"Kemarin itu Zahra di...." Ponsel Radit langsung direbut oleh Zahra.
"Halloo?? Raga???" Sapa Zahra dengan nada sumringahnya.
"Ga, kamu semangat ya tandingnya hari ini. Kamu harus menang dan bawa pulang piala. Aku gak mau tau" Ujar Zahra menyemangati Raga. Zahra tak mau Raga tau jika ia kemarin diculik. Jika Raga tau, pasti ia tak akan konsen dalam pertandingan basketnya."....."
"Aku tuh kemaren ke supermarket, beli kebutuhan sehari-hari. Terus pulangnya macet. Jadi lama deh sampe rumahnya" Alibi Zahra.
"Oh iya, kemarin itu juga baterai aku lowbat, Ga. Maaf ya udah bikin kamu khawatir" Lanjutnya."....."
"Pokoknya kamu harus menang ya. Semangatt" Ujar Zahra terus memberi dukungan kepada Raga.
Setelah itu Zahra menutup telfonnya dan mengembalikan ponsel ke Radit."Lo tuh oon banget sih, kalo lo bilang ke Raga kalo gue kemarin diculik, dia pasti gak konsen bego. Nanti kalo tim basket sekolah kita kalah gimana?" Zahra menjitak kepala Radit.
"Sakit bego. Ya maap, kan gue lupa kalo dia tanding hari ini" Radit mengelus kepalanya yang sakit akibat dijitak adik laknatnya itu.
"Untung aja kemarin lo cerita ke gue kalo lo ditelfon Raga dan bilang gue ke supermarket. Jadi gue bisa pake alesan itu" Ujar Zahra.
"Iya iyaa maap dah. Udah ah, lo jadi berangkat sekolah kagak?" Tanya Radit.
"Jadi lah. Yaudah ayok" Balas Zahra kemudian ia keluar dari kamarnya dan segera turun ke bawah untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.
*****
"Zahraaaa? Yaampun lo gak papa kan? Lo gak ada yang lecet kan? Lo baik-baik aja kann?" Tasya, temannya yang paling alay dan heboh diantara mereka.
"Sebenernya lo kemana, Ra? Kita semua panik tau gak. Kita ngerasa salah soalnya udah ninggalin lo sendirian" Ujar Nadien.
"Tau nih, lo tuh bikin semua orang panik tau gak. Lo kemana kemarin itu?" Tanya Tasya.
"Gue diculik" Jawab Zahra enteng.
"Whaaattt?" Teriak Tasya yang membuat Zahra menutup kedua telinganya. Ralat, bukan hanya Zahra tetapi juga Rania dan Nadien.
"Lo bisa biasa aja gak sih?" Omel Rania.
"Ye maap. Gue tuh kaget tau. Kok bisa? Lo diculik siapa?" Tanya Tasya lagi.
"Iya, lo diculik siapa, Ra?" Tanya Nadien.
"Gue juga gak tau. Kemarin pas gue mau balik, tiba-tiba mulut gue di bekep sama kain yang kayanya ada obat biusnya deh jadi buat gue pingsan. Nah pas bangun, mata dan mulut gue udah ditutup, jadi gue gak tau siapa yang culik gue" Zahra menceritakan penculikannya kepada teman-temannya.
Nadien, Tasya, dan juga Rania bergidik ngeri, mungkin saja mereka membayangkan apa jadinya jika mereka yang berada di posisi Zahra."Terus gimana lo bisa lolos?" Tanya Nadien.
"Gue kemarin ditolongin sama siapa ya namanya, lupa gue" Zahra mengetuk kepalanya dengan jari telunjuk seperti sedang memikirkan sesuatu. "Gatau deh lupa, dan ternyata dia tuh temennya kakak gue. Jadi dia langsung telfon kakak gue deh biar gue dijemput" Jelas Zahra.
"Ini pipi lo kaya ada bekas tamparan, lo ditampar, Ra?" Tanya Rania memegang pipi Zahra yang memerah.
"Iya, gue ditampar dua kali di kanan kiri. Gila ya, dia tuh gak bilang apa maunya dia tapi dia tiba-tiba nampar gue, jambak rambut gue sampe kepala gue tuh rasanya mau copot tau gak" Zahra melanjutkan ceritanya tanpa ada yang kurang sedikitpun.
"Sebenernya siapa ya yang udah culik lo, Ra?" Tanya Nadien.
*****
Pertandingan basket antara SMA Harapan Bangsa dengan SMA Pancasila berlangsung seru. Poin antara kedua tim saling kejar-kejaran.
Di menit-menit kritis, Raga semakin semangat dan optimis bahwa timnya bisa menang. Ia segera mendribble bolanya untuk dibawa ke ring lawan, ia tak segera memasukkannya melainkan ia oper dahulu ke arah Ardan. Ardan berhasil memasukkan bola ke ring lawan, dan berujung kemenangan. Pluit telah ditiup tanda permainan telah selesai. SMA Harapan Bangsa menjadi juara nasional di tournament basket kali ini.Raga beserta teman-temannya bertos ria dan saling berpelukan. Mereka bangga dengan usaha mereka yang akhirnya membuahkan hasil. Mereka berhasil membawa piala dan siap untuk membawanya kembali ke SMA Harapan Bangsa.
"Gila ya, pengaruh Zahra tuh bener-bener kuat loh di Raga. Buktinya, tadi pagi dia dapet semangat dari Zahra, sekarang kita bisa menang. Keren banget gilaa" Ujar Fikri takjub.
"Bener banget tuh, lo beneran suka sama Zahra, Ga?" Tanya Ardan. Raga menoleh, sebenernya dia juga tidak tau. Dia bingung dengan perasaannya sendiri. Padahal, dia dulu sama sekali tak tertarik dnegan gadis itu tetapi mengapa sekarang menjadi seperti ini. Apa benar Raga sudah mulai mencintai Zahra?
"Iya, lo beneran suka ya sama Zahra? Padahal awalnya cuma dare loh, eh jadi suka beneran" Reihan terkekeh.
"Gak tau gue. Gue masih bingung sama perasaan gue sendiri" Balas Raga.
"Heleh udah ngaku aja lo, lo pasti udah suka kan sama Zahra" Fikri menonjok bahu Raga.
Raga hanya mengangkat bahunya."Selamat ya, kalian berhasil memenangkan pertandingan ini. Bapak bangga melihat permainan kalian tadi" Ujar Pak Dani kepada semua anak didiknya.
"Terimakasih, Pak. Ini juga karena bapak yang telaten ngelatih kita" Balas Raga sopan.
"Kalian semua memang terbaik. Bapak bangga sama kalian" Ujar Pak Dani.
"Sekarang kalian bisa balik ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Nanti malam kita akan makan-makan sebagai syukuran kemenangan kita. Dan besok pagi kita kembali ke Jakarta" Ujar Pak Dani memberi pengarahan kepada anak didiknya.
*****
Hari ini adalah jadwal ulangan harian matematika. Sebenarnya kepala Zahra masih sangat pusing, tetapi ia tetap memaksa masuk sekolah karena ia tak mau jika harus ulangan susulan dan mengerjakan sendiri di kantor guru.
Zahra merasakan kepalanya kembali sakit. Mungkin karena efek kemarin rambutnya dijambak dengan kasar oleh si penculik dan berujung sakit sampai hari ini. Zahra masih memaksakan agar dia bisa menyelesaikan soal ulangan itu. Nadien yang merasa Zahra gelisah pun menoleh.
"Lo kenapa?" Tanya Nadien dengan nada berbisik agar tak didengar oleh Bu Arina.
"Nggak papa" Balas Zahra yang masih memegangi kepalanya.
"Kepala lo sakit?" Tanya Nadien lagi.
Zahra hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian, ia kembali membaca soal-soal yang diberikan dan mencoba menjawabnya.
Bu Arina memberitahu bahwa waktu pengerjaan sudah habis dan semua murid harus segera mengumpulkan lembar jawabannya. Zahra berdiri dan melangkah maju untuk mengumpulkan lembar jawabannya. Setelah selesai, ia kembali ke mejanya tetapi kepalanya terasa pusing lagi, lebih parah dari sebelumnya. Zahra tak kuat lagi menahannya. Zahra pingsan.
*****
JANGAN LUPA PENCET TOMBOL VOTE
TERIMAKASIH YANG SUDAH MEMBACA😊❣
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHRAGA
Teen FictionRANK🏅 : #1 in cintadisma (19-08-2020) #1 in storysma (26-06-2020) #1 in ceritajadian (15-05-2020) #5 in thewattys2020 (06-06-2020) #5 in putihabu (22-09-2024) #6 in raga (26-05-2020) #6 in putihabu (11-12-2020) Azzahra Paramita Rafardhana Gadis ber...