123 Pt. 2

935 117 18
                                    

Setelah perdebatan panjang mereka sebelum mencapai kota, Jaehyun dengan janji laki-lakinya membawa Taeyong untuk bersenang-senang. Iya, jika berkeliling menyusuri jalanan kota seolah tanpa tujuan dan seperti anak anjing penurut memberhentikan mereka untuk memenuhi permintaan Taeyong agar memangkas rambutnya yang kelewat panjang adalah satu dari sekian kesenangan.

Sekarang adalah pukul lima, waktu di mana akhirnya Taeyong mendapati Jaehyun selesai dan terbebas total dari antrean tempat pangkas rambut di pinggir jalan—yang sumpah isinya adalah orang berambut tipis yang minta dibotaki, tetapi entah mengapa memakan waktu begitu banyak. Taeyong sediri heran, apa yang sebenarnya mereka lakukan hingga sangat lama, bahkan ketika ia nyaris mati kebosanan menunggu di dalam mobil. Itu jelas menghabiskan beberapa waktu sehingga membuat mereka melewatkan jam makan siang.

"Maaf membuatmu menunggu, pemiliknya menahanku terus dengan banyak pertanyaan karena ini pertama kalinya melihatku datang ke tempatnya. Aku tidak mungkin pergi begitu saja, bukan?"

Taeyong mengangguk-angguk selagi matanya tidak lepas memperhatikan Jaehyun yang telah duduk di balik kemudi bersama helai kelamnya yang tertata laiknya figur kapten bertubuh pendek dalam anime titan penyerang. Hm, tetap tampan, hanya ia lebih senang Jaehyun memiliki potongan rambut seperti pertama kali mereka bertemu.

"Kenapa kau menurutiku?"

Pria yang lebih muda menoleh dengan raut bertanya-tanya. "Ini," jawab Taeyong hati-hati menyentuh kepala pria itu, kemudian Jaehyun mengembangkan senyum lembut. Titik cacat di pipinya melekuk indah dengan sepasang kelopaknya yang menyipit ramah. Jaehyun hanya lanjut mengemudi, juga makin mendekatkan kepalanya pada pria yang lain, menikmati telapak tangan si dokter dan usapan kecil. "Karena kau menginginkannya. Hanya itu."

Taeyong melihat telinga lawan bicaranya yang memerah, sedangkan dirinya sendiri berusaha menyembunyikan keras degup jantung yang tidak sebanding dengan hiruk pikuk jalanan kota.

.

.

.

.

.

.

Mereka memasuki pelataran restoran cepat saji setelah sebelumnya membeli banyak sekali makanan ringan di toko kelontong. "Kita makan di sini?" Taeyong nyaris melepas sabuk pengaman bersiap akan turun sebelum dihentikan oleh kalimat pria di samping.

"Ah.... Itu tidak bisa. Waktu kita agar tepat waktu sampai ke tujuan sudah terpakai sangat banyak. Tidak apa-apa kan kalau makan di perjalanan?" Jaehyun tersenyum maklum ketika melirik dan mendapat raut wajah kurang nyaman dari sosok yang akhir-akhir ini selalu berhasil mengambil perhatiannya.

"Maaf ya—"

Sebelum itu selesai, Taeyong sontak mendongak. "Berhenti meminta maaf. Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Jangan membuang waktu, cepat pesan," ia menjawab cepat begitu jeep mereka mencapai konter pemesanan. "A—ah! Tolong berikan aku sesuatu yang manis, yang dapat meleleh, dan dingin. Aku ke toilet dulu." Taeyong turun dengan terburu, meninggalkan Jaehyun terkekeh memandang siluet si dokter yang makin menjauh.

Jaehyun gesit meraih kantung yang diberikan, sundae milik Taeyong ditaruh pelan-pelan, sedangkan es krim wafel miliknya digenggam untuk segera dihabiskan. Kala Jaehyun sibuk menata tempatnya, Taeyong berjalan kembali menuju ke arah jeep dengan ponsel yang di bawa ke dekat telinga, agaknya ia sedang berada dalam suatu panggilan. Pria itu terlihat sesekali tertawa karena seseorang di seberang, tenggelam dalam dunianya dan yang Jaehyun lakukan hanya berusaha untuk menolak rasa penasarannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

1 4 3  [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang