45. Si Pelaku

1.4K 113 36
                                    

Saat jam istirahat telah tiba, Zahra memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dan tak ikut teman-temannya makan di kantin. Zahra sedang tidak mood untuk ngobrol dengan siapapun. Jadi, lebih baik ia menyendiri dulu sampai perasaannya benar-benar baik.

Zahra mengambil buku novel sesuai genre kesukaannya di deretan rak fiksi. Kemudian, ia mengambil tempat duduk yang berada di pojok agar tak ada siapapun yang mengganggunya.

Zahra membolak-balikkan buku itu, sudah beberapa menit ia mencoba memahami cerita yang disajikan oleh novel itu tetapi ia benar-benar tak paham. Ia sama sekali tak mengerti apa isi dari novel itu.

Zahra merasakan lapar sekarang, mungkin inilah yang menyebabkan ia tak mengerti apa isi novel itu.
Tetapi, ia tetap membolak-balikkan halaman demi halaman dalam novel itu agar bisa melawan rasa laparnya. Ia benar-benar tak ingin bertemu dengan siapapun saat ini, termasuk dengan teman-temannya sendiri.

"Oh, jadi sekarang jadi kutu buku ya?" ujar seseorang yang tiba-tiba saja menghampiri Zahra, juga meletakkan sebuah roti coklat dan juga air mineral diatas meja perpustakaan yang ditempati oleh Zahra.

Zahra mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang menghampirinya, "lo ngapain disini?" tanyanya ketus.

Raga mengambil tempat duduk yang ada di depan Zahra dan segera duduk disana. "Bawain kamu makan lah. Nih, makan," ujar Raga sambil mendekatkan roti yang telah ia bawa tadi.

"Gue gak laper." balas Zahra.

Perut Zahra berbunyi cukup keras, sehingga Raga juga dapat mendengarnya. Perut Zahra tak bisa diajak kompromi kali ini.

"Aduh bego, ngapain sih ini pake bunyi," batin Zahra memaki dirinya sendiri.

Raga terkekeh pelan, "Sejak kapan jadi cewek pembohong?"

"Apa sih lo? Udah sana pergi, jangan ganggu gue," usir Zahra.

"Yakin ngusir aku?"

"Kenapa gue harus gak yakin?"

"Yaa, siapa tau aja kamu kangen aku nanti," ujar Raga percaya diri.

Zahra memutar bola matanya malas, "Mau lo apa sih, Ga?"

Raga memajukan tubuhnya agar lebih mendekat ke arah Zahra. Zahra yang terkejut dengan perlakuan Raga, ia langsung memundurkan tubuhnya perlahan.

Melihat respon Zahra yang makin mundur, lagi-lagi Raga memajukan wajahnya, hingga deru napas Zahra yang tak beraturan bisa ia rasakan lebih dekat.

"Ga, lo ngapa--"

Raga tak bisa menahan tawanya, ia segera memecahkan tawanya.

"Lo apaan sih nyebelin banget!" omel Zahra.

Raga masih tertawa, "Lucu banget sih kamu kalo lagi malu gitu,"

"Gue gak malu!"

"Terus kenapa tadi mukanya merah?"

Zahra menahan dirinya untuk tak mengumpati cowok yang ada di depannya ini, mengingat kini mereka masih berada di dalam perpustakaan.

"Mending lo pergi." usir Zahra lagi.

"Gak mau."

"Lo mau apa sih, Ga? Gangguin gue mulu. Muak tau gak!"

"Kenapa sih, Ra? Suka banget marah-marah sama aku? Salah aku apa?"

"Kamu masih tanya?" ujar Zahra sinis.
"Tanya sama diri lo sendiri sana!" ujar Zahra lalu mengalihkan pandangannya ke arah buku bacaannya kembali.

"Kamu marah masalah kemarin waktu di RSJ?" tanya Raga yang saat ini kembali dengan nada serius dan menatap Zahra.

Zahra kembali menatap Raga, ia mengerutkan keningnya. Bisa-bisanya cowok ini masih bertanya seperti itu padahal sudah jelas bahwa Zahra memang marah masalah itu.

ZAHRAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang