3. TANGISAN DALAM PERASAAN KECEWA.

1.1K 134 10
                                    

UDAH DI VOTE?
KUY LANGSUNG BACA AJA.
.
.
HAPPY READING
.
.

Mamah: Adrian kapan kamu pulang? Mamah mau bicara sama kamu.

Adrian sangat asyik bercanda, sampai pesan dari Mamahnya tak di baca. Pesan itu jam 8 malam tadi, dan sekarang sudah pukul 12 malam. Adrian dibuat penasaran dengan pesan dari Mamahnya itu. Tumben sekali ia ingin bertemu dengannya? Biasanya pun, mereka sibuk bekerja.

Ah, tak usah di pikirkan. Adrian senang jika bertemu dengan Mamahnya. Jarang-jarang dia seperti ini.

Wajah bahagia Adrian, terciduk oleh Adam. Memang pria satu itu sangat membagongkan. "Kenapa lo, Ian? Kok muka lo keliatan seneng gitu? Dapet lotre ya?" celetuk Adam merusak lamunan Adrian yang tengah berbahagia itu.

"Asem lu, Dam. Gue lagi bahagia juga," kesal Adrian memukul kepala Adam.

Adam hanya tertawa melihat wajah Adrian yang keki. "Emang lo bahagia kenapa sih? Bagi tips nya dong."

"Ck, gue dapet pesan dari Mamah gue."

"Udah itu doang?" tanya Adam yang diangguki sekilas oleh Adrian. "Astaga, cuman dapet chatt dari Mamah lo senengnya udah kayak dapet emas 24 karat. Heran gue sama lo." Adam menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia heran, dapet chatt dari Mamah aja udah kayak dapet chatt dari pacar. Adam malah setiap hari, di chatting oleh Mamahnya yang berisi wejangan.

"Ya, menurut gue mah lain lagi lah rasanya. Lo gak bakalan paham."

"Iya deh, terserah lo aja. Gue mau balik dulu. Besok lagi ya, bro." Adam dan Adrian bersalaman. Diikuti dengan Brian dan juga Alex yang sudah bersiap.

Tak lama, mereka pun mulai menyalakan motornya dan beranjak pergi meninggalkan Adrian dan Rafka yang masih berdiri di depan pintu cafe. "Temen lo asik juga ya," ujar Rafka.

"Haha, mereka mah emang setiap harinya juga kayak gitu. Apalagi si Adam sama si Alex, udah pusing gue liat tuh anak adu mulut." Rafka tertawa, mendengar celotehan Adrian tadi. Memang asik bermain dengan mereka, bahkan Rafka sendiri tak mempunyai teman seperti mereka itu.

"Gue pulang ya, Bang. Katanya Mamah mau ketemu gue," ucap Adrian.

Alis Rafka bertautan, "tumben banget Mamah lo pengen ketemu? Kan mereka biasanya sibuk kerja," heran Rafka. Memang, Adrian selalu berbicara tentang keluarga nya pada Rafka. Begitu pun dengan Adrian yang masih kurang rasa sayang yang diberikan oleh orang tuanya. Rafka tau semua itu.

Adrian menggedikan pundaknya. "Gue juga heran. Dari pada gue penasaran, mending gue pulang cepet aja. Oke Bang?"

"Iya bener. Mungkin Mamah lo kangen sama lo," ujar Rafka memberi raut wajah bahagia. Membuat Adrian pun semakin senang.

"Semoga aja, Bang. Gue balik duluan!" Adrian menjalankan motornya dan berlalu meninggalkan Rafka seorang diri. Pria itu masih berdiam diri, melihat punggung Adrian yang mulai menjauh.

"Dulu, gue juga sama kayak lo Ian. Sama-sama kurang kasih sayang dari mereka. Gue punya orang tua, tapi serasa anak yang di telantarkan. Semoga, nasib lo gak kayak gue lagi, Ian."

***

Adrian telah sampai di rumahnya yang terlihat kokoh dan megah itu. Dengan senyum yang masih mengembang Adrian segera masuk kedalam rumah.

THE INNOCENT YOUNG PAPA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang