10. KEVIN PUNYA BABY SITTER

732 80 1
                                    

SEBELUM BACA JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN
(◕ᴗ◕✿)

HAPPY READING
<( ̄︶ ̄)↗

"Ya Allah, Den! Ini teh anak siapa? Astaghfirullah, Bibi jadi mikir yang aneh-aneh," ujar Bi Asih.
Wanita tua itu terduduk di sofa sambil memangku Kevin yang masih tertidur.

Adrian pun yang masih mengantuk ikut duduk di sebelah Bi Asih. Terus menguap dengan mata yang sudah merem melek. Ini masih pukul 4 pagi. Lain dengan Brian yang sudah rapih menggunakan sarung untuk melaksanakan shalat subuh. Padahal adzan pun masih belum berkumandang.

"Bi Asih kok tumben banget datang pagi kayak gini?" Adrian bertanya, berusaha untuk membuka lebar matanya.

"Heh, Bibi tanya. Anak ini kamu dapat dari mana? Kamu gak ngelakuin apa-apa kan?" Bi Asih masih saja berpikir buruk tentang Adrian.

Brian ikut duduk di kursi sebelah kiri. "Jadi ceritanya tuh gini, Bi. Kita gak sengaja nemuin ibu-ibu hamil di jalan. Dia pendarahan cukup banyak, ya udah kita bawa ke rumah sakit. Tapi Bi, ibu-ibu itu ternyata meninggal abis ngelahirin Kevin. Kita gak tau siapa keluarganya, sebab pas kejadian itu dia gak ngasih tau kita dimana keluarganya," jelas Brian panjang lebar.

Bi Asih yang mendengarnya cukup terkejut. Ternyata apa yang dipikirkannya itu salah.
"Ya Gusti. Kasian banget ini anak. Bibi kira Den Adrian ngelakuin hal aneh sampe jadi anak ini."

"Ya enggak lah, Bi. Mana mungkin Rian ngelakuin itu. Punya pacar aja enggak, mau ngelakuin sama siapa coba," ceplos Adrian dengan mata tertutup. Namun seketika matanya terbuka ketika sebuah pukulan keras di pahanya.

"Asal ngomong aja kamu! Udah sana mandi! Terus bangunin temen kamu yang lain," titah Bi Asih pada Adrian.
Dengan rasa malas, Adrian kembali ke kamar untuk melakukan aktivitas mandinya.

Bi Asih tersenyum pada Brian. Pria yang satu ini sepertinya paling waras tak seperti temannya yang lain.
"Nak Brian memangnya boleh tinggal di sini bareng mereka?" tanya Bi Asih.

Brian ikut membalas senyuman Bi Asih. "Sebenarnya Bi, aku ke sini bilang ke mamah buat belajar kelompok. Gak bilang kalau aku ngurus anak." Brian tercengir. Ia ingin merahasiakan dari mamahnya. Kalau sampai tahu, bisa-bisa dia salah paham juga.

"Kalau misalnya mamah kamu nyariin gimana?"

"Enggak kok, Bi. Tenang aja, aku juga abis sekolah pasti pulang ke rumah," ujar Brian kemudian.

Bi Asih mengangguk paham. "Ya udah kalau gitu, biar Bibi urus Kevin. Kalian berempat fokus ke sekolah. Mungkin Bibi bakalan tinggal di sini, sekaligus urus kalian semua," jelas Bi Asih tersenyum tulus. Wanita yang sudah memasuki kepala empat itu memang baik hati. Sampai sudah tua pun, ia rela bekerja di rumah Adrian. Meninggalkan keluarganya di kampung.

"Makasih banyak ya, Bi."

***

"GUE DULUAN! LO BISA NGANTRI KAGAK?! INGET KATA BU INCES, HIDUP ITU HARUS KAYAK BEBEK YANG BISA DI ATUR!" Adam menggeser tubuh Alex yang hendak masuk kedalam toilet.

Alex tak ingin kalah, pria itu pun mendorong tubuh Adam. Dan terjadilah dorong mendorong di ambang pintu toilet.
"Lo itu emang bebek, Dam! Liat, bibir lo monyong kayak bebek yang belum di kasih makan," balas Alex.

"Enak aja, ganteng gini di bilang bebek. Udah minggir, gue duluan yang mandi!"

"Gak! Gue yang duluan! Lo harus ngalah sama yang lebih muda!"

THE INNOCENT YOUNG PAPA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang