1

1.6K 249 35
                                    

Ini adalah tekadnya. Keluar dari kediaman keluarganya di London, dan dengan senang hati menjadi relawan sebuah tempat konservasi milik suatu klub pecinta binatang di Afrika Selatan.

Sebab Taeyong terlalu muak untuk terus mengikuti angan kedua orang tuanya. Ia lulus perguruan tinggi sebagai dokter hewan satwa liar, mempelajari cukup zoologi secara otodidak sedari dirinya menduduki bangku sekolah menengah pertama, dan mencintai hewan eksotik dengan ragam macamnya. Namun, ia berakhir dipaksa menggeluti dunia bisnis dan mengurus perusahaan keluarganya, membuang gelar sarjana secara cuma-cuma.

Dua tahun ia jalani berdarah-darah, tidak satupun dari kedua orang tuanya bersyukur atas seluruh pencapaiannya. Sejauh ini, mereka belum pernah puas dengan harta kekayaan yang Taeyong sendiri sudah lupa berapa banyak nolnya.

Beruntung ia tidak mentah-mentah melupakan kegemarannya pada satwa—sebab rasa sayang itu tumbuh mengakar dalam hatinya, dan ia selalu menyempatkan kapanpun waktu luangnya curi-curi untuk membaca buku eksklusif tentang mereka atau membeli beberapa hewan peliharaan meski berakhir lebih sering di tangan penitipan—begitu dirinya melihat berita seorang pengusaha kaya raya meninggalkan kehidupan mewah dan membuka sebuah cagar alam sekaligus tempat rescue di Afrika Selatan, ia mengajukan diri sebagai relawan untuk menjadi dokter hewan pribadi satwa mereka, yang kesediannya itu baru disetujui setelah dua bulan lamanya.

Mendapat kabar bahagia dari jalan menuju kebebasannya, Taeyong pergi membanting pintu tepat di wajah ayah ibunya, persetan dengan mereka yang bahkan masih sanggup bergelut bersama kertas kerjasama dan lainnya, meninggalkan kedua orang tua yang mengerakan rahangnya.

Taeyong adalah jenius. Dia berhasil memanfaatkan dua tahunnya untuk mengisi jutaan poundsterling ke dalam kantongnya sendiri tanpa sepengetahuan anggota keluarganya. Dibelinya semua peralatan yang dia butuhkan untuk kedepannya menjadi dokter hewan, lengkap; cuma-cuma; super iklas demi pantas mengurus satwa liar. Hari itu juga, ia menjejaki benua Afrika dengan hati yang tenang, meski Jaehyun bahkan tidak menjanjikan gaji cukup banyak katanya. Tapi tidak apa, toh Taeyong manusia lembut yang diizinkan menyentuh hewan pun akan merasa semua baik saja.

.

.

Dan di sinilah ia, membuka mata dan disambut langit biru penuh pada pagi hari yang cerah, dengan suara hewan bersahutan. Taeyong tersenyum, lalu berjalan menjauhi jendela, keluar dari kamar dan menuruni tangga, merasa lega melihat ruang bersantai sudah bersih, ia menuju dapur yang telah ada Ten di dalamnya.

"Pagi, Taeyong," si dokter membalas dengan dengungan. Ia memutar keran, mencuci tangan dan wajahnya, menanyakan apa yang bisa ia bantu pada si kawan barunya.

Taeyong meraih pisau, memotong daging di atas meja makan. Membiarkan mereka diselimuti keheningan sedangkan ia menikmati kesibukannya.

Nyaris sepuluh menit terdiam, Taeyong menyuarakan hal yang terlintas dalam kepalanya sedari tadi, "Kukira kalian memilih menjadi vegan sehabis membuka penangkaran?" Taeyong tertegun ketika suara tawa yang menemaninya di akhir malam memasuki indra pendengaran.

Ia mendongak, melihat pemandangan tidak biasa di depannya. Pria pemilik penangkaran tertawa-tawa sambil menghindari siku si lelaki kecil dengan cara melingkarkan lengan-lengan kekarnya untuk mengunci pergerakan, terlihat senang setelah berhasil menjahili Ten dengan menggelitiknya.

"Lepas, Jaehyun!"

Ten mendorong Jaehyun menjauh, kemudian mematung. Semburat merah menjalari pipinya ketika ingat ada entitas lain yang ia lupa adanya. Jaehyun terkekeh, melihat si pria kecil menunduk malu, ia yang membelakangi meja makan terkejut begitu berbalik dan mendapati Taeyong duduk tenang di salah satu kursinya menatap mereka dengan raut datar. Si tampan menanggalkan senyuman, kemudian memilih melangkah keluar, merasa bodoh tidak menyadari keberadaan lain yang telah lebih dulu sampai di sana.

1 4 3  [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang