10. Bad Reality

910 145 66
                                    

In this life, we can't determine what we want to happen.

_____

"Menyingkirlah!" teriak Chanyeol.

Langkah kaki pria tinggi itu semakin cepat, bergesek dengan lantai rumah sakit yang dingin. Semua orang terkejut dan menatap ke arahnya. Penampilan Chanyeol sangat berantakan dengan wajah yang sangat frustasi. Semua yang berada di rumah sakit itu memberi akses jalan kepada Chanyeol, ketika pria tinggi itu mendorong brankar rumah sakit bersama beberapa perawat.

Darah segar memenuhi brankar putih itu, membuat siapa pun meringis ngeri melihat keadaan seorang wanita hamil yang terbaring lemah di atasnya. Beberapa perawat terlihat panik dan melajukan brankar itu semakin cepat menuju ruang UGD.

Tak lama kemudian, pintu UGD terbuka oleh salah satu perawat dan tubuh Jisoo yang lemah segera masuk ke dalam ruangan tersebut. Chanyeol hendak masuk, tetapi dengan cepat seorang perawat wanita menahan tubuhnya di ambang pintu.

"Anda sebaiknya menunggu di luar, Tuan."

Mata Chanyeol menatap keadaan sang istri sejenak. "Selamatkan istriku."

Perawat itu mengangguk singkat lalu menutup pintu ruang UGD tersebut.

Chanyeol mundur beberapa langkah untuk menyangga tubuhnya pada tembok dingin. Namun, sepertinya tenaga pria itu sudah tidak tersisa hingga ia akhirnya terduduk lemas di atas lantai. Chanyeol menatap kemeja miliknya, banyak sekali darah yang Jisoo keluarkan hingga meninggalkan noda darah pada kemejanya.

Chanyeol menunduk. Perasaan takut itu semakin besar ia rasakan. Ia takut kehilangan Jisoo, dan calon buah hatinya. Mereka berdua adalah hal yang paling penting dalam hidup Chanyeol. Jika ia bisa, Chanyeol akan menukar seluruh hidupnya untuk kedua orang itu. Chanyeol rela melakukan apapun untuk Jisoo dan calon buah hatinya.

Chanyeol semakin menunduk dalam, berusaha menutupi wajahnya yang mulai mengeluarkan air mata. Chanyeol merasa lemah. Semua ini adalah kelemahannya. Park Chanyeol tidak bisa menyaksikan wanita yang paling ia cintai terbaring lemah seperti itu dengan luka yang berada di sekujur tubuh, apalagi dalam keadaan tengah mengandung calon buah hatinya.

Chanyeol tidak sanggup dengan semua ini.

Di ujung koridor rumah sakit, terlihat sosok Jaehyun yang berhenti dengan napas terengah. Pria tampan itu mengedarkan pandangan untuk mencari letak ruang UGD. Tak lama kemudian, matanya menangkap sosok sang kakak yang tengah terduduk di atas lantai dengan kepala menunduk. Tanpa membuang waktu lama, Jaehyun segera berlari untuk menghampiri Chanyeol.

"Hyung," panggil Jaehyun.

Chanyeol mendongak dengan mata memerah, pria tinggi itu menemukan sosok sang adik yang kini ikut duduk di hadapannya.

"Ba—Bagaimana keadaan noona?"

Chanyeol hanya terdiam. Merasakan kembali hatinya yang terluka tiap kali mengingat sosok istrinya. Keadaan wanita itu sangat parah hingga Chanyeol merasakan takut yang luar biasa. Seakan mengerti dengan sorot yang kakaknya berikan, Jaehyun segera menepuk punggung kokoh itu dengan pelan.

"Aku yakin noona akan baik-baik saja."

Chanyeol menyeka air mata yang keluar begitu saja dari pelupuk matanya. Pria tinggi itu hanya mampu berharap jika istri dan calon buah hatinya dapat diselamatkan. Jika pun semua tidak baik-baik saja, mungkin hidup Chanyeol juga setelah ini tidak akan baik-baik saja.

Sementara itu, di dalam ruang UGD semua tenaga medis masih berusaha untuk menyelamatkan nyawa seorang wanita muda itu. Para dokter terlihat sibuk dengan berbagai macam peralatan medis, sedangkan para perawat sibuk untuk menyediakan apa yang dokter butuhkan.

Growing Pains Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang