Chapter 6

1K 32 2
                                    

Sudah berapa toko buka yang telah Laura dan Gavin singgahi, tetap saja makalah yang dia cari tidak ada.

Gadis itu tidak tahu bila lelaki berambut hitam pekat itu membutuhkan sebuah makalah, padahal biasanya satu bulan sebelum ujian akan diberikan makalah sendiri dari sekolah. Terlalu pintar sepertinya.

Rasa nya sudah cukup lelah. Panas pun semakin terasa saja. Keringat juga sudah membasahi tubuhnya.

Kendaraan cukup ramai berlalu lalang. Laura hanya bisa memperhatikan Gavin yang sedang mencari makalah.

Ingin menegur cowok itu tapi rasa tak enak menghinggapi dibenak Laura. Tapi ini sudah terlalu lama.

Seperti nya gadis itu tidak bisa menahannya lebih pama lagi lagi. "Gavin."

Dia sejenak mengalihkan pandangan dari buku kepada gadis mungil itu. "Apa?" Dia bertanya.

"Ketemu gak?" Laura berujar.

"Gak." singkatnya yang kini berjalan mendekat ke arah Laura yang terdiam, dan secara tiba-tiba menarik pergelangan tangan Laura.

Mata hitam Laura membulat sempurna, dia mau membawa gadis itu kemana?

Laura menatap tautan tangan keduanya, dan beralih pada wajah Gavin yang kembali dingin seperti biasanya.

Dasar batu es.

Hingga diluar parkiran Dia hanya terdiam. Lalu Gavin pun melepaskan tautan tangan keduanya dan menatap datar wajah Laura seolah menagih sesuatu.

Kedua alis itu terpaut. "Apa?"

"Kunci."

"Hah?" jelas Laura tak paham dengan gaya bicara Gavin yang dingin.

Dia berdecak. "Ck gue yang nyetir."

"Ya udah nih." pasrah sang gadis memberikan kunci motor.

Sungguh aneh dengan lelaki dihadapan Laura kini memilih sifat yang cepat sekali berubah, apa dia memiliki sebuah kepribadian yang ganda? Ah tidak mungkin.

Laura hanya menatap jalanan dengan tenang, sungguh lelah untuk hari ini, seharusnya tadi dia menolak tadi perintah dari sang mamah.

Tetep aja dosa kalau nolak.

Mungkin sekarang dia saat ini sedang diposisi rebahan dengan cemilan beserta novel yang dibaca.

"Kita mau kemana?" tanya Laura

"Cari makan." singkat Gavin.

"Makalah yang lo cari gimana?"

Gavin terdiam sejenak. "Mungkin gue bakal nyari sendiri, gue kasihan sama, lo."

Laura mengangguk mengiyakan.

"Gavin." panggil Laura.

"Apa." Cowok itu membalas sembari fokus dengan jalan.

"Makasih." ucap gadis itu.

"Buat?"

"Yang kemarin." seru Laura.

Gavin menghela nafas. "Hmm, dan gue minta maaf sama sikap gue selama ini."

RAVIN {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang