He has returned. Someone who hasn't been seen for a long time.
______
"Kau sudah pulang, Chan?"
Chanyeol tersenyum lembut. Lalu menghampiri sang istri yang tengah duduk di tengah ranjang. Pria tinggi itu menyimpan tas kerja dan jas miliknya lalu membaringkan tubuh di samping istrinya. Jisoo menutup laptopnya, tadi ia menonton beberapa film seraya menunggu kedatangan Chanyeol. Wanita itu segera menyimpan laptop di atas meja lalu menatap wajah lelah suaminya.
"Kau pasti lelah, ya."
Chanyeol hanya mengangguk lalu mengubah posisi tidurnya, menggunakan paha sang istri sebagai bantalan. Chanyeol merasa nyaman ketika tangan lembut Jisoo mulai mengusap wajah dan rambutnya. Jisoo tersenyum lalu menunduk untuk menatap suaminya yang kini memejamkan mata.
"Ingin aku buatkan teh hangat?" tanya Jisoo.
Chanyeol membuka mata lalu menggeleng pelan. "Tidak, sayang. Aku hanya ingin segera beristirahat."
Chanyeol terdiam. Ucapan Ibunya masih terngiang di kepalanya. Pria tinggi itu tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan untuk membuat Ibunya mengerti dan menerima kehadiran Jisoo sepenuhnya. Sudah dua tahun usia pernikahan mereka, tetapi hingga saat ini sikap Ibunya tidak pernah berubah. Sungguh, Chanyeol sangat mencintai Jisoo. Pria tinggi itu tidak ingin Jisoo merasa tidak bahagia berada di sampingnya karena sikap sang Ibu.
"Apa ada yang menganggu pikiranmu?"
Suara lembut sang istri membuat Chanyeol tersentak. Pria itu segera mendongak untuk menatap Jisoo. "Tidak, sayang."
Jisoo masih mengelus rambut suaminya. "Bukankah kita sudah sepakat jika tidak boleh ada rahasia diantara kita?"
Chanyeol menatap Jisoo sejenak. Tatapan lembut itu selalu berhasil membuatnya lemah. Kim Jisoo adalah kelemahan seorang Park Chanyeol.
"Tadi aku bertemu dengan Ibu."
Jisoo seketika menghentikan usapannya. Menatap Chanyeol sejenak lalu mengalihkan pandangan.
"Apa Ibu menanyakan tentang hal itu lagi?"
Chanyeol bangkit. Duduk di hadapan sang istri lalu menggenggam tangan lembut milik Jisoo. "Aku sudah berusaha membuat Ibu mengerti dengan keadaan kita."
Jisoo terdiam. Hatinya terluka lagi. Setiap kali membicarakan tentang kehamilan, pasti akan menyakiti perasaannya. Karena Jisoo merasa tidak mampu menjadi istri yang baik untuk Park Chanyeol. Jisoo sangat terluka. Apalagi sikap Ibu mertuanya yang semakin memperburuk semuanya. Jisoo sangat mengetahui jika Chanyeol pun ingin segera memiliki keturunan, tetapi pria itu selalu menyembunyikan keinginan itu karena takut menyakiti perasaannya. Chanyeol selalu melindungi dan membelanya dari semua perkataan menyakitkan yang Ibunya ucapkan. Sungguh, situasi ini membuat Jisoo merasa bersalah. Chanyeol selalu melakukan yang terbaik untuknya. Chanyeol is the only reason that makes Jisoo to be strong.
"Maafkan aku," Jisoo mulai terisak. "Karena aku belum mampu memberimu keturunan."
Chanyeol tersentak ketika melihat sang istri yang menunduk lalu terisak pelan. Chanyeol segera merengkuh tubuh sang istri, membawanya ke dalam dekapan yang dapat menengkan perasaan wanita cantik itu. Chanyeol mengusap surai hitam istrinya dengan lembut. Sungguh, Chanyeol sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti hati istrinya. Tangisan Jisoo seakan menampar dirinya dengan keras. Setiap tetes air mata yang keluar dari mata istrinya, membuat Chanyeol merasa gagal menjadi seorang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Growing Pains
FanfictionI can love you with all my heart, I can give up my world to you, I can give you whatever you want, but one thing that I can't do. It is accepting a betrayal. -Kim Jisoo- In this life we must have made a mistake, and the only mistake I regret the...