Katakan Hai

3.7K 308 31
                                    

Taeyong menatap sekeliling dari dalam jeep tempatnya duduk diam, menikmati semburat oranye menyinari tanah gersang berpasir beserta kehidupan liar yang ia tangkap keberadaannya. Ada jerapah setinggi enam meter berada cukup dekat dengan jalanan di mana mobilnya melaju; cheetah berdiam di bawah sebuah pohon baobab besar beberapa meter darinya; sekelompok hyena berlarian mengejar kerbau juga terlihat dari kejauhan. Seperti itulah kurang lebih pemandangan yang Taeyong dapati begitu keluar dari kota dan pemukiman penduduk di negeri orang hitam.

"Kita akan sampai dalam sepuluh menit," Taeyong menggangguk pada laki-laki di sampingnya tanpa bersuara.

Pusing menyapanya dengan tangan terbuka ketika dirinya menjejaki bumi dengan suhu yang jauh berbeda dari tempat tinggalnya kemarin, menyengat dan menyakitkan. Taeyong hanya berharap untuk tidak terserang penyakit lain begitu tiba di sini. Tapi sepertinya tidak mungkin, tenggorokannya mulai bereaksi meski ia sudah meminum berbotol-botol air mineral plus sedikit penyegar—sumpah dirinya takut sekali dehidrasi. Karena itulah kini ia tidak begitu kuat untuk menyuarakan apa yang dipikirkannya, pun demi menjawab si pengantar barusan. Taeyong bersyukur orang ini tidak banyak bicara sedari tadi, jadi mudah baginya untuk melindungi suaranya meski sedikit. Namun diam-diam, ia mengumpati jeep terbuka yang tidak cukup membuatnya merasa terlindungi dari deru debu mengganggu.

Hari mulai gelap, mereka harus bergegas. Berada di alam liar ketika malam bukan pilihan tepat, belum lagi cuaca dapat berubah sesukanya dalam hitungan menit. Maka, pria bersurai pirang di sampingnya yang mengaku bernama Lucas segera tancap gas mempercepat mereka sampai ke tempat tujuan tanpa ada percakapan.

.

.

.

.

.

Lucas memperlambat laju mobilnya dan berhenti di depan sebuah rumah besar berlantai dua, dibantunya menurunkan dua koper berat dengan hati-hati, "Ketuk saja pintunya, mereka telah menunggumu. Aku akan pergi memarkirkan mobil terlebih dahulu. Kau bisa sendiri kan?" Taeyong kembali membalas dengan anggukan. Lucas tersenyum dan menyetir ke garasi di belakang rumah.

Ia berjalan tanpa ragu, dengan koper di masing-masing tangan dan ransel di punggung. Ketika sudah siap mengetuk pintu, seseorang membukanya lebih dulu.

Seorang pria kecil tersenyum padanya, "Oh, Hai! Aku Ten! Kau pasti Lee Taeyong kan? Jangan terkejut begitu, aku mengetahui namamu karena akulah yang mengurus lamaran para relawan di sini!" jelasnya ketika melihat Taeyong membulatkan mata.

"Ayo masuk! Sini kubantu!" pria itu menarik salah satu koper milik Taeyong, membantunya membawa masuk ke dalam.

Kesan pertama yang Taeyong dapati dari kediaman ini adalah apak dan berantakan. Tentu saja, karena pemandangan yang Taeyong dapati ketika mencapai ruang bersantai yaitu, lima orang lelaki duduk melingkar dengan beragam makanan di hadapan, tanpa memperhatikan keadaan ruangan, sofa seperti disingkirkan didorong acak; sampah menghambur di tiap sudut; pakaian kotor menyumpal rak berisi buku dan beberapa menggantung pada sandaran sofa.

Dua insan yang terlihat paling muda dari mereka merelakan rambutnya masing-masing ditarik seekor monyet sembari menikmati snack dan tayangan film melalu komputer portabel di atas pangkuan salah satu yang bersurai hitam, sedang Lucas entah bagaimana sudah bergabung di sana dan sibuk berbincang bersama dua pria lainnya, kelimanya belum menyadari kedatangan entitas baru dalam ruangan itu.

"Ehem! Hoi para kera! Kawan baru kita sudah datang!" Ten merebut paksa atensi lima orang yang sedang asik dalam dunia mereka sendiri dengan satu seruan.

1 4 3  [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang