52 (⅓)

796 152 21
                                    

Jangan khawatir ya kenapa sub judulnya selalu lompat-lompat, karena diambil sesuai sama hari yang aku jadiin latar, barangkali ada yang belum tahu.

.

.

.


.

.

.

.

.

"Terima kasih telah bersedia menggunakan jasa saya."

Taeyong tersenyum, sejumlah uang diberikannya pada genggaman wanita paruh baya itu. "Ini, Bi. Sisanya untuk adik cantik saja."

"Eh. Tidak perlu, Nak."

Taeyong menghentikan tangan wanita itu yang akan mengembalikan uangnya, "Kuberikan sebagai hadiah untuk Jill yang berulang tahun kemarin, Bi. Tolong terimalah," katanya sembari mencubit kecil pipi gembil seorang anak perempuan yang memeluk kakinya.

Ia berlutut mensejajarkan wajahnya dengan anak kecil itu, "Sudah dulu ya. Kapan-kapan aku berkunjung lagi," Taeyong menatapnya tidak tega ketika kedua manik anak itu mulai digenangi air mata.

"Kakak janji?" cicitnya bergetar, pipinya basah begitu tetes demi tetes kesedihan menganak sungai. Tarikan pada lengan baju berhasil membuat Taeyong makin tersentuh. Dia menipiskan bibir, mengangguk, "Tentu saja, kalau tidak sibuk, aku akan meminta temanku untuk ikut juga, hmh?" ibu jarinya menyeka linangan di pipi anak itu yang mati-matian menahan sesegukannya untuk tidak lepas dari bibir mungilnya—Taeyong merasa lucu melihatnya, tetapi juga tak kuasa mengumandangkan tawa.

"Jangan menangis, kakak ini harus pulang, Jill."

Si wanita paruh baya menarik bocah itu ke dalam gendongannya. Ditatapnya Taeyong segan, "Maaf ya, membuatmu jadi repot-repot membujuknya. Anak ini sudah lama sekali tidak bertemu kakaknya, jadi kalau pria baik sepertimu mengajaknya berteman, dia terlalu bahagia sampai tidak ingin ditinggal."

Taeyong tertawa penuh pengertian, "Bukan masalah kok," ia menengok ponselnya yang bergetar, pesan masuk dari Lucas.

"Ah, temanku sudah menunggu. Aku pergi dulu Jill, Bibi." Ditepuknya pelan kepala si bocah untuk terakhir kali, kemudian bertukar pandang dengan si wanita paruh baya, "Aku akan mengunjungi kalian lagi lain waktu." Wanita itu membalas anggukan, Taeyong menghela napas maklum ketika melihat si bocah kecil menyembunyikan wajah di ceruk leher ibunya—tidak kuasa melihat kepergiannya.

"Jaga kesehatan kalian ya, dah!" wanita paruh baya melambai dari pintu toko kecilnya, mengiringi kepergian Taeyong yang sedikit berlari dengan senyum berseri-seri.

.

.

Taeyong sampai di tempat kendaraan mereka diparkir, ia mendengus ketika mengetahui Lucas belum sampai kemari. Bocah itu memang hanya mengantarnya berjalan ke kediaman Bibi tadi, kemudian pergi meninggalkannya entah kemana.

Menghibur dirinya yang dirundung bosan, Taeyong mengedarkan pandang, mulai menyesuaikan diri dengan hiruk pikuk di sekitar. Tempat ini seperti pemukiman kecil dengan pasar lokal yang menjual bahan pangan dan lain semacamnya. Tidak begitu ramai, tetapi cukup menyenangkan bagi Taeyong untuk menemukan pemandangan baru setelah satu bulan mengurungkan diri mengeluari tanah kepemilikan Jaehyun—terbebas dari tugas memeriksa hewan sebagai bonusnya.

1 4 3  [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang