4. Kesal

46 18 0
                                    


_Jangan pikirkan apa yang terjadi karena jika Tuhan menghendaki kita pasti akan bertemu kembali_
...

Bel istirahat telah berbunyi, Sheila langsung menutup bukunya tak ada kemauan untuk membereskan alat tulisnya. Bodo amatlah, nanti juga dipake lagi! Kan, Sheila emang kaya gitu orangnya gak mau ribet. Tapi, dia tergolong orang yang rapih kok.

"Ohh, iya, Dif. Gue mau cerita, nih," ucap Sheila sambil membenarkan posisi duduk dan rambutnya.

"Apaan? Tumben! Eh, tapi di kantin, yuk? Gue belum sarapan."

Sheila hanya menatap Difa dengan malas, kebiasaan Difa suka kaya gitu. Gak pernah sarapan, padahal dia suka berangkat pagi-pagi. Biasa, orang tuanya pergi ke luar kota untuk pekerjaan. Dan Difa gak mood kalo di rumahnya makan sendirian. Sebenarnya, ibunya tidak bekerja hanya sebagai IRT. Tapi, ayahnya lah yang meminta ibunya agar ikut.

"Kemarin gue gak sengaja ketemu orang," jelas Sheila sambil berjalan sejajar dengan Difa.

"Kemaren juga gue ketemu orang, sekarang juga ketemu orang, Shei," jawab Difa yang memang benar kenyataannya. Lagipula, temannya itu juga orang, kan? Bukan hewan. Sheila kalo cerita suka banyak kode diawal, deh. Gemesin!

"Iya, maksudnya dia cowok."

"Serius? Terus gimana?" Difa mulai tertarik dengan cerita Sheila, karena tidak biasanya Sheila akan bercerita tentang lelaki kepadanya dengan penjelasan yang sedikit-sedikit.

"Dia manggil gue dengan nama apa ya? Gue juga lupa. Pokoknya dia baik banget, deh. Cuma ya, gitu. Dia langsung meluk gue. Sok manis banget, kan?"

Difa malah terkekeh mendengar penjelas Sheila. "Lo harusnya bersyukur ada cowok yang mau meluk lo."

"Maksud lo, gak ada cowok yang mau meluk gue, gitu?"

Difa tak menjawab, mereka sudah sampai dikantin dan Difa langsung memesan makanan. Berbeda dengan Sheila yang hanya memesan minuman saja.

"Pokoknya cowok itu aneh banget, Dif. Dia kaya udah kenal sama gue, gitu. Tapi, kalo dilihat-lihat tatapannya itu menyedihkan. Gila kali, ya?"

Sheila dan Difa telah duduk dibangku yang masih kosong dengan pesanan yang sudah ada ditangannya.

"Sinta!"

"Hah! Dia panggil gue dengan nama itu," ucap Sheila bersemangat karena dia bisa mengingat nama yang Tristan berikan untuknya. Ekspresinya berubah ketika menyadari bahwa ada orang yang mengatakan Sinta tepat dibelakangnya. Dia menoleh dan terkejut mendapati Tristan sudah berada didekatnya.

Difa yang ikut memperhatikan Sheila hanya memasang wajah polos yang tak tau apa-apa. Dia kan, gak tau jika Tristan memanggil Sheila dengan nama Sinta. "Lo kenapa?" Tanyanya ketika melihat Sheila yang menegang.

"Dia cowoknya, anjir!" Jawab Sheila sedikit berbisik membuat Difa langsung tersedak makanannya sendiri.

Tersedak karena baru sadar jika cowok yang ada di hadapannya itu sangat tampan, beberapa isi kantin memperhatikan mereka.

"Ta?" Panggil Tristan lalu duduk disamping Sheila dan Arka duduk didepan Tristan.

"Lo ngapain sih manggil gue Sinta lagi? Kan, gue udah bilang nama gue Sheila. S-H-E-I-L-A." Sheila mengeja namanya sendiri dengan penuh penekanan. Demi apapun, dia benar-benar kesal dengan Tristan. Dan lelaki yang ada di hadapannya itu malah menatapnya juga dengan tatapan yang ditunjukkannya kemarin.

"Aku udah bilang, kamu gak perlu merubah nama kamu, Ta."

Difa hanya diam memperhatikan interaksi mereka dengan santai. Seakan-akan ia sedang menonton drama tv.

SHETANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang