Hazel |06|

34 5 1
                                    

"Jangan terlalu sedih. Emang gitu konsekuensinya cinta sama orang yang udah gak sendiri"

Tiba-tiba saja Revan berbicara seperti itu ketika hanya mereka berdua yang sampai di studio tempat biasa berlatih

Hazel terkejut, bagaimana bisa Revan mengetahuinya?

"Dan Gue juga paham kok gimana rasanya cinta sendiri"

Tambahnya. Hazel masih terdiam

"Apalagi suka sama Orang yang suka sama Orang lain"

Revan tersenyum kecut. Ia menatap Hazel yang masih kebingungan.

Tak lama setelah itu, Laut, Brian, Erick dan Gerald datang.

"Sebenernya Ejel sama Revan ini pacaran ya? Heran barengan terus"

Ucap Erick yang memasang raut wajah curiga.

Dan dengan cepat Hazel menyangkal nya, Ia pun sempat melirik wajah Laut yang ikut tersenyum.

Melihat Laut tersenyum, sedikit membuat Hazel kecewa.

Ia berharap saat Laut mendengar ucapan Erick, raut wajahnya menjadi berubah, namun yang Laut tunjukkan malah sebaliknya

Kita memang mempunyai hak untuk berpikir jika Orang yang kita Cintai juga mencintai kita,

Namun jangan terlalu percaya akan pemikiran itu, karena diri kita sendiri lah yang akan terluka dan kecewa saat hal itu tidak terjadi

Lebih baik berpikir realistis dan tidak membodohi diri sendiri

"Tapi sebaiknya jangan Pacaran satu Band ya, takut nggak fokus akhirnya"

Ucap Laut

"Dan kalo udah terlanjur, ya kita bisa apa. Tapi sebaiknya jangan ya"

Sambung Laut.

"Tenang, Gue sama Hazel gak pacaran kok"

Balas Revan yang menepuk pundak Laut pelan lalu berjalan ke belakang dan duduk di balik Drumnya

Dan semuanya pun sudah siap di posisi masing-masing. Lalu mereka pun mulai bermain

Saat Selesai berlatih langit sudah gelap. Hazel pun melirik Jam yang melingkar di pergelangan tangan Kirinya

Dan Jam sudah menunjukkan Pukul 20.00 Pm. Ia sedikit takut pulang, karena Ibunya sedang berada di Rumah, Hazel pun masih mengenakan seragam sekolah

Hazel pun menyalakan Ponselnya. Benar, banyak Notifikasi pesan dan Telfon masuk dari Ibu dan Ayahnya

"Kita ke Alglos yuk?"

Ajak Laut ketika mereka keluar dari Studio

Hazel terdiam. Ia ingin ikut, tetapi bagaimana dengan Ibunya yang menunggu di rumah

"Kenapa Zel?"

Tanya Laut. Dan Hazel hanya menggeleng pelan lalu tersenyum tipis

"Ke Alglos besok aja. Sekarang udah agak Malem, Hazel kan Cewe, gak baik di liat orang"

Jawab Revan yang seakan mengerti perasaan Hazel

Akhirnya mereka menyetujuinya, Setelah sepakat akan pergi besok, Laut mengantarkan Hazel pulang

"Zel, kenapa diem aja?"

Tanya Laut tiba-tiba saja

"Ah, Gue cuma canggung"

Jawab Hazel dengan cepat. Kalimat itulah yang membuat mereka berdua kembali terdiam

Hazel terlihat sedikit terbebani berada satu Mobil dengan Laut, Ia berusaha mati matian menjaga pandangan matanya dari Seorang Laut

"Nyesel gabung gak?"

Tanya Laut lagi. Hazel tersenyum tipis dan menggeleng kan Kepalanya

"Zel, Raina itu kek apa si dulu?"

Akhirnya datang.

Iya, Pertanyaan dari Laut yang sungguh tidak ingin dia dengar atau pun jawab

"Ya seperti yang Lo tau. Dia baik, Cantik, Ceria, pandai bersosialisasi. Intinya Raina itu kebalikannya Gue"

Balas Hazel

"Kata siapa? Ada yang sama kok"

Mendengar kata dari Laut, Hazel mengerutkan kedua alisnya bingung.

"Apanya?"
"Sama kaya Raina, Lo juga Cantik"

Jawaban dari Laut sukses membuat Hazel terdiam cukup lama. Pikiran dan Hatinya sedang bertengkar

Dan Hazel sedang berusaha terlihat biasa saja dari aslinya

"Makasih ya udah nganter Gue"

Ucap Hazel sebelum turun dari Mobil Laut

"Lo hati-hati nyetirnya"

Tambah nya Lalu turun dan masuk ke dalam halaman rumahnya melalui pintu Gerbang

Di balik pintu kamarnya, Hazel tengah tersenyum bahagia mengingat perkataan Laut yang mengatakan dirinya Cantik

Namun saat teringat kalimat sebelum nya, 'kaya Raina' senyuman di wajahnya perlahan memudar

Karena kini Ia begitu dekat dengan Laut, Dia merasa sedikit sulit mengatur perasaannya sama seperti kejadian di Ulang Tahun Raina

"Kok Lo jadi tamak si? Udah jadi temen Laut aja, gak usah ngarep lebih"

Ucal Hazel pada pantulan dirinya di kaca

Setelah Mandi, Hazel membuka buku catatannya dan Jarinya pun menulis di atas kertas putih bersama dengan tinta hitam sebagai tandanya

'semua sudah memiliki bagian masing-masing, dan berusaha melewati agar dapat lebih tidaklah baik'

Ia menutup Bukunya dan di letakan di Laci Bawah Meja nya. Namun tangannya kembali menulis,

'Cinta adalah hal yang mudah. Yang pasti sanggup ku kendalikan'

Hazel kembali menutup bukunya dan menuju ke ranjang nya untuk tidur. Raganya perlu beristirahat

Sembari memejamkan Mata, Hazel berfikir tentang melukiskan Seorang Laut yang mustahil Ia miliki pada suatu tempat

Pikirannya pun sampai, Akan Dia tuliskan Seorang Laut dalam sebuah karya Cerita tentang mencintai dalam diam.

HAZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang