Disaat orang diluar sana sibuk dengan aktivitas menyibukkan nya, seperti memasak ada pun pergi ke kantor dan lainnya.
Berbeda dengan gadis mungil tengah terbaring dengan mata cantik yang terpejam.
Ia tak menyadari waktu sebentar lagi pukul setengah tujuh, dan menandakan sebentar lagi masuk ke kelas, tapi ia masih enggan untuk membuka mata cantiknya yang tertutup cantik.
Hingga sebuah panggilan membuat dirinya terbangun seketika.
"Bangun Laura udah mau jam setengah tujuh tuh." sontak penuturan dari Mamah nya membuat gadis itu menggerutu tak jelas.
Sial hari ini gue sekolah. -batin Laura menggerutu.
Ia pun buru-buru segera untuk mandi serta bersiap-siap.
Hingga jam menunjukan pukul hampir masuk jam masuk, dia pun berlari tanpa memperdulikan sekitar.
"Laura berangkat, Mah." pamit nya tak lupa untuk mencium punggung tangan milik Miranda.
"Kamu mau mamah bekelin?" tawar Miranda kepada Laura.
Gadis itu menggeleng lemah. "Gak, udah telat banget soalnya."
"Ya udah hati-hati yah!"
"Siap, Mah." balas nya berlari keluar untuk mencari taxi atau bila perlu angkutan umum juga bisa.
Semoga masih ada angkutan umum. -batin Laura yakin.
Biasa nya ia berangkat dengan sang Ayah, berhubung ia kesiangan jadi ya begini lah.
***
Kini ia berdiri menatap gedung besar, sekolah yang akan dia tempati beberapa tahun lagi. Karena dia pindah saat duduk dibangku kelas sebelas.
Tak menyangka bila dia bisa ke sekolah lamanya lagi.
Langkah kaki nya melangkah pelan, takut-takut ada anggota staff batalyon yang berkeliaran untuk mengontrol siap saja yang telat.
Karena dia paham betul dengan aturan sekolah, karena tanpa diberitahu oleh sahabatnya pun dia tahu aturan sekolahnya dulu.
Semoga aja gak ketangkep deh. -batinnya penuh harap.
Ia sungguh benci terhadap ketua osis disekolah ini, rumor yang beredar sifatnya sangat dingin tapi disukai banyak siswi apalagi oleh adik kelasnya.
Sudah mendengar bahkan sering gosipnya dari beberapa orang yang mengagumi sosok Danyon itu.
Sungguh aneh.
Saat kaki nya melangkah dengan tenang, suara dingin dari belakang menyapanya tak lupa dengan nada tegas.
"Hey kamu!!" panggil lelaki dibelakangnya.
Masih belum ada respon dari Laura, dia sungguh tidak tahu bila ada anggota staff batalyon yang berkeliaran sampai taman belakang.
Dia hapal betul bila taman itu selalu sepi saat pagi hari, karena sebelum pindah dia pun sempat bersekolah disini.
"Kamu bisu?!" sentak suara itu sembari mulai mendekati tubuh Laura yang mematung.
Laura hanya memejamkan mata dengan rapat, sungguh gadis itu sangat takut apalagi hari ini pertamanya bersekolah.
"Hey!" dia pun menarik bahu Laura dengan pelan dan membuat badan itu seketika menghadap padanya langsung.
Tubuh cowok itu cukup tinggi membuat sang gadis hanya bisa menatap dada bidang dibalik seragam putihnya, tinggi badan Laura hanya sebahu dari orang dihadapannya kini .
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVIN {Revisi}
Teen FictionFollow dulu sebelum membaca, thanks! Menjadi seorang kesayangan dari Danyon disekolah nya adalah suatu artian yang berbanding balik yaitu menjadi langganan dalam hukuman, kesayangan bukan? Musuh terbesar Laura Anindya adalah Gavin Angkasa, cowok yan...