21. Dinner

1.5K 171 11
                                    

"Dan, bisa ngomong bentar?" Tanya Nadien saat menghampiri Ardan di mejanya.

Reihan, Fikri, dan Ardan saling bertatapan. Mereka bingung mengapa tiba-tiba saja Nadien memanggil Ardan. Apalagi Nadien ingin bicara empat mata dengan Ardan. Sedangkan Raga, ia bodoamat dengan itu, ia lebih asik memainkan ponselnya.

"Ngomong apaan?" Tanya Ardan.
"Ngomongin perasaan kita?" Goda Ardan.

Nadien hanya tersenyum malu. Sedangkan Reihan dan Fikri sudah pasti makin menggodanya.

"Ceilah, bener juga kata lo, Dan. Kemarin mah bilangnya kagak mau tapi sekarang udah mau tuh. Padahal belum mau study tour loh" Ujar Fikri terkekeh.

"Bener banget tuh, Fik. Ini tuh yang dinamain the real kemakan omongan sendiri" Ujar Reihan tertawa. Fikri dan Ardan yang mendengarnya pun tertawa.

"Udah ah, kasian anak orang lo godain mulu" Ujar Ardan.

"Mau ngobrol dimana?" Tanya Ardan yang mengalihkan tatapannya pada Nadien.

"Keluar dulu yuk" Ajak Nadien kemudian diangguki oleh Ardan.

Nadien segera melangkahkan kakinya untuk keluar kelas dan menuju ke tempat duduk yang ada dibawah pohon pinggir lapangan. Ardan hanya mengikuti Nadien dari belakang.

"Ada apa?" Tanya Ardan yang melihat Nadien yang masih bungkam, tak ada tanda-tanda ia akan memulai pembicaraan.

"Lo suka sama gue, Dan?" Tanya Nadien ragu.

Ardan mengerutkan keningnya. "Kenapa nanya gitu?" Ujar Ardan terkekeh.

"Gue serius" Balas Nadien.

"Emang lo mau jadi pacar gue kalo gue bilang suka sama lo?" Tanya Ardan.

Nadien tersenyum kikuk. Ia salah tingkah. Sebenarnya bukan itu yang ingin ia tanyakan pada Ardan. Ia hanya ingin basa basi saja.

"Lo kenapa sih?" Tanya Ardan.
"Gue tau lo bukan mau ngomongin hal ini. Iyaa kan?" Tanya Ardan tepat pada sasaran yang membuat Nadien semakin bingung dibuatnya.

"Lo ngomong aja apa yang mau lo omongin sama gue sampe lo ngajak gue kesini" Ujar Ardan lagi.

"Gue tau lo gak bakal jawab jujur" Ujar Nadien yang membuat kening Ardan semakin mengkerut. Ardan semakin bingung dengan arah pembicaraan gadis ini.

"Maksudnya apaan sih gue gak paham" Ujar Ardan.

Nadien menghela napasnya pelan. "Tentang Zahra dan Raga" Jawab Nadien.

"Terus?" Tanya Ardan.

"Apa bener Raga pacarin Zahra cuma gara-gara kalah main ToD bareng lo, Fikri sama Reihan?" Tanya Nadien to the point.

Ardan terkejut, ternyata ini yang ingin ditanyakan oleh gadis yang ada dihadapannya ini. Ardan tak mungkin menjawab yang sebenarnya. Karena Ardan tau, pasti Nadien ingin mengorek informasi tentang Raga dan akan di beri tau ke Zahra.
Ardan juga sudah berjanji pada Raga jika ia tak akan membocorkan apapun tentang ini.

"Kenapa lo tanya gitu?" Tanya Ardan. Ia berhasil mengalahnya gugupnya dan memasang tampang seperti tak tau apa-apa.

"Yaaa lo kan temennya Raga dan kemungkinan lo juga terlibat dalam permainan itu kan?" Ujar Nadien.
"Gue yakin lo tau sesuatu, Dan" Lanjutnya.

"Lo tanya sendiri aja sama yang bersangkutan. Ngapain tanya ke gue" Balas Ardan mulai sinis.

Nadien menghela napasnya kasar. "Kalo Raga mau jawab jujur juga gue gak akan nanya lo" Ujar Nadien.

"Emang Raga bilang apa?" Tanya Ardan.

"Dia bilang kalo dia macarin Zahra bukan karena dare" Ujar Nadien.

ZAHRAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang