S

29 7 2
                                    

CTI-STC

Tapi aku berjanji, hati ini memang untukmu, dan hanya untukmu.

>>>

< New York, 2036

"Permisi, Tuan, apakah masih ada pekerjaan lainnya?" Seorang wanita berparas cantik nan muda memasuki ruang Arha, "Oh, tunggu, bukannya kau sudah dipecat beberapa saat yang lalu?"  Wanita itu tertawa, "Anda berniat memecat saya? Maka keluarga Anda akan hancur," Arha menatap bingung wanita itu, "Menikah dengan saya dan bahagia atau ku buat istrimu itu menjauh?" Ancam wanita itu kemudian tertawa lagi.

Arha melotot melihat tingkah sekretaris pilihan ayahnya itu. Sekretaris nya itu dipilih dari Indonesia untuk membantunya di Inggris. Sungguh? Arha bahkan merasa bahwa Sekretarisnya itu sudah terlampau bodoh. Ia marah dengan ayahnya, mereka bertengkar hebat selama 3 bulan. Dan yang terjadi adalah? Ayahnya tetap membiarkan wanita itu bekerja.

"Pergi! Pergi kamu dari ruangan ini!" Arha menatap nyalang wanita tersebut. Tapi wanita itu justru mendekat, "Tolong tanda tangani berkas ini terlebih dahulu, maka Anda akan segera bercerai dengan wanita tua itu," Arha mengepalkan tangannya geram, "PERGI! FELICIA! AKU KATAKAN! PERGI!"

Wanita itu tertawa kemudian mendecih dan berlalu.

-CTI-

Arha pulang segera, ia khawatir terjadi hal yang buruk pada keluarganya. Tapi sekali lagi, ancaman wanita bernama Felicia Veronica itu bukan candaan. Arha berhasil membuka pintu dan menemukan Al menangis dan dipeluk erat-erat oleh Arsya dan si kembar. "Al!" Arha berusaha mendekat, tapi dengan marah, Arsley menghadangnya. "Dad! Dad jahat sama Mom!" Arha gelagapan, ia mundur beberapa langkah, pikirannya mulai runyam.

"Arsley! Al! Dengarkan! Aku bisa menjelaskan!" Arha masih berusaha mendekat, tapi Asley ikut menghadang dan menatap marah Arha. "Tak usah Kakak jelaskan juga tidak apa-apa Kak, mungkin selama ini aku hanya lah mainan yang tak berguna bukan? Kak, aku pergi, jaga Arsya. Arsya, jaga Dad, alright? Mom dan Asley serta Arsley pergi" Al berdiri, menarik tangan Asley dan Arsley, melangkah pergi melewati Arha menuju kamar mereka.

Arha mengacak rambutnya sebal. "Arsya, apa yang terjadi tadi?"

Arsya menunjuk HP Al yang tergeletak diatas meja beserta sebuah kertas berwarna sedikit kusam. Arha melotot tajam, "Sialan!"

< Flashback Start

Arha melotot melihat tingkah sekretaris pilihan ayahnya itu. "Pergi! Pergi kamu dari ruangan ini!" Wanita itu justru mendekat, "Hei, kenapa tidak memilih saya saja?" Arha mengepalkan tangannya geram, "PERGI! FELICIA! AKU KATAKAN! PERGI!" Wanita itu mendecih sebal, segera ia membuka pintu ruangan dan keluar dari ruangan CEO nya itu.

Felicia tersenyum licik, ia segera memberikan tugasnya pada Sekretaris 2 dan melangkah menuju parkir mobil, benar saja, ia bertemu dengan Al di sana. "Hey, wanita murahan, kau ingin bertemu suamimu?" Al menatap heran Felicia, mata biru tua itu menatap ke arah mata coklat Felicia yang berkilat marah. "Maaf, tapi saya tidak mengenal siapa anda?" Al menegakkan tubuh tingginya, menatap Felicia yang sungguh angkuh. "Aku pacar Arha, Felicia Veronica. Dih-dih, nikah muda ya? Tua seperti ini dibilang muda!" Felicia dengan kuat mendorong Al hingga mundur beberapa langkah.

"Oh, pacar? Maaf, tapi suami saya tidak pernah menceritakannya pada saya, jadi saya anggap Anda berbohong," Al berusaha kembali melewati Felicia, "Huh, tua-tua begini sok sekali jadi istri Arha, kau pasti hanya ingin hartanya kan!?" Al melotot tajam ke arah Felicia, tapi digigitnya kuat-kuat bibir bagian bawahnya, "Maaf, tapi saya tidak pernah berurusan dengan anda, dan anda tidak punya bukti. Silahkan pergi!" 

Felicia tertawa dengan keras, "Kau ini hanya jalang! Kenapa sok sekali jadi anak orang kaya dan menikahi Arha, ingin menindas Arha?" (Catatan : Felicia tidak tahu bahwa Al adalah CEO di perusahaan lain) Al tersenyum miring, "Anda butuh berapa? Tampaknya wajah anda tebal sekali, melebihi tebalnya semen di tanah ini," 

"Cih, tanda tangani ini, dan bercerai lah dengannya!" Sebuah surat perceraian, Al menatap nyalang wanita itu, "Anda siapa memaksa saya cerai dengan suami saya?" Felicia mengeluarkan HP-nya, menunjukkan sebuah foto. Itu foto Arha saat berada di club, tapi kapan Arha melakukannya? "Lihat! Suamimu selalu pulang larut kan? Dia pergi ke bar dan tak memberi tahu-mu bukan!? Aku sudah pernah tidur dengannya, dan dia lebih mencintaiku, jadi, cerai lah dengannya!"

Al menatap nyalang wanita itu, terbesit rasa tak percaya di hatinya. Tapi kondisi perasaannya yang telah bercampur aduk juga tak membiarkannya berhenti emosi. "Ya, saya tanda tangani, dan jangan muncul di kehidupan saya lagi!"

< Flashback End

"Al! Itu tidak sungguhan! Itu hanya kebohongan!" Arha berusaha mencegah Al melangkah pergi. Al menoleh, "Maaf kak, tapi mau bagaimanapun, kau juga menandatangani surat itu kan? Kau ingin bercerai denganku," Air matanya tertahan, hatinya terluka, ia tak sanggup menahan luka itu lagi. "Al! TIDAK! DIA MENGERJAIKU! AL! ITU TIDAK SUNGGUHAN!!!"

Terlambat, wanita berparas cantik berstatus istrinya itu melangkah keluar. Menarik tangan Arsley dan Asley pergi dari sana. Arha terduduk, menangis sekeras-kerasnya. "Dad!" Arsya memeluk erat-erat Arha, "Dad, don't cry, please~," Arsya menatap Arha yang masih menangis. "I'm sorry... Arsya..." Arsya mengangguk, ia paham, ia paham semua hal yang terjadi hari itu.

-STC-

"Sabar nak, sini, ibu sudah buatkan nasi goreng kesukaanmu, makan dulu," Al menghapus air matanya untuk terakhir kali, bergabung di meja makan bersama keluarga lainnya. Asley dan Arsley saling tatap, sesuai kesepakatan, mereka akan ikut sang ibu kembali ke tanah air kelahiran Sang Ibu. Nevada menatap Al risau, ia tahu, kasus yang sama terus beruntun menyerang keluarga Frederick. Tapi ia juga tidak bisa membela Arha, mau bagaimanapun juga, Al adalah putri satu-satunya yang memegang kuasa di perusahaan mereka.

"Yah?" Listya menegur Nevada yang tengah melamun menatap kosong makanannya, "Oh ya, baiklah, mari kita makan! Nanti malam kita ke Indonesia! Siapa nih yang seneng?" Asley dan Arsley segera mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi. "Oke-oke, ayo makan dulu, habiskan ya," Nevada memutuskan untuk membawa Al dan anak-anaknya pulang ke Indonesia. Ia sudah menghubungi Alex akan hal tersebut.

"Bun, ayah ke kamar bentar ya, ada yang ketinggalan," Nevada masuk ke kamarnya kembali, Listya hanya mengangguk ringan. Membantu Asley dan Arsley mencuci piring mereka. Nevada mengeluarkan HP-nya, ia memutuskan untuk menghubungi Alex sekali lagi. 

"Yah, udah di telfon Al?" Nevada tidak berbasa-basi, ia segera mengucapkan hal utamanya, "Sudah Vada, tapi ayah juga tidak yakin itu dilakukan oleh murni hanya Arha," Nevada menghela nafas sejenak, sejak tadi ia juga berpikir seperti itu. "Lalu yah, mau di bagaimana kan? Aku juga tidak tega membiarkan Al sakit hati," Alex tak menjawab, suasana sunyi untuk sementara, "Ayah akan selidiki ini, usahakan sidangnya ditunda, dengan cara apapun, selamat malam Nevada," Sambungan telefon terputus seketika.

Nevada bergegas keluar dengan kunci mobil dan passport ditangannya. "Nah, udah siap semua? Ayo kita ke Indonesia!!!" Asley dan Arsley bersorak senang, Al sejak tadi hanya melamun. Menatap langit New York yang berawan, seakan mengerti perasaannya sedang kalut hari itu. 'Kak, aku juga minta maaf,'

CTI-STC

TBC.

Indonesia, 22 Mei 2020.



CTI - STC [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang