Sakit ini tidak berarti apa-apa di bandingkan dengan sakit yang kamu torehkan di hatiku secara tiba-tiba itu.
Selamat membaca.
Putar lagu : I hate u, I love u - Gnash ft Olivia O'brien 🎵
°°°
Berusaha kuat selama ini, berusaha mengerti dan menunggu akan semua hal yang masih menjadi teka-teki. Adrienne melamun di atas ranjang rumah sakit. Tangan kanannya di perban, seakan tulang Adrienne rontok semua setelah meninju lemari kaca miliknya. Adrienne kemas sekali seperti tidak memiliki tulang penyangga di tubuhnya. Pikiran Adrienne sangat kosong, ia seperti manusia yang hidup tapi nyawanya sedang melayang entah kemana. Bibir Adrienne bergumam tidak jelas seperti sedang mengatakan sesuatu tapi tidak bersuara.
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Hanya ada ia sendiri di ruangan ini. Adrienne menatap kosong televisi yang menggantung pada dinding ruangan VVIP ini.
Apa kamu sekarang udah jadi milik orang lain, Ken?
Apa sekarang hubungan kita udah benar-benar berakhir?
Kenapa harus se-tragis ini?
Adrienne terus bergumam dalam hatinya. Dadanya seperti di hantam menggunakan batu yang amat besar, sesak rasanya. Adrienne mengusap air matanya yang lagi-lagi menetes membasahi pipinya. Hati Adrienne serasa di remas-remas begitu saja.
Dengan paksa Adrienne mencabut selang infusnya dengan kasar mengakibatkan darah keluar. Tertatih-tatih Adrienne berjalan, berusaha meredam sakit di kepalanya yang amat kuat ini. Kepala Adrienne serasa berputar. Adrienne berusaha menyeimbangkan dirinya saat pandangannya mengabur.
Beruntung tidak ada orang yang menjaga di depan ruangan Adrienne. Adrienne tidak tahu mengapa semua orang membiarkannya sendiri di ruangan ini. Dengan mengendap-endap Adrienne keluar dari rumah sakit. Merambat pegangan pada dinding di sepanjang lorong rumah sakit. Membiarkan tatapan para penjenguk pasien lain menatapnya bingung.
"Pak, stop!" Adrienne melambaikan tangan pada taksi yang lewat.
Adrienne menoleh ke belakang memastikan aman lalu memasuki taksi, duduk dan menghela nafas panjang. Lalu mata Adrienne sesekali terpejam saat rasa sakit di kepalanya mulai menyerang.
"Ke galaxy club, Pak."
"Ba-baik , Non." Agaknya supir taksi itu merasa heran pada Adrienne. Ingin menuju club namun pakaiannya khas rumah sakit.
Tanpa menunggu lama, Adrienne sampai di club. Adrienne bergeming karena ia tidak membawa uang sepeser pun. Adrienne meraba telinganya dan melepaskan sepasang antin berliannya.
"Pak, saya gak punya uang. Saya cuma punya anting ini. Kalau bapak jual harganya puluhan kali lipat dari argo taksi ini." Adrienne menyerahkan sepasang anting bermata berlian itu pemberian Alfa pada supir taksi itu.
"Kalau bapak gak percaya, coba jual dulu. Kalau gak laku, Bapak datangin rumah keluarga Alfa Haris Wiliam. Itu rumah saya."
"Tapi neng, ini berlebihan." Si supir taksi itu hendak mengembalikan anting Adrienne.
"Gapapa, Pak." Adrienne keluar dari taksi. Berjalan menuju pintu masuk club. Keadaan malam yang semakin larut membuat club ini di penuhi oleh banyak orang. Gemerlap kelap-kelip lampu di dalam sini membuat kepala Adrienne semakin berdenyut tidak karuan. Musik memekakkan telinga juga sangat mengganggu. Adrienne berjalan lemas.
Adrienne duduk di bar, ia menempelkan kepalanya pada meja. "Heh! Lo kenapa, Adrienne?!" Tanya Hami histeris melihat keadaan Adrienne. Bibirnya pucat dan matanya sayu sekali. Hami meringis di buatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COOL GIRL 2
Teen FictionMasih berlanjut tentang cerita kebahagiaan seorang Adrienne yang dulu hilang bersamaan dengan hilangnya sumber kebahagiaan Adrienne itu sendiri. Mataharinya, bulannya dan bintangnya yang selalu membuat hidup Adrienne lebih bercahaya sudah sirna kare...