R

39 8 0
                                    

CTI-STC

Rupanya kamu tidak menyesal, apakah aku harus mengambil langkah maju?

>>>

"Selamat malam Al, beristirahatlah dengan teratur, wajahmu terlihat semakin pucat," Arha mengantarkan Al hingga Asramanya. Al tersenyum simpul, "Hm, bila aku ingat, aku akan melakukan ucapanmu," Ucapnya kemudian tersenyum dan turun dari mobil Arha. "Maaf malam ini hanya sebentar, aku harus menyelesaikan proyek kampus dan beberapa pekerjaan," Al mengangguk ringan, "Tidak masalah, hati-hati Kak,"

Arha tersenyum, "Mendekatlah," Al maju selangkah. "Iya?" Arha membisikkan sesuatu, "Aku mencintaimu, Al," Wajah Al memerah padam, gadis itu berusaha memalingkan wajahnya dari Arha. "Kamu tidak ingin menjawabku?" Tanya Arha. Al memukulnya sebal, "Ya, aku mencintaimu juga, Kak Arha," Arha tertawa kecil, melepas genggamannya pada Al. "Aku pulang ya? Maaf tidak bisa selalu menemuimu," Al mengangguk, "Hati-hati Kak,"

Arha mengangguk, ditutupnya jendela mobilnya. Mobil hitam itu melesat meninggalkan Cambridge dalam lenggangnya malam. Al hanya tersenyum kecil. Kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam Asrama dengan suka cita. Arha memang orang yang aneh, cepat membuat orang benci, cepat pula membuat orang cinta. 'Aku harap ini bertahan lama, aku harap...'

-CTI-

Asrama beasiswa Al masih ramai, banyak mahasiswa-mahasiswa yang baru saja pulang jalan bersama pacarnya, dikunjungi orang tuanya, dan lain-lainnya. Al hanya dengan cuek berlalu. Ia juga merindukan orang tuanya. Ia kuliah di sana pun jarang dihubungi. Kedua orang tuanya sibuk menghandle perusahaan karena Alex sakit. Gadis itu mengangkat kepalanya, menatap teman-temannya yang begitu ceria. Ia berharap Arha bisa lebih peka, ia membutuhkan Arha.

Ia segera mandi kemudian menikmati pie apel yang ia beli beberapa saat yang lalu. Sembari menikmati pie apelnya, ia bermain HP, ia tidak berniat keluar sebelum pie apelnya habis dan ia tidak ingin tidur dalam keadaan kelaparan, "Hah... Alright, aku akan membeli susu dan memasak mie instan setelah ini, aku lapar," Ia segera bergegas memakai jaketnya dan keluar dari kamarnya untuk berbelanja di toserba terdekat dari Asrama-nya.

Tring! (Suara adanya pesan di Handphone Al)

"Kak Arha," Gumaman polos itu membuat Al kembali ke kamarnya segera. Ia ingin segera membalas pesan dari sosok itu. 

ArhaFrederick : Sudah sampai kamar huh?

Uh, maaf, seharusnya aku yang bertanya, apakah Kakak sudah sampai Asrama? : AlAlaska

ArhaFrederick : Tidak apa-apa, aku sudah sampai sejak tadi, tenang saja~.

ArhaFrederick : Dan aku merindukanmu Al, sangat merindukanmu.

Huh? Kita baru bertemu beberapa jam yang lalu. Bagaimana kau sudah merindukanku? : AlAlaska

ArhaFrederick : Ya, tapi aku merindukanmu. Ayolah, tidak ada alasan di baliknya.

Em, bagaimana kalau kita berbicara sejenak? : AlAlaska

ArhaFrederick : Baiklah, aku telfon, angkat ya? Aku ingin mendengar suaramu.

Kringgg... Kringgg... Ringtone casual dari HP Al berbunyi, segera Al mengangkatnya. Biaya telfon mahal ketika malam, Arha sibuk menghemat uang, jadi mereka hanya telfon suara. Setidaknya mereka memang baru saja berbicara dan bertemu tadi. Mereka hanya merindukan suara satu sama lain meski sama-sama baru mendengarnya. 

CTI - STC [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang