52

804 147 41
                                    

Kedua insan di tengah ruangan menoleh, menemukan Ten berada lima meter dari mereka, berdiri di dekat pintu dan mematung menatap keduanya.

"Ten? Ada apa?" tanya Taeyong halus.

Pria kecil di ambang pintu hanya mengerling sekali pada kawannya itu, kemudian mengulum bibir resah, menunggu Jaehyun yang tak kunjung menyahut panggilannya atau repot-repot peduli terhadap eksistensinya di sana.

"Aah, Johnny! Aku butuh Johnny sekarang. Maaf mengejutkan kalian," tukas pria kecil itu akhirnya. Cengiran paksa tersemat pada tiap sudut bibirnya yang mungil, serta merta kekehan canggung melengkapi.

Johnny yang semula berkutat bersama barang sehabis mereka pakai, kini menyembulkan kepala dari sekat kecil di dalam ruangan. Melongo dengan raut bertanya, tanpa bersuara.

Ten menyalak dengan terburu, keras, tetapi dipenuhi ragu, "Johnny! Ayo ikut aku, terjadi sesuatu pada Lulu!"

Laiknya ultimatum, Johnny buru-buru berlari membawa serta Ten menjauh dari sana, segera. Meninggalkan Taeyong yang mengernyit keheranan, sedangkan Jaehyun abai.

"Merasa lebih baik?"

Taeyong menoleh, beralih pada Jaehyun yang baru saja menarik diri menyingkir darinya. "Oh! Ya, em...." Ia mencoba menggerakan kakinya dengan penuh kehati-hatian. Taeyong menghela napas lega, sudah terasa lebih baik ternyata.

"Bagaimana?" ulang Jaehyun.

Si dokter cantik mendongak, sorot matanya berbinar kagum menatap tepat sepasang kelereng coklat kepunyaan Jaehyun. "Ini hebat! Terima kasih!"

Pria tampan total bersemu, disuguhi pemandangan manis yang hanya mampu dibalasnya dengan satu anggukan langsung. Sama sekali lupa telah menyakiti seseorang berhati rapuh.

.

.

.

.

.

.

Taeyong mengeluari kamar tidurnya, berniat menuju ruang makan untuk membantu Ten memasak seperti biasanya. Ia berjalan menuruni tangga sembari menutup pintu menuju garasi yang terbuka, tetapi tiba-tiba seseorang menabrak bahunya dengan kuat.

Taeyong menghentikan niatnya untuk memprotes, tertegun melihat siapa gerangan si penabrak yang kini berhenti sebentar dan melirihkan maaf.

Ten?

"He—" ingin menahan, tetapi dia lebih dulu pergi keluar dari rumah, meninggalkannya. Taeyong tidak bisa tidak mengerutkan dahi ketika menyadari bahu sempit kawannya itu bergetar hebat barusan.

"Ini semua gara-gara kau."

Ia menoleh ke arah dapur ketika suara lain masuk kependengarannya. Melihat dua orang siluet tinggi yang  berdiri berhadapan, bersitegang urat leher. Lantas Taeyong mengurungkan niatnya memasuki ruang makan, bersembunyi pada celah antara dinding dapur dan sofa.

"Ten menyukaimu," ujar seseorang—yang Taeyong yakini adalah Johnny. Kalimat yang baru diutarakan, membuat Taeyong menjadi lebih tidak sopan, ingin mengetahui perkara yang diperdebatakan lebih dalam.

Hening beberapa lama, ia yang berada tidak jauh dari mereka mampu merasakan dingin yang entah mengapa membuatnya merinding di tempat. Ganti sebuah dengus kasar kini sampai ke telinganya, kemudian seseorang yang lain bersuara, "Omong kosong." Itu Jaehyun, nadanya rendah dan tajam seolah meludahi lawan bicaranya tepat di wajah.

1 4 3  [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang