Kenangan kita terlalu indah untuk di lupakan. Namun, juga terlalu sakit untuk di ingatkan.
Selamat membaca.
Putar lagu : You don't know - Katelyn Trever 🎵
Penuhin inline dengan komentar kalian dong sekali-kali😂
Random question : Absen bulan kelahiran kalian dong, kalau aku Juni, kalian apa?
°°°
"Kenapa harus Kakak yang kena gangguan depresi mayor, Yah? Aku gak tega." Ujar Afriel menaruh kertas pemberian dan hasil tes Adrienne di atas meja.
"Adek, bukan kamu aja yang gak tega. Bunda sama Ayah juga gitu, Dek." Kata Renata berdiri dan pindah tempat duduk di samping anak bungsunya itu. "Kamu harus bisa jaga mood Kakak ya, pokoknya kita harus hati-hati jangan biarin Kakak melamun."
"Padahal Kakak itu jagoan," Gumam Afriel tersenyum mengingat betapa kuatnya Adrienne dulu, sebelum hilangnya Kenzo terjadi. "Tapi kenapa sekarang Kakak jadi kayak gini? Takdir Tuhan gak adil, Bun."
"Af, jagoan sekalipun kalau garis takdirnya sakit akan tetap sakit. Kita boleh merasa khawatir, tapi jangan sampai nyalahin takdir, apalagi Tuhan." Ujar Kayra ikut masuk ke dalam pembicaraan ini.
"Benar kata Kayra, Dek. Kamu gak boleh gitu." Ujar Renata, Afriel menghela nafasnya.
"Terus Kakak sekarang gimana?" Afriel menatap Ayah dan Bundanya bergantian.
"Kamu tenang ya, Kakak bakalan terapi sama Dokter Keith." Kata Alfa.
"Dokter Keith?"
Alfa mengangguk. "Kenalan Bundamu di Australia, kebetulan jadi psikiater di rumah sakit tempat Kakak di rawat."
Afriel bergeming mendengar itu. Kepalanya menunduk sebentar lalu bangun. "Aku keluar dulu,"
Kayra, Alfa dan Renata memandang punggung Afriel yang berjalan keluar ruang keluarga. "Tante, Om. Biar Kayra yang samperin Afriel ya."
Renata menahan tangan Kayra hingga Kayra duduk kembali. "Tante minta tolong hibur Afriel ya, Kay?"
Kayra tersenyum kecil dan mengangguk. "Pasti Tante."
°°°
Tubuh yang dulunya terlihat sangat body goals kini berkurang. Tubuh itu lama kelamaan semakin kurus dan kulit putih cerahnya menjadi pucat. Pikiran yang tersita itu membuat dampak buruk bagi diri Adrienne sendiri.
Kini Adrienne kembali menjadi sosok yang dulu, bahkan lebih. Terkadang juga Adrienne tidak bisa di tebak. Adrienne bersandar di ranjang, kakinya di selonjorkan dan di tutupi selimut tebal. Rambutnya di gulung dengan jepitan.
Seperti orang tidak punya tumpuan hidup itulah Adrienne sekarang. Adrienne memang berusaha melupakan semuanya. Termasuk kenangan dan si pembuat kenangan itu. Namun, nyatanya sama. Ia tetap tidak bisa. Rasa sayangnya telah menggunung dan itu terlalu besar untuk di hilangkan dalam waktu cepat. Lagipula di lubuk hati Adrienne ada rasa tidak ikhlas jika memang harus ia hapus rasa sayang itu. Rasa sayang dan cintanya Adrienne untuk Kenzo terlalu berharga.
Adrienne melirik dengan ekor mata siapa yang baru saja membuka pintu kamarnya.
"Sayang, makan nih." Renata datang membawa nasi putih dan sup ayam. Renata duduk di tepi ranjang. Ia mengusap tangan Adrienne.
"Mau Bunda suapin?"
Adrienne menggeleng,
Renata mengangguk, "Mau makan sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
COOL GIRL 2
Ficção AdolescenteMasih berlanjut tentang cerita kebahagiaan seorang Adrienne yang dulu hilang bersamaan dengan hilangnya sumber kebahagiaan Adrienne itu sendiri. Mataharinya, bulannya dan bintangnya yang selalu membuat hidup Adrienne lebih bercahaya sudah sirna kare...