanya. Fikri memang dengan senang hati mengantar Aara kemana punyang diinginkan si dokter. Dalam hati ia bertanya-tanya, ada hal apa yang begitu sampai dokter itu harus mencari sampai hampir waktu malam tiba.

"Dok, kita mau kemana sih?" Tanya Fikri akhirnya setelah dia sudah tidak tahan. Perutnya sudah keroncongan minta di isi. "Saya laper banget dok," Fikri menepuk perutnya dengan sebelah tangan.

Untungnya Aara juga merasa lapar, "ke kampung Solor aja deh," titahnya.

Fikri menjengit heran, darimana Aara tau tentang tempat makanan di Kota ini. Namun daripada harus berpikir keras, lebih baik dia mengikuti arahan Aara agar segera dapat mengisi perut. Tentara itu segera mengarahkan mobil yang dikemudikannya ke tempat tujuan. Hanya butuh waktu sebentar bagi Fikri untuk sampai disana. Fikri juga Aara menyebrang jalanan yang ramai akan para masyarakat yang mungkin sama kelaparannya dengan mereka berdua.

Tangan Fikri di tarik paksa oleh si dokter yang sepertinya sudah tau apa yang ingin ia makan. Dan what the hell!
Siapa sangka mereka berdua akan bertemu komandan tampan dan mantan pacarnya sedang makan berdua dengan haha hihi.

Fikri langsung diam mengikuti Aara yang juga terdiam di tempatnya. Arah pandangnya menghunus tajam Arby dan Naira yang masih belum merasakan keberadaan Aara dan Fikri.
Sekarang Fikri tau, ternyata yang di cari dokter cantik di sebelahnya ini seharian penuh adalah komandannya sendiri. Dugaannya terasa semakin benar saat Aara mendesis, "rupanya ngilang kesini."

Aara menarik tangan Fikri, mengikuti langkahnya untuk bergabung bersama dengan Arby dan Naira yang sudah duluan makan. Kedatangan Aara beserta Fikri yang tanpa diundang pastinya mengagetkan mereka berdua.
"Kencan heh?" Tanya Aara dengan senyum yang di buat-buat. Dia mungkin sudah berubah menjadi manusia yang paling menjengkelkan, tapi sungguh dia tidak peduli.

APAIXONAR [ MATEEN ] #Wattys2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang