8. JADI BAPAK

1K 105 2
                                    

VOTE
VOTE
VOTE
SEBELUM BACA!!
XIXI😐

Setelah mengurus pemakaman ibu Kevin, Adrian dan duo kampret itu sekarang sudah tiba di komplek perumahan yang Adrian tinggali. Brian tak ikut, katanya ia ingin pulang dulu kerumahnya, setelah itu, nanti malam ia pergi ke rumah Adrian.

Setelah pulang dari makam juga, Kevin terus menangis tanpa henti. Membuat ketiga pria itu dibuat pusing bukan main. "Hadeuh, tuh anak kenapa gak bisa diem sih?" Adam mengambil bantal yang ada di sofa, kemudian ia menutupi wajahnya dengan benda itu.

Tak beda jauh dengan Alex, pria itu malah koar-koar pergi kedapur menghindar suara tangisan Kevin. "ADRIAN! KOK KULKAS NYA KOSONG SIH?"

Oek ... Oek ... Oek

Adrian semakin pusing, kenapa ia yang jadi korban di sini? Alex sama Adam malah enak-enakan.
"Aduh, Vin. Kamu jangan nangis terus dong. Gak kasian emang sama gue?" ucap Adrian terus berusaha menenangkan Kevin supaya berhenti menangis.

"Ian, itu si Prili nya jangan sampe nangis terus dong. Ah, gimana sih lo," ujar Adam bangkit dari tidurnya.

"Ngebacot aja lo bisanya, Dam! Gue bukan baby sitter yang bisa ngurus bayi. Bantuin gue napa, malah enak-enakan," cerocos Adrian yang sudah terlihat pusing.

"Adrian!! Kok kulkas kosong sih? Gue pengen makan," sahut Alex keluar dari dapur sambil memegang segelas air putih.

"Gue belum belanja. Orang baru aja pindah rumah!"

Oeeeek ... Oeeek .. oeeek ...

"Itu si Lio napa gak bisa diem sih? Pengen makan kali," ujar Alex.

"Heh! Mana ada si Prili pengen makan seblak. Lo kali yang pengen makan," balas Adam melempar bantal pada Alex.

"Iya nih, gue pengen makan. Ambilin gih."

"Lo punya dua kaki, dua tangan. Kalau cuman pajangan doang mah amputasi aja udah," ujar Adam yang masih tak mau kalah.

"Bisa diem gak sih lo berdua? Jangan nambah gue pusing napa!" kesal Adrian pada dua teman kampret nya itu.

"Sini coba, biar gue yang gendong si Lio," pinta Alex pada Adrian.

Adrian memberikan Kevin pada Alex dengan sangat hati-hati. Alex tersenyum melihat Kevin yang sudah berada di pangkuannya.
"Utututu, Lio gak boleh nangis dong sayang. Kalau anak cowok gak boleh nangis," ujar Alex berbicara pada Kevin.

"Iya nih, Prili kayak cewek. Nangis terus, bisa-bisa sakit telinga Om," timpal Adam terduduk di samping Alex.

"Prala, Prili. Lo kira Lio anak cewek apa?! Ganti panggilannya," ujar Alex menatap tajam pada Adam.

"Ya gak papa dong, Prili itu panggilan kesayangan gue. Lagian cocok buat dia. Ya gak tuh?" Adam menaikan alisnya menatap pada Kevin.

"Cocok di mananya coba. Kek gue dong, Lio."

Kevin berhenti menangis, bayi itu menatap lekat pada kedua pria yang tengah adu mulut itu.

"Serah deh, gue udah nyaman sama Prili ... Eh, dia ketawa. Haha!" heboh Adam ketika melihat Kevin tertawa walaupun hanya sebentar.

"Masa bayi bisa ketawa sih?"

"Ya bisalah, bayi juga manusia. Lo manusia apa bukan?"

"Ya gue manusia lah. Siapa bilang gue setan."

"Nah itu lo bilang."

Adrian menghela napasnya. Hari ini terasa sangat pusing baginya. Pagi-pagi sudah dibuat pusing oleh mereka, memang yang waras itu hanya Brian.
"Sttt! Jangan berisik, Kevin dah tidur," ucap Adrian sedikit berbisik.

THE INNOCENT YOUNG PAPA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang