16

45 9 0
                                    

Happy Reading!!!

Zea berjalan memasuki kafe nya dengan lesu. Apalagi dari pagi ia tak bisa menemui arvin dikarenakan arvin  yang terus menerus menghindarinya. Walaupun arvin tadi membawanya ke uks.

Gadis itu membuka ruang manager perlahan. Dan langsung membaringkan tubuhnya di atas sofa. Tak peduli dwngan orang yang ada di dalamnya.

"zea? Tumben kam–"

"ssttt bang. Zea cape" ucapnya dengan mata tertutup.

Randy yang merasa jika zea sedang ada masalah langsung menghampirinya dan menarik tangan zea agar duduk dengan benar. "kamu kenapa?"

"ish bang zea mau tiduran" ujarnya masih sengan mata yang tertutup dan menarik tanganya yang ditahan oleh randy.

"heh, lo ga malu gue ada di sini"

Mendengar seseorang berbicara dengan cepat zea duduk dan melebarkan matanya saat mendapati rey berada di sini. "kok lo? "

Randy mendelikan matanya kesal. "makanya liat liat dulu"

Zea terkekeh dan menggaruk tengkuknya. "maaf bang"

Tatapan zea beralih menatap rey yang sedang duduk di depan meja. "kenapa lo disini? " tanya nya.

Seakan mengerti randy pun menjelaskannya. "rey temen abang ze" jelasnya singkat. Yang dibalas anggukan oleh zea.

"kenapa muka lo pas masuk tadi? Kaya banyak masalah aja lo" ucap rey.

"kepo" ledeknya lalu tatapannya beralih menatap randy. "bang laper" ucapnya sambil memegang perutnya dan muka yang memelas.

"ck, dasar" gemas randy seraya mengacak rambut zea. "ayo makan" ujarnya seraya mengulurkan tangannya dan disambut girang oleh zea.

Rey yang melihat itu hanya mengikuti keduanya untuk makan di luar. Saat rey randy dan zea turun untuk mencari tempat duduk, tak sengaja zea berpapasan dengan arvin yang menatapnya tak percaya. "cih, murahan"

Memang arvin tadinya ingin meluruskan segala masalahnya dengan zea malam ini, namun semuanya naas saat melihat zea keluar dari ruang manager bersama dua orang lelaki. Apalagi yang satu nya itu adalah ray, orang yang ia kenal.

Saat arvin akan pergi zea dengan cepat mengejar arvin yang sudah berada di parkiran dan mencekal tangannya agar berhenti. "vin dengerin gue dulu please" mohonnya.

Arvin tersenyum sinis melihat zea. "apa lagi yang mau lo jelasin? Saat baru aja gue mau memperbaiki lo malah merusak itu semua".

"vin please"

"gak gue ga–"

"ARVIN LO JANGAN EGOIS"

Plakkkkk

"vin" lirih zea yang memegang pipinya.

Arvin menatap tangannya tak percaya, ia tak suka jika zea membentaknya seperti itu, namu ia juga tak percaya dengan dirinya sendiri. Ia selalu melindungi zea dari apapun tapi malah dirinya juga yang menyakiti zea.

"ze maaf gu–"

BUGHH

"lo apain adik gue BANGSAT!!?" rendy datang dengan tiba tiba memukul arvin keras. Hingga membuatnya tersungkur. Dan terus memukuli arvin sampai zea datang menghetikannya.

"bang udah bang –hiks" ujar zea lalu menarik rendy agar menjauh. Setelah rendy sedikit menjauh dengan cepat zea membantu arvin dan memeluknya.

Arvin balas memeluk zea "maaf ze" ujarnya sambil menahan sakit di sudut bibirnya.

Zea melepaskan pelukannya dan menuntun arvin masuk ke dalam mobil, tepatnya di kursi penumpang dan ia memutari mobil dan memasuki kursi pengemudi sebelumya ia menatap rendy dan rey "tenang aja bang zea ga bakal kenapa napa" ujarnya lalu mengendarai mobil itu dengan kecepatan sedang.

Arvin menatap ke arah zea yang sedang menyetir dengan tatapan sendu. "ze Gue–"

"udah deh vin gausah banyak ngomong , gue tau bibir lo itu sakit kalau di pake ngomong" omelnya yang masih fokus menyetir.

Arvin menyenderkan kepalanya yang terasa pusing akibat pukulan rendy. Saat sudah sampai di kediaman arvin zea memutari mobilnya dan membantu arvin untuk turun.

Arvin mengalungkan tangannya ke pundak zea, sebenarnya tanpa mengalungkan pun arvin masih bisa berjalan, namun dirinya hanya ingin berdekatan dengan zea. Arvin tersenyum kecil melihat zea yang kesusahan membawanya. Sekeras apapun dirinya menyakiti zea, gadis itu akan tetap baik kepadanya.

Saat sampai di depan pintu mereka berpapasan dengan dewi yang baru saja membuka pintu utama.

Saat dewi melihat keadaan anaknya yang bisa dibolang tidak baik baik saja ia langsung membulatkan matanya dan membatu zea memapah arvin sampai kamarnya.

"kenapa kamu bisa kaya gini vin?  Tanya bundanya khawatir.

"maaf bun ini gara gara zea"

"engga bun ini gara gara arvin, arvin tadi ga sengaja nampar zea, terus abangnya dateng mukulin arvin bun"

Dewi hanya menghela nafasnya. "selesaikan masalah kalian, bunda pergi dulu, jangan lupa obati luka kamu vin". Lalu tatapan nya beralih menatap zea dan tersenyum. "sayang, bunda titip arvin bentar ya"ujarnya menepuk pundak zea yang dibalas zea dengan anggukan dan senyum manisnya dan berlalu pergi meninggalkan keduanya.

Zea yang sedari tadi duduk di samping arvin menghela nafasnya kasar. Saat ia akan beranjak ke dapur untuk mengambil kompresan dan obat obatan tiba tiba arvin menahannya.

"lo mau kemana?"

"gue mau ambil obat sama kompresan buat lo vin" jawab zea.

"disini aja"

"Arvin, luka lo harus diobatin"

"gue gapapa kok. Disini aja ya. Jangan kemana mana" arvin memang tak ingin di tinggal entah kenapa ia sangat merindukan zea.

"apaan sih vin gue cuma ke dapur doang" kesalnya karena arvin sedari tadi memegang pergelangan tangannya erat.

"gak. Ntar lo kabur lagi" ujar arvin leau.

Zea memutar bola matanya malas.  "yaampun vin, gabakal" bagaimana bisa dirinya meninggalkan arvin yang sedang sakit

"bener ya? " tanya nya meyakinkan.

"iyaa"

"awas aja kalo lo kabur gu–"

"iya sayang" ujar zea kesal dan langsung pergi sambil menghentakan kakinya kesal.

Sedangkan arvin termangu di tempat. Tadi zea menyebutnya apa? Sayang? Arvin tersenyum mendengar zea pertama kalinya lagi mengatakan kata sayang kepadanya setelah sekian lama. Duh Ze, lo baru bilang sayang aja jantung gue berdebar, apalagi nanti kalau lo jadi istri gue. Apaan sih Batinnya seraya terkekeh.



ZEANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang