13

51 11 0
                                    

Happy Reading!!!

Mentari menampakan sinarnya, namun pagi hari ini tak banyak orang yang keluar rumah, maklum hari libur dimana semua orang memilih untuk tertidur di pagi buta dan keluar di siang hari, namun tidak dengan gadis yang sedang berolahraga. Ia zeana alyssa. Gadis itu berlari mengelilingi komplek dengan menggunakan earphone di telinganya dan bersenandung ria seraya berlari.

Setelah hampir setengah jam ia berlari mengelilingi komplek zea berjalan menuju panti dengan santai, jarak dari komplek ke panti memang jauh dan ia hanya berjalan sampai depan komplek untuk memakai angkutan umum. Namun semakin lama ia semakin merasa ada yang mengikutinya. Zea menoleh kan kepalanya ke belakang. Namun dirinya tak menemukan siapapun. Dengan tergesa ia kembali berjalan cepat, sampai

Brukkk

"awhh" ringisnya saat tak sengaja ia menendang batu besar di depannya. Ia berhenti sejenak dan membuka sepatunya. Setelah terbuka ia mendapati jempol kakinya yang memar dan hampir mengeluarkan darah. Akhirnya ia memilih untuk melepas kedua sepatunya.

Saat ia berdiri dan akan kembali berjalan ia mendapati seseorang yang tak di kenal berada di hadapannya dengan bibir yang menyeringai kearahnya . Zea yang merasa takut segera berbalik badan dan kembali berjalan.

Belum beberapa langkah ia pergi orang itu tiba tiba menariknya kasar agar zea mengikutinya.

"lepaasss" teriaknya kencang. Ia berharap ada yang menolongnya saat ini, dikarenakan jalannya sangat sepi.

Orang itu tak menjawab dan terus menarik zea tanpa peduli sekeras apa gadis itu menolak.

"WOI ANJING"

BUGHH BUGHHH

Tonjokan dari seseorang tiba tiba membuat orang yang menarik nya terjatuh yang otomatis lengan zea terlepas dari tarikan orang itu . Saat merasa genggamannya terlepas buru buru ia menjauh dan ia melihat seseorang yang menyelamatkan nya.

"kevan" gumamnya.

Kevan dengan membabi buta menonjok orang itu, sampai tak bisa berkutik.

Zea berlari ke arah kevan dan dengan cepat menariknya agar kevan berhenti.

"kev. Kev. Udah" ujarnya sambil menarik lengan kevan "dia udah ga bisa ngapa ngapain"

Seakan tersadar kevan langsung berhenti memukulinya dan dengan tiba tiba memeluk gadis di hadapannya dengan erat.

Zea menegang ketika kevan memeluknya erat. Entah, sebut saja ia labil karena bisa merasa nyaman jika dipeluk dengan Arvin ataupun kevan. Ia juga tak mengerti dengan dirinya sendiri.

Kevan melepaskan pelukannya dan menatap zea khawatir, sedangkan orang yang di tonjokinya sudah berlari entah kemana. "lo gapapa kan?"tanya nya khawatir.

Zea menatap manik mata kevan yang terlihat sangat khawatir, lalu ia menganggukan kepalanya bertanda bahwa ia baik baik saja.

"syukurlah" ujar kevan seraya menghela nafas lega. "lo mau kemana sih? " tanya kevan dan duduk di pinggir trotoar. Diikuti dengan zea yang duduk disampingnya.

"gue habis lari. Terus gue mau ke panti" jelasnya.

"panti? Ngapain"

"gue mau ketemu gavin"

"gavin siapa? " tanyan nya heran.

"anak panti lah. Makanya gue mau kesana"

Kevan menganggukan kepalanya dan berdiri "gue anter" ujarnya seraya mengambil motornya dan kembali ke hadapan zea yang masih diam.

ZEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang