Bagian 11 [Sandaran Untuk Shanum]

19.4K 1.7K 706
                                    

“Ada kalanya cinta tak harus memiliki, namun bagiku sekarang cinta harus saling memiliki karena sakit akan terasa jika cinta dimiliki orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ada kalanya cinta tak harus memiliki, namun bagiku sekarang cinta harus saling memiliki karena sakit akan terasa jika cinta dimiliki orang lain.”

_Muhammad Fadlan Al Ghifari_

_Muhammad Fadlan Al Ghifari_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~MUN 2~

FADLAN POV

Aura malam mengajakku pada dimensi yang berbeda. Seolah keheningannya menjadi teman dekat yang tak ingin kulepas. Lampu kendaraan yang terus menelusup mata membawa otakku berputar-putar, membuatku menyipit hingga beberapa kali terlelap. Istighfar kukumandangkan dalam hati. Kuhentikan mobil tepat di depan sebuah rumah berlantai dua. Entah kenapa aku hanya ingin menemui Najwa sekarang. Walaupun aku tidak bisa menemuinya, setidaknya aku bisa melihat lampu di rumah itu menyala. Rumah yang dulu kudesain khusus untuk Aika.

“Kenapa kamu masih disana Najwa? Apa kamu tidak membenci rumah itu?” Aku menyandarkan tubuh pada mobil, meletakkan kedua tanganku bersidekap.

“Najwa.” Aku menatap rumah itu lekat-lekat. Suasana yang membungkus tempat itu masih sama dengan yang kurasakan saat terakhir kali menginjakkan kaki. Waktu tidak memberi kesemmpatan untuk membuat suasana itu luruh.

“Apa hubunganmu dengan dokter Adnan?”

Pertanyaan itu muncul tanpa kusadari. Ingatan tentang kejadian di dufan tadi siang membuatku tidak bisa berfikir dengan baik. Takdir sepertinya memberi restu untuk membuatku sakit hati. Setiap kali dokter Adnan tersenyum ke arah Najwa, aku bisa merasakan seperti ada api yang meledak-ledak dalam sukmaku.

Apa aku salah jika mengatakan cemburu? Aku tidak ingin ada laki-laki lain yang bersikap seperti itu kepada Najwa. Apalagi dokter Adnan juga bertindak seolah ia dan Najwa sudah saling mengenal cukup lama. Aku yakin seberapa lama pun mereka saling mengenal, aku dan Najwa saling mengenal lebih lama dari itu.

Drrtdrrt

Aku meraih ponsel yang bergetar, mengangkatnya dan menempatkan di dekat telinga.

Tasbih Hati (MUN 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang