53

778 154 13
                                    

Hallo, lama tak jumpa! Maaf dan terima kasih sudah menunggu lama^^

.

.

.

.

.

.

Ketika si pemilik lengan kekar gemetar, "Jaehyun!" Taeyong menepis tangan pria itu, keras, total mengacak lamunan kelam yang baru saja meliputi telak hati serta pikiran.

Jaehyun linglung dibuatnya. "Maaf—" ia menatap lawan bicaranya tepat di mata, "A—apa yang baru saja aku lakukan?" tetapi Taeyong membuang pandang.

"Kau menyakitiku...." Lirih, tetapi mampu betul mencapai indra pendengar Jaehyun dengan tepat. Membuatnya lantas tertegun sebentar, tercekat, pun tak mampu berkata-kata. Begitu dirinya berhasil menangkap apa yang sebenarnya Taeyong katakan, ia laju membenturkan kepalanya pada kayu ranjang, menggumam maaf kepada si dokter, berulang-ulang. Sama sekali tidak memiliki keberanian untuk kembali meraih sosok itu barang satu sentuhan. "Maaf, maafkan aku—"

"Tidak—tolong, cukup. Berhenti!" sentak Taeyong sebelum ia beringsut mendekat dan menarik dagu pria itu untuk menengadah, mengarahkan dua pasang binar mereka bertemu tatap. "Cukup Jaehyun. Aku tidak benar-benar terluka karenamu, lihat?" ujarnya sembari menunjukkan salah satu pergelangan tangannya ke hadapan si pria.

Akan tetapi Jaehyun menggeleng, segenapnya tidak menganggap itu benar. Bohong, Taeyong berbohong. Dirinya sanggup menemukan jelas kekecewaan juga perasaan yang teracak dalam raut si pria cantik, "Ma—" sebelum spatah kata penyesalan itu terucap, Taeyong meletakkan lentik jemarinya ke permukaan bibirnya, menghentikan Jaehyun untuk tidak lagi mengutarakan maaf. "Shh. Cukup, mengerti?" Lantas membuat Jaehyun mengatupkan belah merekahnya dan menelan ludah bulat-bulat.

"Yah—" Taeyong mengangguk, "yah—benar begitu. Sekarang dengarkan aku, oke?" kerlingan manik bulat itu terlihat indah, tetapi memiliki ketakutan ketika bertemu dengan milik Jaehyun yang kecoklatan.

Taeyong menarik napas panjang, "Jaehyun. Aku mengerti betul, aku tahu. Kau marah, kesal, dan merasa dikhianati, tetapi, Jaehyun—" sesak yang mendiami batinnya kini dihela, dibuang, dan dilepaskan untuk mengudara, "Apa—apa kau tidak ingin mendengar penjelasan Johnny atau Ten lebih dulu?"

Sejurus Taeyong menyelesaikan kalimatnya, ia mendapati pundak kokoh pria di hadapan menegang. Telapak tangannya ganti menangkup sisi wajah Jaehyun begitu dirasa si pria akan memutus pandang. "Jangan begini, Jaehyun." Ujarnya lembut dan menenangkan.

Menjadikan bahu-bahu yang semula kaku, kini luruh. Pria tampan itu menipiskan bibir, rahangnya total mengatup, sedangkan jemarinya yang nyaris meraih kedua telapak kemerahan di pipi terhenti. Urung, sebab menahan diri demi tidak menyakiti Taeyong lagi. "Tidak, Taeyong. Tidak." Jaehyun menarik atensinya dari sepasang kelereng abu yang mulai membola dengan binar keterkejutan, "Itu—itu tidak perlu."

Seiring dengan itu semua, buku-buku jarinya total memutih, sebab mengepal dan tertahan di tengah udara kosong yang berhembus menelan sepi. Begitu benar mengerti ia sepenuhnya tidak pantas menyentuh si surai legam lagi. "Semua. Semua yang kulihat telah terlampau nyata adanya, lantas mengapa aku harus percaya dengan alasan yang keluar dari mulut keduanya?" ujar Jaehyun seiring dengan geligi yang bergemretak, resah. Akan tetapi, tepat saat sebuah senyum terlukis pada bibir Taeyong, Jaehyun hanya lagi-lagi dibuat tertegun dan bertanya-tanya.

1 4 3  [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang