Bab. 19

460 29 0
                                    

Berjanji jangan terlalu tinggi.
Memuji jangan terlalu memanipulasi.

Happy reading guys and sorry for typo:)


Angga berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Menuju sebuah taman dimana adiknya berada. Wajahnya menunjukan sebuah kekhawatiran yang mendalam . Tadi di mobil bundanya cerita tentang keadaan adiknya. Kifara yang lupa ingatan dan juga tidak bisa berjalan. Angga sangat sedih dengan keadaan adiknya. Bagaimana ini bisa terjadi pada adiknya itu ,kenapa tidak dia saja yang mengalami itu.

Sampai di taman bunga ia mendapati dua orang gadis yang sedang duduk berhadapan . Matanya fokus kepada salah satunya yang sedang duduk di kursi roda dengan kepala yang diperban tak lupa memakai piyama rumah sakit berwarna biru.

Angga mendekatinya, air matanya sudah menetes . Angga sangat sayang kepada adiknya itu. Ia tidak rela adiknya kenapa napa. Angga berdiri tepat dihadapan kifara.

"Adek". Sapanya terhadap kifa. Kifa mendongak melihat Angga.

"Bang Angga ya?". Tanya kifa setelah tau orang yang berada di depannya itu wajahnya sama seperti foto yang diperlihatkan bundanya tadi pagi.

"Iya". Jawab Angga sambil manggut-manggut. Angga pun segera mendekat ke Kifa dan memeluk adiknya itu.

"Bang Angga bunda mana?". Tanya kifa sambil membalas pelukan Angga.

"Bunda tadi masih di parkiran. Abang langsung lari ke sini buat liat kamu. Abang khawatir banget sama kamu , kamu kok bisa kaya gini. Kenapa nggak Abang aja yang kaya gini".

"Husss Abang nggak boleh ngomong gitu. Kifa nggak papa kok".

"Nggak papa gimana , keadaan kamu aja kaya gini lo. Kamu bahkan sampe lupa kita semua".

"Tapi kan aku sekarang aku udah ngenalin Abang kan. Ya kalau gitu Abang dirumah aja sampe aku sembuh".

"Iya Abang akan dirumah aja jagain kamu".

Kifara tersemyum melihat kekhawatiran abangnya. Ia ternyata mempunyai Abang yang sangat sayang padanya.

"Bang Kifa mau balik aja ke kamar. Kasian juga zeli udah nemenin kifa dari tadi. Ini kan udah sore". Pinta Kifa kepada Angga yang berjongkok didepannya.

"Iyaudah iya ayo Abang dorong ya kursinya". Angga beranjak hendak mendorong kursi roda Kifa namun harus terhenti saat Kifa mencekal tangannya.

"Kifa nggak mau di kursi roda".

"Yaudah Abang gendong kamu ya".

"Hehe peka juga ternyata. Suka nih yang kaya gini cepet pekanya". Jawab kifa sambil nyengir kuda.

"Ya ampun ternyata seorang kifara juga bisa manja ya ". Zeli mengambil alih kursi roda Kifa saat Angga telah mengendong kifa ala bridal style.

"Hehehe Kifa kan juga manusia".  Jawab kifara sambil nyengir lagi.

Angga senang melihat adiknya itu bisa tersenyum walaupun keadaan nya seperti ini. Zeli satu satunya sahabat adiknya itu juga mau menemani kifara apapun keadaannya.


-----

Arga duduk di samping gadis yang tertidur tak berdaya. Bahkan gadis itu dipasangi alat alat yang banyak ditubuhnya. Dengan selang oksigen yang di pasang di hidungnya. Wajah gadis itu pucat pasi.  Arga sesekali mengusap wajahnya gusar. Kemarin malam setelah pemasangan cicin pertunangan hidung cealsee mengeluarkan darah dan ia terjatuh tak sadarkan diri. Sampai sekarang ia juga belum sadar.

ARGA.

Sore ini sepulang sekolah gue jagain cealsee di rumah sakit. Kemarin malam keadaannya drop dan sampai saat ini dia belum juga bangun. Kata dokter juga sel kanker cealsee semakin menyebar dan sekarang udah di stadium akhir. Kemungkinan untuk sembuh itu sangat kecil, dan cealsee juga nggak mau kalau diajak berobat di luar negeri. Gue nggak tega ngeliatnya , dia sekarang juga semakin kurus.

Meskipun gue belum cinta sama dia tapi tetep aja dia tunangan gue sekarang. Ayah dan mamanya cealsee tadi pulang sehabis gue datang . Katanya nanti malam balik lagi .

Jari telunjuk cealsee perlahan bergerak dan matanya pun perlahan terbuka. "Arga". Sapanya ke gue meskipun terdengar sangat lirih sekali.

"Kenapa ceal ? Apa yang sakit gue panggil dokter ya". Gue baranjak dari kursi namun tangan gue dicekal cealsee.

"Nggak usah , aku minta kertas sama bolpoin ya". Pintanya.

Gue ambil buku dan juga bolpoin gue yang ada di tas. Tepatnya itu buku matematika pelajarannya Bu Endang. Gue robek kertas yang bagian tengah tengah dan langsung gue serahin ke cealsee yang sekarang udah duduk.

Hening seketika , cealsee sibuk dengan yang ia tulis sekarang. Gue jadi mikir kalau cealsee bakal nulis surat wasiat sebelum ia meninggal. Astaga pikiran gue!! Bodoh banget ga, yang kaya begituan kan kaya yang disinetron sinetron yang sering di lihat bunda Hera dirumah.

"Arga ini sudah". Cealsee menyerahkan sepucuk surat yang dia lipat dan juga bolpoin yang tadi dia buat nulis.

"Ini apa ceal?". Tanya gue bingung, gue hendak membuka nya namun cealsee melarang gue.

"Jangan dibuka Arga. Ini surat aku titip buat kifara ya, tolong kasih ke dia kalau nanti aku udah nggak ada". Cealsee tersenyum lebar ,manis banget menurut gue. Tapi itu juga menyayat hati gue. Apa gadis ini tengah berputus asa dengan penyakitnya.

"Lo bakal sembuh ceal ,jangan ngomong gitu".

"Umur ngga ada yang tahu ga ,bisa aja nanti pas gue tidur gue udah nggak balik lagi". Ucapnya lagi sambil tersenyum. Meskipun bibir dia pucat tapi senyum lebarnya itu manis banget.

"Lo nggak usah ngomong kaya gitu deh ceal". Ucap gue kesel sama dia.

"Yaudah aku ngantuk ga ,aku tidur dulu ya". Dia merebahkan tubuhnya lagi.

Gue berjalan disamping dia dan mendaratkan satu kecupan di kening dia . Dia bales dengan senyuman manis ,lebih manis dari senyuman yang tadi.

"Istirahat ya ,nanti pas bangun harus sembuh. Pasti bisa sembuh ceal". Ucap gue ke dia.

"Iya doain ya".

Gue kembali duduk di kursi samping ranjang cealsee. Gue ambil ponsel dan memainkan game cacing gue disana.











BERSAMBUNG 📍.





SMA Dan SMK [ End✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang