~MUN 2~
Sajadah itu tersingkap ketika tubuhku tiba-tiba saja terjatuh. Air mataku perlahan membasahi mukena putih yang kukenakan. Isakan terdengar memenuhi ruangan ini. Aku sudah tidak tahan lagi. Semuanya terlalu menyakitkan. Aku sudah tidak mampu lagi untuk berdiri dan membuka mata. Semua hal yang terjadi seperti membunuhku secara perlahan. Aku benar-benar sekarat."A-astaghfirullahaladzim." Aku berusaha mengatur nafasku perlahan. Air mataku mungkin sudah habis karena menangisi kisah hidupku yang menyedihkan. Bagaimana Allah memberiku cobaan seberat ini? Apakah pahitnya kehidupan yang kujalani sebelumnya belum cukup? Aku sudah tidak sanggup.
"Najwa."'
Suara itu kembali terdengar. Suara yang tak ingin kudengar lagi. Aku membenci suara itu. Aku benci suara seseorang yang memanggil namaku itu.
"Najwa, aku mohon-"
"Jangan mendekat!" Aku berteriak. Aku tahu dia ingin berjalan mendekat ke arahku. Harum tubuhnya bisa kucium dengan jelas.
Aku menertawakan kebodohanku selama ini. Aku mencintainya tapi dia justru membuatku jatuh puluhan kali. Dia tidak pernah membantuku untuk kembali berdiri tegak. Dia hanya membiarkanku berusaha sembuh seorang diri. Ketika luka yang ia torehkan perlahan memulai memudar, dia kembali datang dan menorehkan luka baru lagi. Dia membuatku jatuh lagi dan lagi.
"Ma-maafkan aku Najwa." Suara itu terdengar bergetar. Aku mengambil tasbih dan perlahan mengucap istighfar.
"Najwa, tolong dengarkan penjelasanku."
Aku tak mengindahkan suara itu. Aku tetap beristighfar dan memunajatkan do'a kepada Allah agar masalah ini cepat berlalu. Aku ingin dia pergi jauh dari hidupku. Jauh sejauh-jauhnya."Najwa." Kali ini suara itu terdengar lirih. Dia sepertinya sudah kehabisan tenaga. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dengan satu tarikan nafas aku mengatakan kalimat itu. Kalimat yang akan membuatku menghilang dari hidupnya dan dia menghilang dari hidupku.
"Mari kita akhiri semuanya mas. Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi, untuk selamanya."
"Apa yang-"
"Alan dan mas Fadlan yang kucintai sudah hilang begitupula dengan Aika dan Najwa."
"Ma-maksud kamu apa? Aku ada disini, Alan dan Fadlanmu ada disini Najwa!" Mas Fadlan meninggikan suaranya. Aku dapat membayangkan ekspresi wajahnya saat ini. Dia pasti sangat marah mendengarku mengatakan hal itu, namun aku sudah tidak sanggup lagi dengan semua yang terjadi. Aku menyerah.
Aku menutup mata perlahan. Nafasku semakin sesak jika bersama dengannya. Aku membuka mukena dengan cepat. Kuraih tas berwarma cokelat itu dengan tangan bergetar. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan suara isakanku pada laki-laki itu. Kuraih foto berukuran 3×4 itu dan meletakkannya di atas sajadah.
"Semoga mas bahagia."
~MUN 2~
Assalamualaikum....
Sesuai janji author
MUN balik lagi dengan sequelnya
Bakalan ada tambahan beberapa karakter baru dan pastinya konflik baru yang nggak kalah serunya sama MUN yang pertama
Maafkan author yang ngasih kelanjutan MUN diluar ekspektasi kalian hehe
Soalnya author mau buat MUN 2 beda dari cerita yang lain
Author tunggu 100 komen dari kalian untuk review prolog MUN 2
Kalo udah lebih dari 100 komen, besok part 1 akan langsung author publish:)
Dan kalian akan segera tahu gimana kisah Fadlan dan Najwa setelah ini
Jangan lupa follow akun instagram author untuk dapatkan info terbaru MUN 2
IG: ameliasria_
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Hati (MUN 2)
Duchowe(MUN 2) Untuk pertama kalinya kalian akan mendukung orang ketiga dalam rumah tangga... Najwa dan Fadlan kembali bertemu setelah terpisah jarak dan waktu. Najwa fikir pertemuan mereka kali ini akan membawa kisah yang indah, namun ternyata kesedihan k...