N

19 6 3
                                    

CTI-STC

Bertengkar dapat memperbaiki keadaan dan menghangatkannya.

>>>

< New York, 4 Februari 2045

"Dad? Apakah kau pernah bermusuhan dengan Mom saat masih muda?" Arha menganggukkan kepalanya santai, menatap Al yang tengah menyiapkan makan siang dari kursinya. "You know it Asley, a lot thing of us it's not matching each other, jadi, ya, Mom dan Dad juga seperti itu dulu," Asley mengangguk kecil, "Itu penyebabnya kamu dan Arsley memiliki sifat yang sangat berbeda. Arsley sangat sama dengan Mom kan? Pemberani, rajin, cerewet, jago memasak, super rapi, segalanya tentang Arsley sama dengan Mom. Dan kamu seperti Dad,"

Asley terdiam, menatap makanan yang baru saja dipindahkan oleh Al ke meja makan. "Karena kamu mirip Dad, kamu harus menjaga dan menghargai Arsley. Dan Arsley akan membantumu dan menemanimu. Dia saudara yang sangat baik, kalian berdua anak terbaik Mom and Dad, Arsya too. Kalian sempurna untuk keluarga kami,"

Asley tersenyum kecil, "Dad, thanks," Arha tersenyum, "Let's eat, then... Take this lunch for Arsley," Arha memberikan sebuah kotak makan yang sudah disiapkan Al di atas meja makan pada Asley. Asley menerimanya dan segera berlari bersiap untuk mengatarkan kotak itu pada Arsley. "Okay! Thanks Dad, Mom," Arha tersenyum ke arah Al, "Miripkan?" Al tertawa kecil dan mengangguk, tingkah anak-anak mereka selalu sama seperti mereka pada masa muda mereka.

-CTI-

< Indonesia, 30 Juli 2019

"Al, kamu lihat gak sih? Kakel tingkat 9 yang pake baju Arizona tiap hari itu lho, tahu kan? Kan? Aku melihatnya--," Al mengangguk, Syakina menyikutnya pelan. "Sedikit saja peduli denganku, kau menyukainya? Jawab dengan suara" Al mengangguk, tapi kemudian menggeleng cepat. "Ih! Gimana sih!? Beneran ah!" Al tersenyum tipis, dari senyumannya, dia menyampaikan, 'Kamu tahu, tidak perlu aku jawab kan?' Syakina memajukan bibirnya sebal, selalu saja Al seperti itu. 

"Uh, kamu jadi ikut lomba itukan?" Pertanyaan itu sukses mengalihkan topik percakapan. Kini Syakina hanyadiam menatap Al yang terlihat serius saat bertanya. Meski Al sendiri tengah sibuk dengan buku yang ia pangku dan ia baca sejak tadi. Pantas saja ia tidak merespon Syakina.

"Tentu, aku akan ikut serta," Syakina menghela nafas, masuk SMP dan mengambil jurusan lomba yang sesuai sejak SD tentu keren, tapi, sahabatnya ini! Masuk SMP langsung mencoba menantang pelajaran sosial yang terkenal akan banyaknya pembencinya. "Kamu gak pusingkan Al baca soal yang muter sana-sini kaya gitu?" Al menggeleng, "Ini menyenangkan, refreshing!" 

Jane yang baru datang segera bergabung mendekat, "Hi Al!" Al tersenyum, "Jane, tidak ikut lomba juga?" Jane menggeleng, "Aku rasa Math lebih mudah daripada Science, menghafal seumur hidup. Math hasilnya tetap, sementara pelajaran kalian berdua? Uh-oh, susah sekali," Syakina tertawa kecil, "Menurutku Math itu merepotkan! Menghitung, mengingat rumus, mengingat angka. Huh! Susah kan?" Jane menggeleng, "Praktekkan saja, pasti jadi mudah,"

Akhirnya berdebatlah kedua sahabat itu, membuat Al hanya sibuk dengan bukunya. Jujur saja, Al tidak pernah suka membaca buku pelajaran di jam lain, itu hanya ia lakukan sebelum ujian, lomba, kuis, dan saat ada tugas. Bahkan tugas pun 90% tidak ia kerjakan. Ia tidak pernah khawatir akan masa depannya. Sudah sangat terjamin.

Bahkan, percaya atau tidak, Al hanya membaca buku itu sekilas. Bahkan meskipun buku itu tebal, ia paham kok, meskipun membaca kalimat intinya saja. Otaknya memang berputar dengan sangat cepat jika tentang membaca. Itu juga alasannya menjadi siswi yang cukup malas untuk belajar atau mengerjakan tugas-tugasnya.

CTI - STC [ ENDED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang