Bag 1

7.7K 623 159
                                    

Hai hai para pembaca setiaku
Ini dia cerita baru yang kalian minta
Judulnya TarZhan xXx
Hiyyya judulnya bikin mikir yang anu-anu ya....

Tenang isinya gak anu-anu cuman titut titut(bunyi sensor)

Di ff kali ini aku membawa banyak seme tampan yang belum pernah ikut serta dalam ff-ku sebelumnya

Ini adalah pemain fresh yang masih segar untuk dipuja dan dikagumi dan pasti kalian kenal mereka

Biar gak penasaran siapa saja seme super kecenya
Langsung saja kalian baca
Jangan lupa vote, komen dan share jika menurut kalian cerita ini menarik

Happy reading guys



Xiao Zhan terbangun dalam keadaan telanjang bulat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xiao Zhan terbangun dalam keadaan telanjang bulat. Di pondok kayu tengah hutan, ralat bukan pondok kayu. Tapi rumah kayu dengan seorang manusia (bukan, itu bukan manusia) melainkan seekor kera yang tingginya sama dengan manusia, memiliki bulu coklat tebal. Memakai kacamata, sambil membaca ensiklopedia di tangan. Berbicara pada Zhan dengan bahasa Inggris yang baik dan benar.

"Sudah bangun ...," ucapnya.

Zhan tiba-tiba pingsan kembali.

.
.
.

Seminggu yang lalu Zhan dan teman-temannya sesama pecinta alam. Teman-temannya atau lebih tepatnya lagi adalah muridnya, sepupunya Luccas dan teman sekamarnya yang pecinta alam. Sedangkan Zhan bukan. Dia hanya ikut-ikutan, tujuannya adalah penelitian bukan pendakian sebenarnya.

Tapi Haoxuan dan Lucas memaksanya ikut, untuk melatih jiwa kelelakiannya. Karena merasa gurunya itu terlalu pendiam dan feminim. Banyak tenggelam di tumpukan buku sastra dan ilmu kepenulisan dari pada melakukan penjelajahan di alam liar, sebagaimana yang banyak pria sejati lakukan.

Mereka berniat menaklukkan puncak Everest. Di perbatasan Pakishtan dan India. Mereka juga ingin menikmati keindahan Kashmir yang disebut sebagai syurganya dunia.

Zhan bersama Jaehyun, Luccas dan Haoxuan, berangkat jam 2 pagi dari Delhi. Tiba disana jam 5 pagi, mereka menjadwalkan tiba di puncak sekitar jam 10. Dengan perjalanan santai, dan cuaca yang menyenangkan.

Jaehyun memimpin di depan, Luccas di bekakang. Zhan dan Haoxuan di tengah-tengah.

Ini adalah pertama kali baginya mengikuti acara semacam ini. Biasanya Zhan lebih suka berdiam di kamar atau perpustakaan. Menghabiskan koleksi puisi di rak bukunya. Atau menggesekkan senar biola sepanjang malam.

Zhan adalah guru kesenian di sebuah universitas terkenal. Kepergiannya ke Everest, selain ingin mendaki juga ingin meneliti kebudayaan di Kashmir yang terkenal.

Zhan tidak terbiasa membawa ransel yang berat, jadi Haouxuan dan Luccas membantu membawakan tasnya.

Xiao Zhan dan teman-temannya sempat berhenti sejenak di sebuah pemukiman.

Rumah penduduk yang disekat oleh pagar-pagar bambu. Atap jerami dan kulit harimau di sebuah pondok depan rumah mereka. Para perempuan memakai tudung warna hitam, dengan hena di tangan. Mereka berlarian sambil melirik malu-malu, pada Zhan dan kawan-kawannya, dibalik kerudung tembus pandang mereka.

Suara gemericing gelang kaki membuat Haoxuan dan Luccas, terhipnotis untuk mengikuti langkah mereka. Sedang Jaehyun seperti biasa memasang wajah sok datar saja.

Mereka mendatangi pemimpin adat setempat, untuk bertanya tentang rute teraman. Karena peta dan google maps kadang tidak bisa dipercaya seratus persen.

Seorang perempuan setengah baya adalah pemimpin di sana, namanya Bibi Chandeni. Matanya tajam memakai kajal warna hitam, dengan bindi di dahi. Ia memakai tudung hitam juga. Bentuk bindinya mirip kepala ular cobra, dan ujung kajalnya mirip sirip ikan. Di dagunya ada tanda yang dibuat dari hena, membentuk garis horizontal.

Ia berbicara dengan nada rendah, suaranya tidak seperti suara wanita tapi juga tidak terdengar seperti laki-laki.

Ia menatap keempat pria tampan itu. Melihat Lucas sambil tersenyum tipis, menganggukkan kepala lalu menyentuh wajah yang mirip orang Indonesia itu. Jari-jari bibi Chandeni tidak keriput tapi garisnya menandakan umurnya sudah tak lagi muda. Lucas mengeddikan bahu tak mengerti tingkah bibi Chandeni.

"Kau harus tetap berjalan di belakang, dan dia ..." Bibi Chandeni menunjuk Jaehyun yang tidak terlalu peduli pada raut meneliti dari muka bibi Chandeni, "kau tetap di depan!"

Luccas menjawab dengan senyuman, Jaehyun mengangguk ingin segera melanjutkan perjalanan.

Bibi Chandeni beralih pada Haoxuan yang sedang menyeruput minuman. Pemuda itu sepertinya lebih menikmati teh tarik di cangkir alumunium, daripada mendengarkan arahan Bibi Chandeni yang membosankan.

"Kau, harus menjaga dia ..." Bibi Chandeni memberi isyarat pada Haouxuan, telunjuknya berpindah menunjuk ke arah Xiao Zhan.

Haoxuan ingin tertawa mendengarnya. Seharusnya Xiao Zhan yang bertugas menjaganya, karena Haoxuan adalah murid yang nakal dan pembuat onar. Sangat tidak masuk akal, jika Haoxuan yang diberi tugas menjaga gurunya, yang patuh dan selalu mengikuti aturan.

Haoxuan mengangguk saja, sambil menghabiskan makanan yang ada di piring perak.

Bibi Chandeni mengamati Xiao Zhan, satu-satunya di antara empat pria itu yang terlihat paling antusias mendengar penjelasan Bibi Chandeni.
Wanita itu menyuruh Xiao Zhan mendekat, meneliti garis wajah Xiao Zhan kemudian mengambil telapak tangannya. Lalu membaca sesuatu di sana, padahal tidak ada aksara yang tertera.

"Aku bukan peramal, tapi aku melihat tak jauh dari puncak everest kau akan bertemu dengan seaeorang yang akan merubahmu."

"Ehem, ehem, cie cie ...."

Itu teriakan dari Haoxuan dan Lucas yang sedang menggoda Zhan.

"Apakah dia cantik?" Lucas bertanya penasaran.

Bibi Chandeni mengernyitkan dahi. Tidak berniat menjawab pertanyaan, yang menurutnya tidak relevan.
"Hanya kau yang bisa mengubah makhluk ini menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia."
Bibi Chandeni terlihat sangat serius saat mengucapkannya. Kerutan di dahinya tercetak jelas oleh kesungguhan ucapannya.

Lucas dan Haoxuan saling pandang merasa ini sudah menjadi obrolan yang misterius dan membuat mereka penasaran, Jaehyun masih memasang muka datar tak ada ketertarikan. Sedangkan Zhan menatap Bibi Chandeni bingung.

Selain tidak mengerti oleh kata-kata wanita tua itu, ia juga tidak terlalu percaya ramalan apalagi untuk hal-hal yang berbau mistis. Namun, ekspresi Bibi Chandeni saat mengucapkannya, membuat Zhan ngeri akan sesuatu yang belun terjadi. Jiwanya tersugesti untuk percaya, kontradiksi dengan akal sehatnya yang menolak semua.

Makhluk apa? Banyak makhluk di dunia. Binatangkah? makhluk halus kah? atau siluman? serigala jadi-jadian?

Kenapa Zhan tiba-tiba merasa takut untuk melanjutkan perjalanannya.

Bibi Chandeni bisa membaca raut cemas dari wajah Zhan. Ia menepuk punggung tangan Zhan lalu berkata
"Justru ini baik bagimu, terlebih baginya. Jangan takut, dia bukan makhluk yang berbahaya ...."

Tbc.


Ini baru prolognya ya ....
Jika banyak yang suka akan aku lanjutkan.

TarZhan(xXx) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang