10 (½)

1.1K 181 14
                                    

Hari ini Taeyong jalani seperti biasa, membersihkan rumah yang entah mengapa hanya dua kali ia dapati rapi setiap paginya, membantu Ten memasak sarapan, makan bersama, kemudian ikut Johnny dan Yuta menyiapkan pakan, istirahat sebentar untuk selanjutnya menerima laporan mengenai tinja para hewan yang diurus kedua orang itu, diselingi kejahilan Johnny atau bualan dari Yuta. Setelah memastikan hewan yang diurus mereka sehat, ia bergegas mengikuti Jeno mengunjungi kandang Kiara dan Khaleesi—yang telah menjadi rutinitasnya seminggu belakangan—untuk melakukan pengecekan atas luka di tubuh kedua bayi singa itu yang syukurnya mulai pulih, meski kalau dilihat satu kali, kondisinya masih sedikit mengkhawatirkan.

Taeyong ingat betul, butuh berjam-jam untuknya membuat dua ekor bayi singa betina itu untuk tidak bergerak gelisah mengamati dirinya dari kejauhan ketika pertama kali melihatnya minggu lalu—berpikir apakah ia adalah ancaman atau bukan—dan yang dilakukan Taeyong hanyalah diam berdiri menjaga jarak, sebisa mungkin tidak membuat stres mereka meningkat. Alih-alih membuat Taeyong terkejut karena mereka memberanikan diri mendekat, yang ia yakini kedua singa itu tidak cukup kuat menahan keingin tahuan dan juga tekanan akan rasa lapar—sebab kala itu hanya Taeyong yang memegang dua botol susu untuk mereka.

Pembiasaannya terjadi secara lambat dan mengesankan, tetapi tiga hari belakangan ini, kedua bayi singa itu terlihat betulan nyaman di dekatnya, yang Mark asumsikan berkat Taeyong dan hati lembutnya. Yah, meski Khaleesi tetap lebih sering memilih sebisa mungkin menjauh darinya....

Setelah selesai dengan segala macam pengecekkan, kini Taeyong memangku Kiara di atas paha, memegangi sebotol susu yang diam-diam ia beri campuran obat di dalamnya untuk sekaligus mencukupi gizi harian si bayi singa. Baru satu minggu berada dalam pemeliharaan penangkaran ini, mereka sudah makin bertambah berat saja—menurutnya

Taeyong menyentuh surai di perut bagian kanan singa kecil itu, meneliti luka cambukan mengelupas yang mulai kering; mengundang sedikit rasa iba kembali meliputi dirinya.

"Sudah selesai, Hyung?" Jeno menghampiri sembari berlutut di dekat si dokter cantik dan singa kecil itu. Ia mengusap dagu Kiara dengan lembut, Taeyong hanya menatapnya untuk kemudian menggeleng, "Belum. Tadi pagi, kau kemari lebih dulu bersama Mark?" tanyanya, mengingat dirinya melewati pemeriksaan paling mendasar untuk mengetahui sebaik apa pencernaan bayi singa ini berjalan.

Kiara menepuk tangannya protes. Mengerti, pria cantik itu membenarkan cengkraman pada botol susu, mengarahkannya ke mulut si singa kecil, dan mengulas senyum di belah bibir merah mudanya—Jeno terpana dibuatnya, liurnya nyaris menitiki lantai kalau saja ia benar tidak menyadarinya—bocah tampan itu berdehem untuk kemudian menjawab, "Tentu saja. Kalau tidak, kotoran mereka pasti berceceran dimana-mana, memang Hyung mau melihatnya?" Jeno mengerucutkan bibirnya ketika mendapati pria cantik itu tertawa akan perkataannya.

"Bukan begitu. Aku butuh melihat kotoran mereka, kalau kau lupa," Taeyong menutup bibirnya dengan sebelah tangan, berusaha menghentikan kekehannya.

Jeno menggaruk tengkuk salah tingkah mendengarnya, "Ah, maaf Hyung. Kami membersihkan semuanya tadi—whop!" ia menangkap Khaleesi yang menabrak punggungnya, dengan hati-hati memindahkan si bayi singa ke pangkuan dan mencium puncak kepalanya berulang-ulang.

Taeyong mendengus, tetapi lengkungan manis tak lepas tercetak di bibirnya, "Berarti yang lain juga?"

Bocah awal dua puluh tahunan itu buru-buru menggeleng, "Aku tidak tahu, kan Jaehyun Hyung yang biasa mengurusnya."

1 4 3  [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang