Bagian 21 [Shalat Istikharah]

20.4K 1.9K 406
                                    

“Jika bahagia akan tercipta saat aku melepaskan salah satunya, maka aku akan melakukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jika bahagia akan tercipta saat aku melepaskan salah satunya, maka aku akan melakukannya. Demi kebahagiaan dua wanita yang kusakiti.”

_Muhammad Fadlan Al Ghifari_

_Muhammad Fadlan Al Ghifari_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~MUN 2~

FADLAN POV

“Jika memang kamu tidak mau menjadi muhalil, maka nikahilah Shanum sepenuhnya. Itu lebih baik daripada Abram terus mengejar Shanum. Aku harap kamu akan menjaganya, Lan. Karena Shanum membutuhkanmu.”

Aku terbangun saat kalimat terakhir Hafidz memenuhi isi kepalaku, menjadi mimpi buruk yang tak pernah ingin kuingat. Kalimat itulah yang membuatku langsung menerima pernikahan bersama Shanum saat mendengar kabar kecelakaan Hafidz setelahnya. Aku melirik ke arah jam tangan. Kekagetan menyelusup dalam jiwa. Ini sudah hampir jam empat sore. Setelah kepergian Abram dan Rizma, aku ingin istirahat sebentar di sofa. Aku tidak menduga akan ketiduran cukup lama di kamar hotel. Aku sudah berjanji akan menjemput Azzam di sekolahnya.

“Aku sudah tahu semuanya, mas.”

Aku menoleh saat mendengar suara itu. Shanum berjalan ke arahku dan meletakkan sebuah kertas yang berisi gugatan cerai. Aku menatapnya lamat-lamat, mencari tahu maksud semua ini.

“Aku sudah mendengar apa saja yang mas bicarakan dengan mas Abram.”

Aku mengerutkan kening. “Maksud kamu apa?”

“Mas sudah tahu maksudku apa.”

“Shanum tolong—”

“Jadi mas Fadlan menikahiku bukan karena mas menjadi muhalil, tapi karena permintaan mas Hafidz yang ingin mas Fadlan menjadikanku istri seutuhnya?”

Aku mendekat kea rah Shanum, mencoba menjelaskan semuanya. Namun Shanum berjalan mundur, menjauh dariku.

“Aku bisa menjelaskannya, Shanum.”

Shanum menggeleng. “Aku sudah tidak butuh penjelasan mas lagi. Aku sudah sangat mengerti situasi yang tengah kita hadapi sekarang.”

“Aku sama Hafidz tidak bermaksud untuk—”

Tasbih Hati (MUN 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang