Bagian 18 [Mengikhlaskan Rasa]

19.4K 1.7K 182
                                    

"Aku tidak perlu takut kehilangan cinta dari-Nya karena cinta seorang hamba pasti didapat saat cinta kepada Allah sudah dipenuhi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak perlu takut kehilangan cinta dari-Nya karena cinta seorang hamba pasti didapat saat cinta kepada Allah sudah dipenuhi. Aku tidak perlu takut jika ia mencintai wanita lain karena aku percaya dengannya. Percaya jika ia akan menjaga cintaku dan cinta kami"

_Malaika Farida Najwa_

_Malaika Farida Najwa_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~MUN 2~

FADLAN POV

Suara Adzan subuh terdengar samar-samar. Diiringi suara seseorang yang memanggil namaku berkali-kali. Rasa lelah kian menusuk diri, memintaku untuk tetap menutup mata. Namun panggilan Allah tidak bisa kutolak. Perlahan mataku terbuka. Penampakan seseorang di depanku membuat rasa terkejut bergemuruh dalam jiwa. Aku menatapnya cukup lama. Menelusuri setiap inci wajahnya yang kembali membawaku pada kenangan yang begitu lama.

"Najwa?" Aku mengedipkan mata, mencari tahu apakah penglihatanku saah atau tidak. Namun apa yang aku lihat benar adanya. Najwa menatapku tanpa cadar yang menutupi wajahnya.

"Kita harus shalat subuh, mas." Najwa mengingatkan. Aku masih setia menatapnya.

"Mas Fadlan." Najwa memanggilku.

"I--iya." Aku bangun, memposisikan diri untuk duduk di sampingnya. Aura diantara kami terasa berbeda. Aku melihat ke belakang, Azzam masih tidur. Keheningan dan dinginnya pagi menjadi pelengkap untuk membut suasana diantara kami semakin membuatku keseulitan bernafas.

"Kenapa kamu...," Aku kembali menatap wajahnya, "ti--tidak memakai cadar?"

Najwa memegang wajahnya. Ia menatapku dengan kening mengkerut. "Apa wajahku terlihat jelek, mas?"

Aku menggeleng cepat. "Bukan begitu, tapi...mas merasa sedikit berbeda."

"Aku tidak perlu menutupinya lagi kan, mas. Lagipula sekarang kita sudah tidak terikat dengan perjanjian itu lagi." Najwa tersenyum. Ia berdiri, meraih mukena lalu menatapku lagi.

"Mas tidak mau ambil wudhu?"

"Hah?"

"Ambil wudhu, mas."

Tasbih Hati (MUN 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang