E

47 7 0
                                    

CTI-STC

Aku pikir kamu akan menyesal, jadi biar aku yang mundur perlahan sebelum terlambat.

>>>

Kini pesta masih berlangsung. Memang sedikit gila, tapi pesta itu akan terus berlangsung hingga pagi, sebuah tradisi. Arha ingat betul, ketika ia tidak ikut dalam acara-acara itu, ia selalu sendirian di rumah hingga hari berikutnya. Kini tangannya memegang segelas kopi, mengingat usianya yang belum menginjak 17 Tahun, ia tidak boleh meminum wine. Bahkan walau segelas.

Ia mengambil segelas susu vanila, membawanya menuju lantai dua. Menghampiri sosok gadis yang dijodohkan dengannya itu. Gadis itu tampaknya menyesal dan sejak tadi menyendiri di balkon Aula lantai dua. Arha memutuskan untuk menyusul. Biarlah gadis itu masih membencinya. Ia tidak peduli. Ia juga harus minta maaf. Ia menyadari kesalahannya.

Al ada disana, duduk di ayunan yang ada. Rambut hitamnya tertiup angin sepoi-sepoi, menambah kesan manis dan elegan darinya. Gadis itu hanya diam, menatap keluar balkon. Gadis itu mungkin juga tidak menyadari kedatangan Arha. Ia sibuk merenungi ingatannya. Tanpa memperdulikan dunia disekitarnya yang begitu berisik.

Al mengingat segalanya. Ia tak pernah menyangka bahwa Arha sungguh cucu dari Watson Frederick. Hanya saja, sifat Arha berbanding terbalik dengan pemimpin Frederick Corporation itu. Al menghela nafas, hanya sedikit berbeda, setelah ditelusuri. Hanya sedikit berbeda. 

-CTI-

< Flashback, 19 Juli 2017

Al tidak sengaja menabrak seorang pria lanjut usia saat ia akan bertemu dengan seseorang.  "Ma-maafkan saya," Al membungkukkan tubuhnya malu. Pria itu berhenti sejenak. "Tidak apa-apa, wah, kesopananmu sangat tinggi, boleh aku tahu namamu?" Al mendongakkan kepalanya, dari tatapan matanya, ia terlihat takut.

"Ah ya, aku Watson Frederick, aku CEO dari Frederick Corp," Al menatapnya, ia tahu Frederick Corp adalah perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan kakeknya, Frozee Create. "Aku... Alzevana Alaska, tapi semua memanggilku Al, Kakek juga," Ia membungkuk hormat satu kali lagi. Sebuah manner yang sangat tinggi.

"Ah, kamu cucu Alex?" Tanya Watson membungkuk, menyetarakan tingginya dengan gadis berusia 10 tahun itu. "Iya," Watson tersenyum, "Kakekmu ada di dalam?" Tanya Watson. Gadis itu dengan lugunya mengangguk. "Terima kasih ya, maaf sudah menabrakmu," Watson tersenyum. "Eh, Tuan! Saya yang harusnya minta maaf, maaf sudah menabrak anda," Watson tersenyum lagi, "Tidak apa-apa nak,"

Gadis itu, Al. Menatap Watson yang sudah masuk ke dalam rumah kakeknya. Mereka tampak bergurau bersama. Al melanjutkan jalannya yang tertunda. Tapi, rupanya, meski ia telah pergi selama 4 jam, Watson masih ada disana. "Hei, Al, kemarilah," Di panggil oleh Alex, Al segera menghampirinya. "Sudah kenal dengan kakek ini?" Al mengangguk pelan, sekalipun wajahnya lugu, Al sudah duduk dibangku kelas 5 SD tahun itu.

"Hei, Watson, bagaimana kalau kita menjodohkan cucu kita? Cucumu lahir dua tahun sebelum Al kan?" Watson terkekeh dan mengangguk. "Aku setuju Alex, lagi pula, bukan kah kau sudah mengatakannya padaku sebelumnya?" Tanya Watson heran. "Ya, tapi aku belum terpikir memilih Al sebagai anak yang dijodohkan, Al punya kakak laki-laki, walaupun bukan kandung. Kakaknya itu seusia dengan Jasmine," Jelas Alex. Meskipun Al masih kelas 5, masih 10 tahun, ia mengerti apa arti kata dijodohkan. Sayangnya, sampai lulus SMA, ia melupakannya.

Watson tahu, Alex masih mengingat perjanjian itu meski sudah bertahun-tahun lamanya. "Hey, Alex, tampaknya cucumu sudah dewasa," Alex menoleh, "Watson, jangan bilang kau mau menjodohkan mereka sekarang?" Watson terkekeh, "Kau sudah tahu Alex, cucuku juga sudah pemuda, mereka seharusnya sudah siap,"  Alex menggeleng, "Apakah kau tidak khawatir hubungan keduanya kandas ditengah? Mereka masih remaja," Watson menggeleng, "Arha harus melanjutkan perusahaan ini, perusahaan ini butuh bantuanmu, Alex,"

CTI - STC [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang