Bagian 6 [Meminta Lupa]

22.6K 1.8K 100
                                    

"Manusia memang tidak bisa menolak takdir yang telah diberikan oleh sang maha kuasa, namun kita bisa meminta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Manusia memang tidak bisa menolak takdir yang telah diberikan oleh sang maha kuasa, namun kita bisa meminta. Kali ini aku ingin meminta melupakannya"

_Malaika Farida Najwa_

🥀🥀🥀

Malaikat tak bersayap. Sebutan itu kuberikan pada anak laki-laki yang kutemui empat belas tahun yang lalu. Wajahnya masih kuingat jelas sampai sekarang. Ia adalah malaikat tak bersayap yang dikirim Allah untuk membantuku selama aku di Jakarta.

Aku tidak tahu bagaimana nasibku sekarang apabila tidak bertemu dengan anak laki-laki itu. Dialah yang akhirnya membawaku bertemu dengan panti dan umi Bushra. Dialah orang pertama yang kupanggil sahabat setelah masa-masa kelamku di Lombok. Dia adalah kak Adnan. Al Adnan Dhiaurrahman.

Tentu saja aku tidak akan lupa dengan nama itu sampai kapanpun. Namun waktu sepertinya membuatku lupa dengan parasnya. Aku bahkan masih tidak mengenali sosoknya walau ia sekarang berdiri tepat di depan mataku.

"Kak Adnan!" Aku kembali menyebut namanya setelah sekian lama. Aku masih ingat bagaimana kami harus berpisah dulu. Kak Adnan diadopsi oleh sebuah keluarga muslim yang tinggal di Amerika. Semenjak itu dia seperti hilang ditelan bumi. Aku tidak menyangka bisa bertemu dengannya lagi.

"Kalo udah perkenalan aja kamu baru inget sama kakak," sindirnya.

Kak Adnan yang dulu dan sekarang terlihat jauh berbeda. Aku tentu sangat sulit untuk bisa mengenali wajahnya. Apalagi dia sekarang memakai jas berwarna putih khas dokter. Kak Adnan yang dulu kukenal hanya anak laki-laki polos yang selalu memakai peci dan sarung.

"Kak Adnan sekarang udah beda banget, makanya aku nggak langsung kenal." Aku berkata yang sejujurnya. Kak Adnan mengerucutkan bibir. Kebiasannya yang satu itu ternyata masih bertahan hingga sekarang.

"Umi aja langsung kenal kakak pas sekali liat tapi kamu malah harus nanya dulu baru kenal," jelas kak Adnan. Ia nampak kesal.

"Maafin Najwa ya kak Adnan." Aku meminta maaf. Kak Adnan terkekeh.

Tasbih Hati (MUN 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang