4. ToD

3.2K 396 163
                                    

"Woii broo" Ardan datang ke rumah Raga dan masuk tanpa seizin yang punya. Ardan sudah menganggap rumah Raga adalah rumahnya juga, jadi ia tak perlu susah payah mengetuk dan salam untuk bisa masuk ke rumah Raga.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Raga karena seingatnya ia tak ada janji dengan Ardan.

"Maen doang. Bosen gue dirumah mulu. Itu itu mulu yang gue lihat" Ujar Reihan kemudian ia membaringkan tubuhnya di kasur milik Raga. Raga yang sedang duduk di sofa kamarnya pun beranjak dan ikut duduk di kasurnya.
"Ga, lo pernah jatuh cinta gak?" Tanya Ardan yang menoleh ke Raga, Raga yang sibuk memainkan ponselnya pun menoleh kearah Ardan.

"Hmm" Raga hanya membalas dengan deheman singkat.

"Ck kebiasaan deh lo. Gue tanya serius nih. Gue tuh mau curhat" Ujar Ardan.

"Jadi lo ke rumah gue cuma buat tanya itu?" Tanya Raga. Ardan menelan ludahnya, Raga selalu begini, padahal kan ia bermaksud baik ingin menjalin silahturahmi antar teman, tetapi balasan Raga sangat tidak manusiawi.

"Ayolah, Ga, jangan cuek terus napa. Lo kenapa sih sebenernya? Lo bisa ceirta sama gue. Gue kan sahabat lo" Kini Ardan mengubah posisinya yang semula berbaring menjadi duduk. Ia serius ingin tau sebenernya ada apa dengan sahabatnya yang satu ini, moodnya cepat sekali berubah. Terkadang ia sangat ceria, tetapi tiba-tiba ia juga menjadi sedih dan irit bicara seperti sekarang ini.

"Gue gak papa" Jawab Raga singkat.

"Apa gunanya punya sahabat sih kalo lo pendem sendiri? Lo gak nganggep gue sahabat?" Tanya Ardan.

"Gak semua bisa diceritain, Dan. Gue perlu waktu" Ujar Raga menunduk. Ardan pun menyerah, benar kata Raga. Tidak semua masalah bisa dibagikan kepada orang lain sekalipun orang tersebut adalah orang terdekatnya.

"Halloooo broo wasappp mamenn" Teriak Fikri yang tiba-tiba datang bersama Reihan. Raga menoleh kepada Ardan seolah meminta penjelasan, Ardan hanya membalas dengan memamerkan gigibya dan dua jarinya membentuk huruf v.
Ardan lah yang mengundang Fikri dan Reihan untuk datang ke rumah Raga. Hanya ingin melepas penat saja, jika ia mengajak Raga ke cafe, sudah jelas Raga menolak, jadi ia putuskan untuk berkumpul di rumah Raga saja.

Fikri yang melihat adanya camilan di meja Raga segera mengambilnya dan melahapnya, diikuti pula dengan Ardan dan Reihan. Raga hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan teman-temannya itu. Rumah Raga sudah seperti rumah sendiri bagi mereka, datang tanpa diundang, tiba-tiba mereka seenaknya saja menghabiskan camilan Raga.

"Eh, main ToD yok, seru kali yak" Celetuk Fikri yang masih sibuk mengunyah camilan yang ada di depannya.

"Wah boleh tuh. Ayok lah" Balas Ardan.

"Gue gak ikut. Kalian aja" Ujar Raga.

"Yahh, Ga, masa lo gak ikut. Ayolah sekali-sekali doang kita kaya gini. Biar seru" Kini Reihan ikut menimpali dan membujuk Raga.

"Gue gak mau" Raga masih kekeuh dengan keputusannya.

"Gaa, ayolah. Lo kan temen kita juga, biar seru gitu. Kita jadi punya kenangan main bareng" Ujar Ardan terkekeh.

"Bener banget tuh abang Ardan" Balas Fikri.

"Abang abang, lo kira gue abang lo" Ardan menoyor kepala Fikri.

"Oke" Sahut Raga singkat. Ia malas berdebat dengan teman-temannya. Jika ia masih tetap tidak ikut, maka teman-temannya akan terus berisik dan menganggu ketenangannya itu.

"Oke sekarang kita putar nih botol ya" Reihan memutar botolnya dan ternyata berhenti di Ardan.

"Milih apa lu, Dan?" Tanya Fikri.

ZAHRAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang